Studi: Perubahan Iklim Ancam Tanaman Kopi dan Cokelat

Reporter

Tempo.co

Editor

Erwin Prima

Minggu, 23 Juni 2019 07:49 WIB

Ilustrasi tanaman kopi. TEMPO/Prima Mulia

TEMPO.CO, Jakarta - Para petani kopi dan cokelat perlu waspada beberapa tahun mendatang. Pasalnya usaha mereka nampaknya akan terganggu dengan menyusutnya beberapa tanaman pelindung di kebun mereka yang dapat mengancam kelangsungan kopi dan cokelat mereka karena tidak lagi terlindungi sebagaimana sebelumnya, sebagaimana dilaporkan Phys.org, 20 Juni 2019.

Baca: Mahasiswa Universitas Brawijaya Buat Kopi Buah Anti-Stroke

Hal itu merupakan laporan studi mengenai skenario iklim masa depan di Kawasan Amerika Tengah yang baru-baru ini dirilis oleh sejumlah peneliti di situs nature.com.

Mereka mengatakan bahwa lahan di sana yang sebelumnya cocok untuk ditanami kopi dan cokelat, mungkin tahun-tahun mendatang tidak akan cocok lagi mengingat perubahan iklim yang terjadi.

Begitu pula dengan tanaman yang selama ini dalam sistem wanatani menjadi pelindung kopi dan cokelat, yang keberadaannya seringkali tidak diperhatikan. Dengan perubahan iklim yang terjadi, akan ada tanaman yang perlu diganti sebagai bentuk adaptasi sistem ini terhadap perubahan iklim yang terjadi.

Advertising
Advertising

Sistem wanatani sendiri diterapkan pada perkebunan kopi dengan cara menempatkan tanaman kopi atau cokelat di bawah naungan tanaman yang berukuran besar dengan harapan agar tanaman kopi terhindar dari paparan panas matahari yang berlebih dan juga agar konservasi tanah dapat terjadi. Sistem ini memiliki keuntungan, yaitu menyediakan habitat bagi serangga dan burung yang dapat menjadi pembasmi hama alami.

Ketika para peneliti meneliti sepuluh jenis pohon yang paling banyak ada di perkebunan kopi dan cokelat dengan sistem wanatani, mereka mengidentifikasi bahwa jenis itulah yang paling rentan terhadap perubahan iklim.

Persebaran jenis tanaman yang rentan tersebut hampir 80 persen spesies berada di area kopi dan 62 persen di area cokelat.

Jenis tanaman itu termasuk spesies pohon penghasil buah seperti mangga, jambu biji dan alpukat atau kayu seperti aras.

Jumlah itu belum termasuk sekitar 56 persen pohon pengikat nitrogen seperti poro (Erythrina poeppigiana) dan guama (Inga edulis), yang memiliki kemampuan untuk meningkatkan produktivitas dan konservasi tanah.

Mereka perlu untuk mempersiapkan diri dengan mencari alternatif tanaman yang bisa dijadikan pelindung manakala nantinya satu persatu tanaman pelindung mereka mati.

Simak artikel lainnya tentang tanaman kopi dan cokelat di kanal Tekno Tempo.co.

PHYS | RIDWAN KUSUMA AL-AZIZ

Berita terkait

Viral Cokelat Rp1 Juta Kena Pajak Rp9 Juta, Bea Cukai: Ada Tas Chanel-nya

7 jam lalu

Viral Cokelat Rp1 Juta Kena Pajak Rp9 Juta, Bea Cukai: Ada Tas Chanel-nya

Sebuah unggahan video Tiktok tentang cokelat dari luar negeri senilai Rp1 juta dikenakan bea masuk Rp9 juta viral, ini penjelasan Bea Cukai

Baca Selengkapnya

Cegah Krisis Iklim, Muhammadiyah Luncurkan Program 1000 Cahaya

11 jam lalu

Cegah Krisis Iklim, Muhammadiyah Luncurkan Program 1000 Cahaya

Program ini berupaya membangun 'Green Movement' dengan memperbanyak amal usaha Muhammadiyah untuk mulai memilah dan memilih sumber energi bersih di masing-masing bidang usaha.

Baca Selengkapnya

Inilah 5 Minuman yang Bisa Memperlancar BAB

2 hari lalu

Inilah 5 Minuman yang Bisa Memperlancar BAB

Berikut ini lima minuman kesehatan yang bagus untuk menghilangkan sembelit serta perlancar BAB.

Baca Selengkapnya

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

3 hari lalu

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

Suhu panas yang dirasakan belakangan ini menegaskan tren kenaikan suhu udara yang telah terjadi di Indonesia. Begini data dari BMKG

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

5 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

6 hari lalu

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

Artikel soal kerusakan alat pemantau erupsi Gunung Ruang menjadi yang terpopuler dalam Top 3 Tekno hari ini.

Baca Selengkapnya

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

7 hari lalu

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN fokus pada perubahan iklim yang mempengaruhi sektor pembangunan.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

7 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

15 hari lalu

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.

Baca Selengkapnya

Indonesia Targetkan Nilai Ekspor Kopi ke Mesir Tahun Ini Tembus Rp 1,5 Triliun

15 hari lalu

Indonesia Targetkan Nilai Ekspor Kopi ke Mesir Tahun Ini Tembus Rp 1,5 Triliun

Atase Perdagangan Kairo, M Syahran Bhakti berharap eksportir kopi Indonesia dapat memenuhi permintaan dari Mesir pada 2024 ini di atas Rp 1,5 triliun.

Baca Selengkapnya