Selain Ikan, Sampah Plastik Juga Hancurkan Bakteri Penghasil O2

Kamis, 16 Mei 2019 03:36 WIB

Samiran (57 tahun) mengambil sampah plastik di muara mangrove untuk dijual ke Bank Sampah Bintang Mangrove di Gunung Anyar Tambak, Surabaya, Kamis, 9 Mei 2019. Indonesia tercatat sebagai penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia. ANTARA/Zabur Karuru

TEMPO.CO, Jakarta - Sepuluh persen oksigen yang kita hirup berasal dari hanya satu jenis bakteri di lautan. Menurut sebuah studi yang diterbitkan dalam Communications Biology, bakteri ini rentan terhadap polusi sampah plastik.

Baca juga: Tingkat Daur Ulang Sampah Plastik di Indonesia Hanya 9 Persen

"Kami menemukan bahwa paparan bahan kimia dari pencemaran plastik mengganggu pertumbuhan, fotosintesis, dan produksi oksigen Prochlorococcus, bakteri fotosintetik paling banyak di lautan," kata peneliti Universitas Macquarie Sasha Tetu, seperti dilansir laman phsy, Selasa, 14 Mei 2019.

Polusi plastik diperkirakan menyebabkan kerugian lebih dari US$ 13 miliar berupa kerusakan ekonomi pada ekosistem laut setiap tahun. Masalahnya bertambah buruk karena jumlah sampah plastik di laut akan lebih besar dari pada ikan pada 2050. "Sekarang kami ingin mempelajari apakah polusi plastik memiliki dampak yang sama pada mikroba di lautan," kata Tetu.

Peneliti lain yang juga terlibat dalam penelitian itu Lisa Moore, mengatakan, polusi ini dapat melarutkan berbagai zat aditif kimia ke dalam lingkungan laut. Namun, tidak seperti ancaman yang ditimbulkan oleh hewan yang menelan atau terjerat dalam puing-puing plastik.

"Ancaman yang ditimbulkan oleh cairan hidroksida logam yang secara tradisional diperoleh melalui proses pelindian abu atau lindi ini terhadap kehidupan laut, tidak mendapat banyak perhatian," tutur Lisa Moore.

Dalam studi pertama, para peneliti melihat efek bahan kimia ini terhadap kehidupan terkecil di lautan, bakteri. "Kami melihat sekelompok kecil bakteri hijau bernama prochlorococcus yang merupakan organisme fotosintesis paling berlimpah di Bumi," kata Tetu.

Mikroba ini adalah produsen utama karbohidrat dan oksigen di laut melalui fotosintesis. Mikroorganisme kecil ini, Lisa melanjutkan, sangat penting untuk jaring makanan laut. Karena berkontribusi pada siklus karbon dan dianggap bertanggung jawab atas 10 persen dari total produksi oksigen global.

"Jadi, satu dari setiap sepuluh napas oksigen yang Anda hirup adalah berkat bakteri-bakteri kecil ini, tapi hampir tidak ada yang tahu tentang bagaimana bakteri laut, seperti prochlorococcus merespons polutan manusia," ujar Lisa.

Di laboratorium, tim tersebut mengekspos dua jenis prochlorococcus yang ditemukan di kedalaman berbeda di lautan ke bahan kimia yang larut dari dua produk plastik biasa, seperti tas kresek dan anyaman PVC.

Mereka menemukan bahwa paparan bahan kimia ini mengganggu pertumbuhan dan fungsi mikroba ini, termasuk jumlah oksigen yang mereka hasilkan. Serta mengubah ekspresi sejumlah besar gen mereka.

"Data kami menunjukkan bahwa polusi plastik mungkin memiliki dampak ekosistem yang luas di luar efek yang diketahui pada organisme makro, seperti burung laut dan kura-kura," kata Sasha. "Jika kita benar-benar ingin memahami dampak penuh dari polusi plastik di lingkungan laut dan menemukan cara untuk mengatasinya, kita perlu mempertimbangkan dampaknya pada kelompok mikroba utama, termasuk mikroba fotosintetik."

Simak kabar terbaru tentang dampak polusi sampah plastik terhadap lautan dan manusia hanya di kanal Tekno Tempo.co

PHYS | COMMUNICATION BIOLOGY

Berita terkait

Helldy: Aspal Plastik di Cilegon Bisa Jadi Percontohan

12 jam lalu

Helldy: Aspal Plastik di Cilegon Bisa Jadi Percontohan

Aliansi Kabupaten/Kota Peduli Sanitasi akan berkunjung ke Kota Cilegon. Penggunaan aspal plastik dapat menjadi contoh implementasi pengolahan sampah.

Baca Selengkapnya

Upaya Wali Kota Zul Elfian Wujudkan Solok Kota Bersih dan Hijau

7 hari lalu

Upaya Wali Kota Zul Elfian Wujudkan Solok Kota Bersih dan Hijau

Solok berhasil kurangi sampah 10 persen

Baca Selengkapnya

Jadi Duta WWF Ke-10, Berikut Cara Cinta Laura Tingkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Konservasi Air

8 hari lalu

Jadi Duta WWF Ke-10, Berikut Cara Cinta Laura Tingkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Konservasi Air

Cinta Laura menjelaskan strategi untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam upaya konservasi dan manajemen sumber daya air yang berkelanjutan.

Baca Selengkapnya

Upaya Pengelolaan dan Pengurangan Sampah di Daerah

8 hari lalu

Upaya Pengelolaan dan Pengurangan Sampah di Daerah

Masalah sampah bisa menjadi bencana jika penanganannya tidak komprehensif dan berkelanjutan.

Baca Selengkapnya

Tantangan Besar Tema Hari Bumi 2024: Planet vs Plastics

12 hari lalu

Tantangan Besar Tema Hari Bumi 2024: Planet vs Plastics

Hari Bumi 2024 menyoroti masalah plastik, termasuk sampah plastik, dan mendorong aksi global melawan produksi plastik global yang tak terkendali.

Baca Selengkapnya

Bahaya Sampah Plastik Hasil Mudik

21 hari lalu

Bahaya Sampah Plastik Hasil Mudik

Isu penanganan sampah kembali mencuat di tengah perayaan Hari Raya Idul Fitri 1445 Hijriah. Sebagian di antaranya berupa sampah plastik.

Baca Selengkapnya

Pakar Lingkungan Anjurkan Penerapan Konsep Green Idul Fitri, Apa Maksudnya?

26 hari lalu

Pakar Lingkungan Anjurkan Penerapan Konsep Green Idul Fitri, Apa Maksudnya?

Pakar lingkungan Dr Latifah Mirzatika mengajak masyarakat untuk melaksanakan konsep Green Idul Fitri.

Baca Selengkapnya

Indonesia Urutan Kedua, Inilah Daftar 10 Negara Paling Berisiko Bencana di Dunia Versi World Risk Report (WRR) 2023, I

28 hari lalu

Indonesia Urutan Kedua, Inilah Daftar 10 Negara Paling Berisiko Bencana di Dunia Versi World Risk Report (WRR) 2023, I

Indonesia berada di urutan kedua dengan indeks risiko bencana sebesar 43,5 World Risk Report (WRR) 2023.

Baca Selengkapnya

Aktivis Lingkungan Desak Jepang Hentikan Pengiriman Sampah Plastik ke Indonesia

29 hari lalu

Aktivis Lingkungan Desak Jepang Hentikan Pengiriman Sampah Plastik ke Indonesia

Jepang dinilai menjadi negara eksportir sampah plastik terbesar kedua di dunia setelah Jerman.

Baca Selengkapnya

Guru Besar ITS Gagas Teknologi Bioremediasi dan Fitoremediasi untuk Pemulihan Lingkungan

33 hari lalu

Guru Besar ITS Gagas Teknologi Bioremediasi dan Fitoremediasi untuk Pemulihan Lingkungan

Teknologi pemulihan lingkungan biologis membutuhkan biaya yang lebih rendah.

Baca Selengkapnya