Populasi Monyet di Gunung Kidul Kebanyakan, 1.200 Akan Diekspor

Reporter

Antara

Editor

Yudono Yanuar

Jumat, 6 September 2019 13:18 WIB

Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di pinggir jalan. (ANTARA)

TEMPO.CO, Jakarta - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Yogyakarta sudah mengajukan permohonan pengurangan populasi monyet ekor panjang di Kabupaten Gunung Kidul ke Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

"Rencananya, pengurangan populasi monyet ekor panjang sebanyak 1.200 ekor atau sekitar 60 sampai 70 persen dari yang ada di Gunung Kidul," kata Agus Sunarto, petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Yogyakarta di Gunung Kidul, Kamis.

Ia mengatakan rencananya pengurangan populasi monyet ekor panjang akan dilakukan oleh pihak ketiga sebagaimana tahun 2010. Ketika pihak ketiga mendatangkan warga Suku Badui untuk menangkap ratusan monyet ekor panjang di Gunung Kidul.

"Saat ini, kami hanya mengajukan, nantinya yang menangkap dari perusahaan yang memiliki izin ekspor. KLHK punya kuota 20.000 ekor per empat tahun. Monyet akan diekspor ke Cina dan Amerika," katanya.

Agus mengatakan bahwa populasi monyet ekor panjang di 11 dari 18 kecamatan yang ada di Gunung Kidul sudah menimbulkan keresahan masyarakat, khususnya di Kecamatan Girisubo dan Panggang.

Di wilayah Kecamatan Girisubo paling tidak ada lima koloni monyet ekor panjang dengan anggota setiap koloni sekitar 50 sampai 100 monyet ekor panjang.

"Monyet ekor panjang masuk ke permukiman warga dan merusak tanaman pangan yang ada di ladang. Hal ini, kami duga disebabkan meningkatnya populasi monyet ekor panjang dan semakin sedikitnya makanan karena musim kemarau panjang," kata Agus.

Ia mengatakan bahwa kawanan monyet ekor panjang diberi ruang untuk berkembang biak, antara lain di kawasan suaka margasatwa di Kecamatan Paliyan, tempat monyet ekor panjang bisa hidup di lahan seluas 400 hektare.

BKSDA Yogyakarta juga sudah menanam ratusan pohon buah-buahan guna menyediakan makanan bagi satwa tersebut dalam upaya mengurangi konflik antara manusia dan monyet.

BKSDA Yogyakarta menanam sedikitnya 14 jenis pohon buah di kawasan Suaka Margasatwa Paliyan. "Ada ratusan monyet ekor panjang yang hidup di sana," kata Agus.

Berita terkait

Tersangka Kasus Perdagangan Satwa Dilindungi di Makassar Segera Jalani Persidangan

4 hari lalu

Tersangka Kasus Perdagangan Satwa Dilindungi di Makassar Segera Jalani Persidangan

Saat ini kejahatan perdagangan satwa dilindungi kerap dilakukan melalui media online.

Baca Selengkapnya

Masukkan Sektor Laut Dalam Second NDC, KLHK: Ekosistem Pesisir Menyerap Karbon

5 hari lalu

Masukkan Sektor Laut Dalam Second NDC, KLHK: Ekosistem Pesisir Menyerap Karbon

KLHK memasukkan sektor kelautan ke dalam dokumen Second NDC Indonesia. Potensi mangrove dan padang lamun ditonjolkan.

Baca Selengkapnya

Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca, KLHK Prioritaskan Pembatasan Gas HFC

5 hari lalu

Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca, KLHK Prioritaskan Pembatasan Gas HFC

Setiap negara bebas memilih untuk mengurangi gas rumah kaca yang akan dikurangi atau dikelola.

Baca Selengkapnya

Ditarget Rampung Tahun Ini, Begini RUU KSDAHE Beri Ruang Dukungan untuk Konservasi Internasional

11 hari lalu

Ditarget Rampung Tahun Ini, Begini RUU KSDAHE Beri Ruang Dukungan untuk Konservasi Internasional

Rancangan Undang-undang tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya atau RUU KSDAHE ditarget segera disahkan pada tahun ini.

Baca Selengkapnya

Konflik Buaya dan Manusia Tinggi, BBKSDA NTT Desak Pemulihan Hutan Mangrove

17 hari lalu

Konflik Buaya dan Manusia Tinggi, BBKSDA NTT Desak Pemulihan Hutan Mangrove

Sepanjang tahun lalu, 5 warga Timor mati digigit buaya dan 10 luka-luka. Tahun ini sudah satu orang yang tewas.

Baca Selengkapnya

Ada Youtuber Siksa Kera di Angkor, Pemerintah Kamboja Bakal Ambil Tindakan

18 hari lalu

Ada Youtuber Siksa Kera di Angkor, Pemerintah Kamboja Bakal Ambil Tindakan

Selama ini, penyiksaan terhadap kera di Angkor tidak mencolok, tapi lama kelamaan kasusnya semakin banyak.

Baca Selengkapnya

Belum Ada Kasus Virus B di Indonesia, Kemenkes Tetap Minta Waspada

19 hari lalu

Belum Ada Kasus Virus B di Indonesia, Kemenkes Tetap Minta Waspada

Kemenkes menyatakan hingga kini belum terdeteksi adanya risiko kasus Virus B di Indonesia namun masyarakat diingatkan untuk tetap waspada

Baca Selengkapnya

Temuan Baru Anak Badak Jawa di Ujung Kulon, KLHK: Masih Banyak Ancaman

20 hari lalu

Temuan Baru Anak Badak Jawa di Ujung Kulon, KLHK: Masih Banyak Ancaman

Temuan individu baru badak Jawa menambah populasi satwa dilindungi tersebut di Taman Nasional Ujung Kulon. Beragam ancaman masih mengintai.

Baca Selengkapnya

Kualitas Udara Jakarta dan Sekitarnya Membaik, Gara-gara Mudik Lebaran?

20 hari lalu

Kualitas Udara Jakarta dan Sekitarnya Membaik, Gara-gara Mudik Lebaran?

Selama tiga hari terakhir, bersamaan dengan mudik lebaran, 11 stasiun pemantau kualitas udara Jakarta dan sekitarnya mencatat membaiknya level ISPU.

Baca Selengkapnya

Turut Dipicu Pasar Tumpah, Tambahan Sampah H-1 Lebaran di Depok Bisa Mencapai 180 Ton

20 hari lalu

Turut Dipicu Pasar Tumpah, Tambahan Sampah H-1 Lebaran di Depok Bisa Mencapai 180 Ton

Sampah di Depok diprediksi bertambah hingga 180 ton dari hari biasa pada malam Lebaran. Muncul dari pasar tumpah.

Baca Selengkapnya