CO2 Berada di Level Tertinggi dalam Sejarah, Sebabkan El Nino?

Jumat, 17 Mei 2019 13:35 WIB

Ilustrasi kekeringan. REUTERS/Mohamed Abd El Ghany

TEMPO.CO, Jakarta - Ilmuwan dari Scripps Institution of Oceanography, Amerika Serikat, menyatakan konsentrasi karbon dioksida (CO2) di atmosfer Bumi telah mencapai rekor tertinggi dalam sejarah manusia. Tingkat atmosfer CO2 yang menghangatkan Bumi telah mencapai lebih dari 415 part per million (ppm).

Baca juga: Kementerian Pertanian Antisipasi Terjadinya El Nino

Laman DW.com, baru-baru ini melaporkan bahwa peningkatan emisi gas rumah kaca buatan manusia telah membuat para ilmuwan khawatir. Observatorium Mauna Loa di Hawaii mencatat tingkat CO2 mencapai 415,39 ppm pada Sabtu, 11 Mei 2019, menandai pertama kalinya gas rumah kaca lebih dari 415 ppm.

Tingkat CO2 biasanya lebih tinggi di belahan Bumi utara pada musim gugur, musim dingin dan musim semi. Terakhir, CO2 di atmosfer dalam kadar di atas 415 ppm terjadi pada 3 juta tahun lalu ketika suhu rata-rata global 3 atau 4 derajat Celcius lebih tinggi dibandingkan hari ini dan permukaan lautan beberapa meter lebih tinggi.

Data telah dicatat sebagai bagian dari Kurva Keeling, yang memulai pengukuran di Mauna Loa pada 1958. Sejak itu, konsentrasi CO2 di atmosfer telah meningkat 30 persen. Sebelum Revolusi Industri pada abad ke-19, kadar CO2 berfluktuasi, tapi tidak pernah melebihi 300 ppm dalam satu waktu selama 800.000 tahun terakhir.

Tingkat CO2 di atmosfer mencapai 400 ppm untuk pertama kalinya dalam sejarah manusia terjadi pada 2013. Meskipun ada komitmen global untuk mengurangi gas rumah kaca di bawah Kesepakatan Iklim Paris 2015, laju gas penjebak panas yang memasuki atmosfer semakin cepat. Empat tahun terakhir terjadi pemecahan empat rekor terpanas.

Ralph Keeling, direktur Scripps Institution of Oceanography's Program CO2, mengatakan tren itu mungkin akan berlanjut sepanjang 2019 dengan kemungkinan tahun El Nino di mana suhu naik karena arus laut yang lebih hangat.

"Tingkat pertumbuhan rata-rata tetap pada ujung yang tinggi. Peningkatan dari tahun lalu mungkin akan sekitar 3 ppm sedangkan rata-rata baru-baru ini adalah 2,5 ppm," kata Keeling. "Kemungkinan kita melihat efek kondisi El Nino ringan di atas penggunaan bahan bakar fosil yang sedang berlangsung."

Menurutnya, setiap tahun akan naik seperti ini,. Seharusnya, kata Keeling, masyarakat mengatakan tidak, dan ini seharusnya tidak terjadi. "Ini tidak normal," tutur Keeling.

Menurut Scripps Institution, di bawah lintasan emisi saat ini, CO2 di atmosfer dapat mencapai 1.000 ppm di abad berikutnya.

DW | SCRIPPS INSTITUTION

Berita terkait

Banjir Rendam Selatan Brasil, 39 Orang Tewas dan 68 Lainnya Hilang

1 hari lalu

Banjir Rendam Selatan Brasil, 39 Orang Tewas dan 68 Lainnya Hilang

Sebanyak 39 orang tewas dan 68 lainnya belum ditemukan akibat hujan lebat dan banjir yang melanda Rio Grande do Sul, Brasil.

Baca Selengkapnya

Mentan Amran Genjot Produksi di NTB Melalui Pompanisasi

2 hari lalu

Mentan Amran Genjot Produksi di NTB Melalui Pompanisasi

Kekeringan El Nino sudah overlap dan harus waspada.

Baca Selengkapnya

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

4 hari lalu

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

Asia alamai dampak krisis perubahan iklim. Beberapa negara dilanda cuaca panas ekstrem. Ada yang mencapai 48,2 derajat celcius.

Baca Selengkapnya

5 Negara Asia Tenggara Dilanda Gelombang Panas, Indonesia Diserang DBD

5 hari lalu

5 Negara Asia Tenggara Dilanda Gelombang Panas, Indonesia Diserang DBD

Negara-negara Asia Tenggara tengah berjuang melawan gelombang panas yang mematikan tahun ini.

Baca Selengkapnya

Pertamina International Shipping Catat Penurunan Emisi Karbon 25.445 Ton

7 hari lalu

Pertamina International Shipping Catat Penurunan Emisi Karbon 25.445 Ton

PT Pertamina International Shipping mencatat data dekarbonisasi PIS turun signifikan setiap tahun.

Baca Selengkapnya

Ratusan Paus Pilot Terdampar di Australia Barat, Apa Keunikan Paus Ini?

8 hari lalu

Ratusan Paus Pilot Terdampar di Australia Barat, Apa Keunikan Paus Ini?

Sekitar 140 paus pilot yang terdampar di perairan dangkal negara bagian Australia Barat. Apakah jenis paus pilot itu?

Baca Selengkapnya

Separuh Jawa Barat Kemarau Mulai Juni, Durasi Cuaca Kering di Indramayu Paling Panjang

10 hari lalu

Separuh Jawa Barat Kemarau Mulai Juni, Durasi Cuaca Kering di Indramayu Paling Panjang

Sebagian besar Jawa Barat baru akan memasuki kemarau pada pertengahan 2024. Durasi di beberapa wilayah lebih panjang.

Baca Selengkapnya

Harga Gabah Anjlok, Kemendag: Gara-gara Panen Raya

10 hari lalu

Harga Gabah Anjlok, Kemendag: Gara-gara Panen Raya

Harga gabah anjlok menjadi Rp 4.500 per kilogram. Kemendag sebut gara-gara panen raya.

Baca Selengkapnya

8 Cara yang Bisa Dilakukan untuk Memperingati Hari Bumi

12 hari lalu

8 Cara yang Bisa Dilakukan untuk Memperingati Hari Bumi

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk memperingati Hari Bumi dengan aktivitas yang menghargai dan melindungi planet ini. Berikut di antaranya.

Baca Selengkapnya

Konflik Iran-Israel, Ekonomi Indonesia Terancam Turun di Bawah 5 Persen

14 hari lalu

Konflik Iran-Israel, Ekonomi Indonesia Terancam Turun di Bawah 5 Persen

Pertumbuhan ekonomi Indonesia terancam turun menjadi di bawah 5 persen karena dampak konflik Iran-Israel.

Baca Selengkapnya