Dua Mahasiswa UGM Ciptakan Lampu Darurat Ramah Lingkungan

Jumat, 1 Februari 2019 17:32 WIB

Kakak beradik, Fadhiela Noer Hafiezha (S1 Teknik Mesin) dan kakaknya, Chaieydha Noer Hafiezha (S2 Fakultas Pertanian) UGM membuat lampu darurat dengan bahan ramah lingkungan. Kredit foto humas UGM

TEMPO.CO, Sleman - Dua mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) menciptakan lampu darurat (emergency lamp) yang ramah lingkungan. Kakak beradik, Fadhiela Noer Hafiezha (S1 Teknik Mesin) dan kakaknya, Chaieydha Noer Hafiezha (S2 Fakultas Pertanian) memanfaatkan limbah bohlam untuk membuat lampu ini.

Baca juga: UGM Usulkan NU dan Muhammadiyah Jadi Kandidat Penerima Nobel

Awalnya mereka prihatin di daerah asalnya yaitu Kabupaten Blora listrik PLN sering mati. Masyarakat masih menggunakan lilin untuk penerangan yang bisa berakibat terjadi kebakaran jika teledor.

"Ini menjadi solusi bagi masyarakat yang lampu PLN sering padam. Tidak perlu lagi menyalakan lilin yang bisa berakibat kebakaran," kata Fadhiela di Gedung Pusat UGM, Jumat, 1 Februari 2019.

Lampu temuan mereka diberi nama La Helist, yang merupakan akronim dari Lampu Emergency Hemat Listrik. Lampu ini menjadi solusi bagi masyarakat. Khususnya dalam situasi darurat saat terjadi pemadaman listrik di malam hari. Apalagi di musim hujan, listrik PLN sering padam.

Advertising
Advertising

Kakak beradik, Fadhiela Noer Hafiezha (S1 Teknik Mesin) dan kakaknya, Chaieydha Noer Hafiezha (S2 Fakultas Pertanian) UGM membuat lampu darurat dengan bahan ramah lingkungan. Kredit foto humas UGM

Baca juga: Jonan Minta Becak Listrik Buatan UGM dan PLN Diproduksi Massal

Latar belakang keduanya menciptakan lampu emergency ini juga karena seringnya pemadaman bergilir di kampung halamannya. Hal itu membuat aktivitas masyarakat terganggu. "Pemadaman listrik kerap terjadi, terlebih saat musim hujan. Banyak orang mengeluh karena aktivitasnya terganggu. Di Blora pemadaman listrik seperti itu sering terjadi," kata Fadhiela.

Fadhiela menyebut, saat pemadaman listrik, masyarakat bisa menggunakan lilin atau kapas yang dibasahi minyak goreng lalu disulut api. Itu digunakan sekedar untuk penerangan ruangan. Sayangnya penggunaan penerangan dengan lilin berpotensi terjadi kebakaran, terlebih ditinggal tidur saat api masih menyala.

Atas dasar itu, keduanya menciptakan lampu emergency yang aman, ramah lingkungan dan hemat daya. Lampu darurat itu dari lampu bekas LED dan menggunakan batu baterai yang aman dan praktis. Lampu ini dibuat menggunakan material lokal dan mudah diperoleh di pasaran.

Komponen penyusun La Helist yaitu lampu LED, fitting lampu, trafo ferit, kumparan email, resistor, transistor, saklar, serta batu baterai. Dalam pengerjaan rangkaian lampu diperlukan ketelitian dan kesabaran. "Komponen mudah didapat. Pembuatannya juga tidak sulit. Bahkan khusus ferit dari limbah lampu yang tidak terpakai pun bisa,” kata Fadhiela.

Baca juga: Mahasiswa UGM Ciptakan Mobil Pintar Penghasil Bahan Bakar

Fadhiela mengatakan, untuk menghidupkan lampu menggunakan energi dari baterai kecil tipe AA 1,5 Volt. Baterai ini biasa dipakai untuk baterai jam dinding. Lampu Le Helist dikembangkan dalam dua jenis yakni berdaya 3 watt dan 9 watt.

La Helist didesain secara minimalis, dilengkapi dengan saklar sehingga dapat dibawa kemana-mana dan dihidupkan kapan saja tanpa tergantung akan aliran listrik PLN. Selain hemat energi, lampu ini mampu menyala lebih dari 12 jam.

Chaieydha menambahkan, La Helist sudah diproduksi secara massal di Blora, daerah asalnya. Dalam sebulan memproduksi 500-1.000 lampu emergency dengan dibantu empat karyawan sebagai teknisi. "Harganya terjangkau, untuk yang berdaya 3 watt Rp 50.000 dan 9 watt harganya Rp 60.000. Kami juga sudah melayani pemesanan untuk wilayah Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi," kata dia.

Dia mengatakan, ke depan akan mengembangkan temuan ini. Antara lain dengan menaikkan tegangan dari 1,5 volt menjadi 3 volt. Selain itu juga menggunakan baterai yang bisa diisi ulang (rechargeable).

Baca juga: Mahasiswa UGM Teliti Efek Salat pada Kesehatan Mulut, Hasilnya...

Simak artikel menarik lainnya seputar lampu darurat ramah lingkungan UGM hanya di kanal Tekno Tempo.co.

Berita terkait

Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

2 hari lalu

Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

Selain penampilan, orang tinggi diklaim punya kelebihan pada kesehatan dan gaya hidup. Berikut keuntungan memiliki tinggi badan di atas rata-rata.

Baca Selengkapnya

Guru Besar UGM Anjurkan Daun Pegagan untuk Terapi Daya Ingat, Begini Cara Kerjanya

5 hari lalu

Guru Besar UGM Anjurkan Daun Pegagan untuk Terapi Daya Ingat, Begini Cara Kerjanya

Tanaman liar pegagan dianggap bisa membantu terapi daya ingat. Senyawa aktifnya memulihkan fungsi hipokampus, bagian krusial pada otak.

Baca Selengkapnya

Usai Putusan Sengketa Pilpres, Zainal Arifin Mochtar Sebut MK Punya Banyak PR

5 hari lalu

Usai Putusan Sengketa Pilpres, Zainal Arifin Mochtar Sebut MK Punya Banyak PR

Pakar hukum tata negara UGM, Zainal Arifin Mochtar, menilai MK punya banyak pekerjaan rumah alias PR pasca-putusan sengketa pilpres.

Baca Selengkapnya

UGM Buka Pendaftaran Seleksi Mandiri, Simak Syarat dan Panduan Pendaftaran

5 hari lalu

UGM Buka Pendaftaran Seleksi Mandiri, Simak Syarat dan Panduan Pendaftaran

Universitas Gajah Mada buka pendaftaran online seleksi mandiri UGM sejak 17 April hingga 7 Mei 2024. Lokasi ujian mandirinya?

Baca Selengkapnya

Pakar Hukum UGM Sebut Ada 3 Genre Hakim dalam Putusan MK

6 hari lalu

Pakar Hukum UGM Sebut Ada 3 Genre Hakim dalam Putusan MK

Pakar hukum di UGM sebut ada 3 genre hakim dalam memutus perkara. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Pakar Hukum UGM Nilai Ada 3 Kejanggalan Putusan MK soal Sengketa Pilpres

6 hari lalu

Pakar Hukum UGM Nilai Ada 3 Kejanggalan Putusan MK soal Sengketa Pilpres

MK sebelumnya telah menolak gugatan sengketa pilpres 2024 yang diajukan kubu Anies dan Ganjar.

Baca Selengkapnya

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

7 hari lalu

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Penulisan jurnal ilmiah bagi dosen akan membantu menyumbang angka kredit dosen, meskipun tak wajib publikasi di jurnal Scopus.

Baca Selengkapnya

Dosen dan Mahasiswa UGM Gelar Aksi Kampus Menggugat, Tuntut Putusan MK yang Adil

7 hari lalu

Dosen dan Mahasiswa UGM Gelar Aksi Kampus Menggugat, Tuntut Putusan MK yang Adil

Sejumlah aktivis perempuan termasuk dosen dan mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta menggelar aksi Kampus Menggugat dalam peringatan Hari Kartini di Balairung UGM Yogyakarta Minggu 21 April 2024.

Baca Selengkapnya

Gelar Kampus Menggugat di Hari Kartini, Guru Besar UGM: Kita Bagian Kerusakan Demokrasi di Era Jokowi

7 hari lalu

Gelar Kampus Menggugat di Hari Kartini, Guru Besar UGM: Kita Bagian Kerusakan Demokrasi di Era Jokowi

Kegiatan Kampus Menggugat ini menyorot kondisi demokrasi di penghujung kepemimpinan Presiden Joko Widodo atau Jokowi yang merupakan alumnus UGM.

Baca Selengkapnya

Aktivis hingga Dosen Perempuan Kumpul di UGM Gelar Kampus Menggugat Kawal Putusan MK

8 hari lalu

Aktivis hingga Dosen Perempuan Kumpul di UGM Gelar Kampus Menggugat Kawal Putusan MK

Dia mengatakan MK adalah anak kandung Reformasi, yang dilahirkan dengan harapan bisa menjaga negara agar tetap berpijak pada konstitusi.

Baca Selengkapnya