2 Dekade COREMAP, Ini Pencapaian LIPI di Ekosistem Pesisir
Reporter
Moh Khory Alfarizi
Editor
Amri Mahbub
Senin, 10 Desember 2018 20:01 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Sejak tahun 1998, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) terlibat dalam kegiatan Coral Reef Rehabilitation and Management Program (COREMAP). Berbagai data dan informasi ilmiah seputar upaya restorasi dan pengelolaan ekosistem pesisir dihasilkan untuk menopang kebijakan nasional rehabilitasi dan manajemen pesisir.
Baca juga: LIPI: Intoleransi Politik Tinggi Karena Faktor Agama
"Capaian penting yang telah dihasilkan di antaranya, indeks dan monitoring kesehatan ekosistem terumbu karang dan padang lamun, penyusunan basis data ekosistem pesisir nasional, pelatihan dan sertifikasi, riset prioritas berbasis kebutuhan serta penyelenggaraan ekspedisi pulau-pulau terluar," ujar Kepala Pusat Oseanografi LIPI Dirhamsyah, dalam keterangan tertulis, Senin, 10 Desember 2018.
Hasil kegiatan monitoring dan pengukuran terkini menunjukkan luas terumbu karang Indonesia mencapai 25 ribu kilometer persegi. Atau sekitar 10 persen total terumbu karang dunia yaitu seluas 284.300 kilometer persegi.
Baca juga: LIPI: Kerusakan Karang Mayoritas Akibat Alam dan Perubahan Iklim
Menurut Dirhamsyah, sebagai pusat segitiga karang dunia, Indonesia memiliki keanekaragaman jenis karang paling tinggi. Terdapat 569 jenis dari 82 marga dan 15 suku atau sekitar 70 persen lebih jenis karang dunia dan 5 jenis di antaranya merupakan jenis yang endemik.
"Aktivitas manusia dan gejala alamiah sangat berpengaruh terhadap kesehatan ekosistem terumbu karang. Saat ini sedang dilakukan Ekspedisi Nusa Manggala sampai 23 Desember untuk memetakan potensi sumber daya pesisir di pulau-pulau terdepan Indonesia, seperti Papua, Papua Barat, dan Maluku Utara di kawasan Samudera Pasifik," kata Dirhamsyah.
Hasil ekspedisi menunjukkan pPulau Yiew memiliki tutupan karang dengan kondisi sedang (26 persen) dengan 44 spesies ikan karang, 29 spesies moluska dan 12 spesies burung, 2 di antaranya adalah spesies endemik.
Sedangkan Brass-Fanildo diketahui memiliki atol sangat luas dengan tutupan karang yang baik (65 persen) dan beragam karang hias. Atol tersebut menjadi tempat perlindungan bagi beragam biota laut dari kondisi ekstrim Samudera Pasifik untuk tumbuh dan berkembang dengan baik.
Baca juga: Tangis Ilmuwan LIPI untuk Paus Sperma Pemakan Plastik
Himpunan data, informasi dan pengetahuan selama riset disimpan dalam Pusat Data Ekosistem Pesisir (PUSDEP) yang merangkum seluruh data, informasi dan hasil riset. Sementara untuk mengembangkan jejaring kerjasama regional, telah didirikan Regional Training and Research Center for Marine Biodiversity and Ecosystem Health (RTRC MARBEST).
"Ekspedisi itu mencakup empat tema yaitu ekologi, daya dukung lingkungan, geomorfologi, dan sosial-ekonomi," tambah Dirhamsyah. "Lewat PUSDEP data dapat dengan mudah dan cepat diakses lewat aplikasi portal internet yang mudah digunakan, untuk berbagai kepentingan terkait pemantauan ekosistem, edukasi dan studi lanjut."
Ekspose 20 Tahun COREMAP akan diisi dengan kegiatan seperti talk show eksplorasi perairan Indonesia, dan paparan hasil penelitian. Serta pameran hasil-hasil kegiatan COREMAP selama tahun 2018 pada 10 hingga 12 Desember 2018 di Pusat Penelitian Oseanografi, Ancol Timur, Jakarta Utara.
"Selain menyampaikan hasil monitoring ekosistem pesisir, kegiatan ini juga akan menggali potensi ekstensifikasi kegiatan monitoring yang dapat bermanfaat bagi kepentingan nasional," kata Dirhamsyah.
Baca juga: LIPI: Transplantasi Terumbu Karang Harus Terus Dilakukan
Simak kabar terbaru dari LIPI hanya di kanal Tekno Tempo.co.