Walhi: Ada Bayi Meninggal karena Kabut Asap, Pemerintah Lamban

Senin, 16 September 2019 17:40 WIB

Warga beraktivitas mengenakan masker medis ketika kabut asap Karhutla menyelimuti Kota Pekanbaru, Riau, Minggu, 15 September 2019. Dinas Kesehatan setempat menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk mengurangi aktivitas diluar ruangan. ANTARA

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Nasional Halisa Halid menilai pemerintah lambat merespon kasus kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan atau karhutla di Kalimantan dan Sumatera.

"Negara responnya sangat lambat, korban berjatuhan, ada bayi berumur empat bulan meninggal, ini membuat kita syok, seakan-akan negara lambat," ujar Halisa di Kantor Walhi, Jakarta Selatan, Senin, 16 September 2019.

Atas terlambatnya respon pemerintah terdapat kasus asap tersebut. Walhi dan berbagai organisasi masyarakat sipil lainnya mengirimkan surat terbuka untuk Presiden Joko Widodo atau Jokowi, khususnya kepada Kementerian KLHK, atau lembaga yang diperintahkan untuk menangani kebakaran ini seperti Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

Dalam surat tersebut ditulis bahwa sepanjang 2019 hingga 7 September, setidaknya tercatat 19.000 lebih titik api. Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per 15 September 2019, terdapat 2.862 titik api dengan total luas lahan yang terbakar 328.724 hektare.

"Ada beberapa desakan, mulai dari desakan dalam konteks tanggap darurat, juga terkait persoalan perizinan yang menjadi akar masalah yang tidak bisa dipulihkan," kata Halisa.

Advertising
Advertising

Menurut Halisa, peristiwa mungkin tidak terjadi kalau saja presiden mematuhi putusan Mahkamah Agung (MA) yang menyatakan pemerintah atau negara bersalah. Saat itu dalam gugatan citizen law suit (CLS) atau gugatan warga negara dalam kasus kebakaran hutan di Kalimantan Tengah pada 2015.

Bukannya mematuhi atau menjalankan putusan MA, kata Halisa, negara justru lebih memilih mengajukan peninjauan kembali (PK) terhadap putusan tersebut. "Ini buat kami sangat ironi karena putusan MA sesungguhnya dalam kerangka untuk menjamin kehidupan keselamatan warga negara. Dan bagian upaya pencegahan agar tidak terjadi lagi," tutur Halisa.

Nisa Anisa dari Solidaritas Perempuan memiliki pendapat yang sama bahwa pemerintah merespon kasus asap cukup lambat. Menurutnya, banyak korban akibat dari bencana ini, penyakit ispa dan muntaber juga dialami oleh perempuan dan anak-anak di sana.

Bahkan, kata Nisa, ada 20 perempuan hamil di Desa Hanjat Maju Kecamatan Kahayang Hilir Kabupaten Pulang Pisau, Mereka dalam keadaan hamil dan sulit akses keluar. Mereka berada di desa terpencil yang sulit mengakses kota dan tidak memiliki informasi apapun tentang apa yang harus mereka lakukan.

"Desa yang kita soroti memang desa yang tidak ada puskesmas, fasilitas kesehatan dan masih banyak masyarakat yang ada di daerah pelosok. Awal terjadi bencana pun masker sulit didapat, mereka sesak bernapas, respon pemerintah sangat lambat," kata Nisa.

Nisa juga mempertanyakan tanggung jawab dari pemerintah. Selain itu, ada beberapa desakan yang diharapkan seperti adanya sistem respon cepat dalam penangan kebakaran lahan. "Kita lihat ini sudah berkali-kali terjadi dan berjatuhan korban, bagaimana itu respon pemerintah?" tutur Nisa.

Nisa dan Halisa berharap pemerintah bergerak cepat dan harus memikirkan evakuasi di mana tepat yang aman dari kabut asap. Selain fasilitas kesehatan, perlu juga dipikirkan pasca peristiwa, seperti trauma mental ataupun fisik yang perlu dipulihkan.

Berita terkait

Walhi: Lahan yang Dikelola dengan Konsep Ekonomi Nusantara Lebih dari 1,3 Juta ha di 28 Provinsi

1 hari lalu

Walhi: Lahan yang Dikelola dengan Konsep Ekonomi Nusantara Lebih dari 1,3 Juta ha di 28 Provinsi

Walhi menggagas konsep Ekonomi Nusantara untuk membantu masyarakat lokal dalam tata kelola lahan.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: YLKI Minta Pinjol Ilegal Diberantas, Menteri Budi Arie Sebut Judi Online Hantu

2 hari lalu

Terpopuler: YLKI Minta Pinjol Ilegal Diberantas, Menteri Budi Arie Sebut Judi Online Hantu

Berita terpopuler Tempo: YLKI menuntut pemberantasan Pinjol ilegal, Menkominfo Budi Arie sebut judi online seperti hantu.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: YLKI Minta Akar Pinjol Ilegal Diberantas, Menteri Budi Arie Sebut Judi Online Hantu

3 hari lalu

Terpopuler: YLKI Minta Akar Pinjol Ilegal Diberantas, Menteri Budi Arie Sebut Judi Online Hantu

Berita terpopuler Tempo: YLKI menuntut pemberantasan Pinjol ilegal, Menkominfo Budi Arie sebut judi online seperti hantu.

Baca Selengkapnya

WALHI Tuntut Jepang Hentikan Pendanaan Proyek LNG, Termasuk di Indonesia

3 hari lalu

WALHI Tuntut Jepang Hentikan Pendanaan Proyek LNG, Termasuk di Indonesia

Walhi menuntut Jepang untuk menghentikan pendanaan publik negara tersebut untuk proyek gas dan LNG (Liquefied Natural Gas). Pasalnya, Walhi menilai proyek itu berdampak buruk pada lingkungan dan melanggar hak asasi manusia.

Baca Selengkapnya

Tanggapan Walhi Jatim Terhadap Banjir di Kota Surabaya Sepanjang 2024

4 hari lalu

Tanggapan Walhi Jatim Terhadap Banjir di Kota Surabaya Sepanjang 2024

Pada 2024, Kota Surabaya menjadi salah satu wilayah di Jawa Timur yang merasakan langsung dampak banjir. Walhi Jatim beri tanggapan.

Baca Selengkapnya

Walhi Tuntut Jepang Akhiri Pendanaan Proyek Gas Fosil yang Menimbulkan Bencana

5 hari lalu

Walhi Tuntut Jepang Akhiri Pendanaan Proyek Gas Fosil yang Menimbulkan Bencana

Menurut Walhi, pasca Perjanjian Paris, JBIC justru menjadi penyandang dana gas fosil terbesar di Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya

Demo Tolak Tambang Timah di Kantor Gubernur Bangka Belitung, Walhi: Setop IUP Baru

8 hari lalu

Demo Tolak Tambang Timah di Kantor Gubernur Bangka Belitung, Walhi: Setop IUP Baru

Walhi menyebut fakta kacaunya tata kelola timah di Bangka Belitung juga dapat dilihat dari perubahan peradaban masyarakat adat.

Baca Selengkapnya

10 Program Studi Paling Ketat SNBP 2024 dan Redmi Pad Pro di Top 3 Tekno

18 hari lalu

10 Program Studi Paling Ketat SNBP 2024 dan Redmi Pad Pro di Top 3 Tekno

Top 3 Tekno Berita Terkini dimulai dari artikel berjudul '10 Program Studi Paling Ketat SNBP 2024 dari Berbagai Universitas'.

Baca Selengkapnya

Walhi dan Pokja Pesisir Kaltim: Teluk Balikpapan Rusak akibat Pembangunan IKN

19 hari lalu

Walhi dan Pokja Pesisir Kaltim: Teluk Balikpapan Rusak akibat Pembangunan IKN

Walhi dan Pokja Pesisir Kalimantan Timur sebut kerusakan Teluk Balikpapan salah satunya karena efek pembangunan IKN.

Baca Selengkapnya

Rp 19.842 triliun Kredit Global ke Grup Perusahaan Berisiko Iklim, Ada RGE dan Sinarmas

35 hari lalu

Rp 19.842 triliun Kredit Global ke Grup Perusahaan Berisiko Iklim, Ada RGE dan Sinarmas

Walhi dan Greenpeace Indonesia mengimbau lembaga keuangan tidak lagi mendanai peruhasaan yang terlibat perusakan lingkungan dan iklim.

Baca Selengkapnya