Mahasiswa UGM Ini Ubah 380 Gram Sampah Plastik Jadi 400 Cc Minyak
Reporter
Muh. Syaifullah (Kontributor)
Editor
Yudono Yanuar
Kamis, 1 Agustus 2019 16:35 WIB
TEMPO.CO, Yogyakarta - Sampah plastik gelas air mineral (plastik PP) di tangan mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) ini, bisa disulap jadi bahan dasar bahan bakar minyak (BBM). Sampah dalam kategori anorganik ini mudah ditemui karena banyak digunakan.
Oleh Yanditya Affan Almada dari D3 Teknik Mesin Sekolah Vokasi UGM limbah plastik ini diolah dengan alat-alat yang ia rancang menjadi BBM. Di tahap awal, hasilnya menjadi BBM bio solar (bio oil) di kelas minyak tanah. Namun dengan diolah lagi bisa menjadi jenis premium.
“Hasilnya bisa macam-macam, di awal menjadi semacam minyak tanah atau bio disel. Dengan diolah lagi melalui katalisator bisa menjadi premium,” kata Affan, Kamis, 1 Agustus 2019.
Alat untuk mengolah sampah plastik menjadi BBM berupa furnace atau pemanas yang dinamai AL-Production. Affan dibantu oleh Refandy Dwi Darmawan dari Fakultas Kehutanan mewujudkan penelitiannya ini.
Mereka mengembangkan teknologi yang mampu mengubah sampah anorganik menjadi bahan bakar melalui proses pirolisis. Mekanisme pirolisis yaitu proses memanaskan plastik tanpa oksigen dalam temperatur tertentu serta teknik destilasi.
Peralatan berupa pipa yang terhubung dengan tabung kedap udara bertekanan tinggi berbahan stainless steel. Untuk sumber energi yang berfungsi sebagai pemanas menggunakan aliran listrik.
Awalnya untuk pemanasan menggunakan sumber energi api. Tapi hasilnya kurang bagus karena suhu yang dihasilkan tidak bisa dikontrol. Dengan menggunakan tenaga listrik, panas bisa dikontrol dan lebih optimal.
“Kalau pakai energi listrik lebih terkontrol dan lebih optimal,” kata pria asal Bantul ini.
Cara kerja alat dimulai dengan memasukkan sampah plastik ke dalam tabung vakum. Lalu tabung dipanaskan hingga mencapai 450-550 derajat celcius. Tiga puluh menit kemudian keluar tetes-tetesan minyak dari pipa setelah melewati jalur pendinginan.
“Pada suhu 450 derajat celsius sudah mulai menetes. Stabil pada suhu 475 derajat celsius,” kata Affan.
Ia menambahkan, untuk volume sampah plastik PP seberat 380 gram pada suhu 450 derajat celcius sudah mulai menetes pada menit ke 20 (tergantung alat pemanas). Dari sampah plastik 380 gram bisa menghasilkan 340 gram bahan bakar atau sekitar 400 mililiter.
Memang, ia mengakui, hasil penelitiannya ini belum maksimal. Untuk menghasilkan bahan bakar minyak sekelas premium masih harus melalui katalisasi lagi dan membutuhkan bahan tambahan.
“Sudah kami coba di mesin sepeda motor. Hasilnya sudah mulai bagus namun masih agak kotor. Perlu penjernihan lagi dan kami terus melakukan penelitian,” kata Affan.
Selain plastik PP (gelas air dalam kemasan), plastik PET (botol minuman mineral) juga bisa diolah. Tetapi hasilnya tidak sejernih plastik PP.
“Plastik bekas kemasan kopi, sampo juga bisa. Tapi itu ada alumunium foilnya yang harus dipisahkan dulu,” kata dia.
Saat ini Affan terus melakukan pengembangan alat dan mendapatkan dana pengembangan dari Program Mahasiswa Wirausaha UGM. Selain itu juga mentoring dalam pengembangan bisnis ke depannya. “Kami terus melakukan penelitian biar lebih sempurna,” kata Refandy.
Berita lain terkait pengolahan sampah plastik, bisa Anda simak di Tempo.co.