Tinggalkan Google, Wanita Ini Ungkap Rahasia Robot Militer Otonom

Reporter

Terjemahan

Editor

Erwin Prima

Rabu, 18 September 2019 09:47 WIB

Seorang pria melewati logo Google yang digambar menggunakan kapur tulis di Google campus dekat Pantai Venice, Los Angeles, California. Di tempat ini, sekitar 500 orang pekerja mendesain iklan video untuk situs YouTube, beberapa bagian jejaring sosial Google+ dan alat penjelajah Chrome. REUTERS/Lucy Nicholson

TEMPO.CO, Jakarta - Mantan karyawan Google telah menyerukan larangan droid atau robot militer otonom, dengan alasan bahwa mereka terlalu berbahaya. Sayangnya, robot-robot itu telah tersedia.

Laura Nolan mengatakan bahwa tidak seperti robot yang dikendalikan manusia, mesin otonom sulit diprediksi. Nolan keluar dari Google setelah diminta bekerja pada proyek teknologi militer otonom, sebagaimana dilaporkan The Sun, 16 September 2019.

Saat ini Nolan menjadi anggota dari Kampanye untuk Menghentikan Robot Pembunuh, dan memperingatkan risiko terlibat dalam membangun teknologi otonom yang mematikan.

"Mungkin ada kecelakaan berskala besar karena semuanya akan mulai berlaku pada hari-hari yang tidak terduga," kata Nolan kepada The Guardian sebagaimana dikutip The Sun.

"Anda dapat menghadapi skenario di mana senjata otonom yang telah dikirim untuk melakukan pekerjaan menghadapi sinyal radar yang tidak terduga di daerah yang mereka cari. Mungkin ada cuaca yang tidak diperhitungkan dalam perangkat lunaknya. Atau mereka menemukan sekelompok pria bersenjata yang tampaknya adalah musuh, tetapi sebenarnya keluar dengan senjata berburu makanan."

Advertising
Advertising

Nolan sebelumnya bekerja di Google Project Maven, area penelitian yang sangat kontroversial di raksasa mesin pencari itu. Gagasan aneh Google adalah melibatkan pelatihan sistem AI pada rekaman drone selama berjam-jam.

Ini akan mengajarkan sistem untuk dengan cepat membedakan antara manusia dan benda. Militer AS dapat menggunakan sistem seperti itu untuk membuat drone perang lebih akurat ketika berburu sasaran.

Tetapi Proyek Maven akhirnya dibatalkan setelah 3.000 karyawan menandatangani petisi menentangnya. "Mesin itu tidak memiliki kecerdasan atau akal sehat yang dimiliki sentuhan manusia," kata Nolan.

"Hal menakutkan lainnya tentang sistem perang otonom ini adalah Anda hanya dapat benar-benar mengujinya dengan mengerahkannya di zona tempur nyata,” ujarnya.

"Mungkin itu terjadi dengan Rusia saat ini di Suriah - siapa yang tahu? Yang kita tahu adalah bahwa di PBB, Rusia telah menentang perjanjian apa pun apalagi melarang senjata-senjata ini," tambahnya. Berita buruknya adalah robot pembunuh sangat nyata.

THE SUN | GUARDIAN

Berita terkait

Spanyol Akan Kirim Rudal Patriot ke Ukraina

18 jam lalu

Spanyol Akan Kirim Rudal Patriot ke Ukraina

Kementerian Pertahanan Spanyol tidak mengungkap berapa banyak rudal patriot untuk Ukraina. Hanya menyebut rudal tiba beberapa hari ke depan.

Baca Selengkapnya

Filipina Pastikan Belum Ada Kata Sepakat dengan Beijing soal Laut Cina Selatan

1 hari lalu

Filipina Pastikan Belum Ada Kata Sepakat dengan Beijing soal Laut Cina Selatan

Filipina menyangkal klaim Beijing yang menyebut kedua negara telah mencapai kata sepakat terkait sengketa Laut Cina Selatan

Baca Selengkapnya

4 Fakta Lanud Soewondo yang Jadi Lokasi Konser Sheila on 7 di Medan

2 hari lalu

4 Fakta Lanud Soewondo yang Jadi Lokasi Konser Sheila on 7 di Medan

Konser Sheila on 7 akan digelar di lima kota termasuk Medan yang akan di langsungkan di Pangkalan Udara Seowondo, 14 September 2024

Baca Selengkapnya

Adik Kim Jong Un Umumkan Korea Utara sedang Bangun Militer Besar-besaran

4 hari lalu

Adik Kim Jong Un Umumkan Korea Utara sedang Bangun Militer Besar-besaran

Adik Kim Jong Un memastikan negaranya akan terus membangun kekuatan militer besar-besaran dan terkuat untuk melindungi kedaulatan dan perdamaian

Baca Selengkapnya

Pengeluaran Militer Global Capai Rekor Tertinggi pada 2023, Israel Naik 24 Persen

6 hari lalu

Pengeluaran Militer Global Capai Rekor Tertinggi pada 2023, Israel Naik 24 Persen

Pengeluaran militer global pada 2023 mencapai rekor tertinggi dengan angka US$2.443 miliar atau sekitar Rp39,66 kuadriliun.

Baca Selengkapnya

AS akan Jatuhkan Sanksi pada Batalion Israel atas Pelanggaran HAM, Netanyahu: Saya Lawan!

6 hari lalu

AS akan Jatuhkan Sanksi pada Batalion Israel atas Pelanggaran HAM, Netanyahu: Saya Lawan!

PM Israel Benjamin Netanyahu akan melawan sanksi apa pun yang menargetkan unit militer Israel atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia.

Baca Selengkapnya

Google Kembali Melakukan PHK, Ini Alasannya

9 hari lalu

Google Kembali Melakukan PHK, Ini Alasannya

Dalam beberapa bulan terakhir Google telah melakukan PHK sebanyak 3 kali, kali ini berdampak pada 28 karyawan yang melakukan aksi protes.

Baca Selengkapnya

Mengenal Ragam Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan TNI

9 hari lalu

Mengenal Ragam Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan TNI

Gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan TNI memiliki makna yang berbeda. Berikut adalah penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Hizbullah Serang Israel

10 hari lalu

Hizbullah Serang Israel

Hizbullah di Lebanon pada Rabu, 17 April 2024, mengkonfirmasi telah menembakkan sejumlah rudal dan drone ke sebuah fasilitas militer di utara Israel.

Baca Selengkapnya

Diprotes Karyawan Google karena Kerja Sama dengan Israel, Apa Itu Proyek Nimbus?

10 hari lalu

Diprotes Karyawan Google karena Kerja Sama dengan Israel, Apa Itu Proyek Nimbus?

Proyek Nimbus adalah proyek komputasi cloud atau awan milik pemerintah dan militer Israel yang bekerja sama dengan Google dan Amazon.

Baca Selengkapnya