Masalah Iklan Politik, Karyawan Facebook Kecam Mark Zuckerberg

Selasa, 29 Oktober 2019 08:33 WIB

Facebook CEO Mark Zuckerberg, bersaksi untuk dengar pendapat Komite Energi dan Perdagangan DPR mengenai penggunaan dan perlindungan data pengguna di Capitol Hill, Washington, 11 April 2018. REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Karyawan Facebook mengecam CEO-nya Mark Zuckerberg untuk kebijakan iklan kontroversial yang mereka katakan bisa melindungi informasi keliru.

Dalam surat yang ditandatangani ratusan pekerja, karyawan mengkritik Facebook dan Zuckerberg karena penolakan memperbaiki informasi menyesatkan yang muncul dalam iklan politik berbayar.

Dalam surat tersebut, karyawan menilai informasi yang salah mempengaruhi banyak hal. Kebijakan saat ini mengenai iklan politik itu dinilai sebagai ancaman terhadap apa yang diperjuangkan Facebook.

"Kami sangat menentang kebijakan ini. Itu tidak melindungi suara, tapi sebaliknya memungkinkan politisi untuk memanfaatkan platform kita dengan sasaran orang-orang yang percaya bahwa konten yang diposting tokoh politik dapat dipercaya," tertulis dalam surat itu, seperti dikutip Daily Mail, Senin, 28 Oktober 2019.

Kebijakan itu, kata mereka, tidak hanya bertentangan dengan sikap terhadap kebebasan berbicara, tapi juga dapat mengganggu pemilihan presiden AS tahun 2020.

Surat itu ditulis sebagai tanggapan terhadap sikap Facebook yang dibuat pada September lalu bahwa iklan politik berbayar sebagai bagian dari kebebasan berpendapat. Zuckerberg juga membela kebijakan Facebook, baik dalam pidato di Universitas Georgetown dan dalam sidang kongres bulan ini.

"Kebijakan kami adalah kami tidak memeriksa pidato politisi, dan alasannya adalah kami percaya dalam demokrasi adalah penting bahwa orang bisa melihat sendiri apa yang dikatakan politisi," kata Zuckerberg dalam audiensi.

Facebook mengatakan akan menahan diri untuk tidak menghapus klaim dalam iklan politik, bahkan yang dianggap salah. Sikap kontroversial telah menarik kemarahan dari pengguna, politisi, dan sekarang, karyawan yang tidak puas.

Dalam surat mereka, pekerja menguraikan beberapa tuntutan yang mereka katakan demi meraih kembali integritas platform itu. Termasuk memperlakukan informasi salah, yang muncul dalam iklan politik seperti konten menyesatkan lainnya di Facebook.

Pekerja juga mengadvokasi untuk lebih jelas melabeli iklan politik dengan isyarat visual, klarifikasi kebijakannya seputar informasi yang salah, dan melarang penggunaan iklan bertarget. Dengan menggunakan banyak alat penargetan iklan Facebook, para pekerja mengatakan kemampuan politisi Facebook untuk masuk ke audiensi terlalu besar dan dapat melemahkan debat publik.

"Risiko dengan membiarkan hal ini adalah sulit bagi orang-orang di daerah pemilihan untuk berpartisipasi dalam pengawasan publik yang kami katakan datang bersamaan dengan pidato politik," tulis para karyawan Facebook. "Iklan-iklan ini seringkali sangat mikro-target sehingga percakapan di platform kami jauh lebih sunyi daripada di platform lain."

DAILY MAIL | NEW YORK TIMES

Berita terkait

Meta AI Resmi Diluncurkan, Ini Fitur-fitur Menariknya

11 hari lalu

Meta AI Resmi Diluncurkan, Ini Fitur-fitur Menariknya

Chatbot Meta AI dapat melakukan sejumlah tugas seperti percakapan teks, memberi informasi terbaru dari internet, menghubungkan sumber, hingga menghasilkan gambar dari perintah teks.

Baca Selengkapnya

Chat Sering Tenggelam, WhatsApp Luncurkan Fitur Filter Obrolan untuk Mengatasinya

17 hari lalu

Chat Sering Tenggelam, WhatsApp Luncurkan Fitur Filter Obrolan untuk Mengatasinya

Fitur baru WhatsApp ini memungkinkan pengguna untuk mengetahui pesan baru atau yang terlewatkan dari pandangannya.

Baca Selengkapnya

Selain Tim Cook, Siapa Saja Bos Perusahaan Teknologi Dunia yang Pernah Bertemu Jokowi?

18 hari lalu

Selain Tim Cook, Siapa Saja Bos Perusahaan Teknologi Dunia yang Pernah Bertemu Jokowi?

Selain CEO Apple Tim Cook, Jokowi tercatat beberapa kali pernah bertemu dengan bos-bos perusahaan dunia. Berikut daftarnya:

Baca Selengkapnya

Prajogo Pangestu Masuk Daftar 5 Orang Terkaya Dunia, Kekayaannya Paling Banyak Bertambah Sepanjang 2023

25 hari lalu

Prajogo Pangestu Masuk Daftar 5 Orang Terkaya Dunia, Kekayaannya Paling Banyak Bertambah Sepanjang 2023

Prajogo Pangestu orang terkaya bersama Jeff Bezos, Mark Zuckerberg, dan Elon Musk yang kekayaannya terbanyak bertambah sepanjang 2023 versi Forbes.

Baca Selengkapnya

Sudah Bisa Diakses, Facebook Bikin Pembaruan Fitur Video Jadi Mirip di TikTok

30 hari lalu

Sudah Bisa Diakses, Facebook Bikin Pembaruan Fitur Video Jadi Mirip di TikTok

Pada aplikasi TikTok telah menjadi pedoman tetap namun bagi Facebook, ini sebuah inovasi dan kemajuan.

Baca Selengkapnya

Cara Unblock Akun Seseorang di Facebook dengan Mudah

33 hari lalu

Cara Unblock Akun Seseorang di Facebook dengan Mudah

Ada beberapa cara unblock teman di Facebook, bisa melalui handphone maupun laptop. Cukup ikuti beberapa langkah berikut ini.

Baca Selengkapnya

Rayakan Hari Paskah dengan 55 Link Twibbon, Begini Cara Menggunakannya

37 hari lalu

Rayakan Hari Paskah dengan 55 Link Twibbon, Begini Cara Menggunakannya

Hari Paskah dapat dirayakan menggunakan twibbon beragam pilihan. Berikut memilih twibbon Hari Paskah yang sesuai selera dan cara menggunakannya!

Baca Selengkapnya

Survei Meta Ungkap Pengguna Medsos Usia Muda di Indonesia Berani dan Aktif

37 hari lalu

Survei Meta Ungkap Pengguna Medsos Usia Muda di Indonesia Berani dan Aktif

Sebanyak 87 persen responden dalam survei Meta menyatakan bahwa media sosial adalah platform efektif untuk sampaikan pesan dan mendorong perubahan.

Baca Selengkapnya

WhatsApp Aplikasi Perpesanan Paling Populer, Semua Bermula di Sebuah Garasi Rumah pada 2009

38 hari lalu

WhatsApp Aplikasi Perpesanan Paling Populer, Semua Bermula di Sebuah Garasi Rumah pada 2009

WhatsApp dibuat 2 mantan karyawan Yahoo, Brian Acton dan Jan Koum pada 2009 di sebuah garasi rumah di California. Begini perkembangannya.

Baca Selengkapnya

Fitur Khusus Meta untuk Batasi Konten Politik, Begini Cara Mengaktifkannya

40 hari lalu

Fitur Khusus Meta untuk Batasi Konten Politik, Begini Cara Mengaktifkannya

Meta menambahkan fitur khusus untuk membatasi konten politik pada platform yang dinaunginya, terutama Instagram.

Baca Selengkapnya