Ini Kronologi Letusan Merapi Sabtu Tadi, Hujan Abu di Magelang
Reporter
Muh. Syaifullah (Kontributor)
Editor
Yudono Yanuar
Sabtu, 9 November 2019 14:26 WIB
TEMPO.CO, Yogyakarta - Letusan Gunung Merapi pada Sabtu, 9 November 2019 pukul 06.21 WIB akibat dari aktivitas vulkanik yang semakin meningkat. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi ( BPPTKG ) Yogyakarta menyebut paska letusan 14 Oktober 2019, data pemantauan mengalami peningkatan pada 25 Oktober 2019.
Yaitu berupa kenaikan jumlah gempa vulkano-tektonik dalam (VTA) mencapai 12 kali. Peningkatan tersebut diikuti dengan kenaikan gempa dangkal pada tanggal 26-28 Oktober. Pada tanggal 28 Oktober jumlah gempa vulkano-tektonik dangkal (VTB) mencapai 5 kali dan multi-phase (MP)
mencapai 27 kali.
“Setelah Itu kegempaan menurun kembali dengan jumlah rata-rata
gempa VTA dan VTB 1 kali per hari dan MP sekitar 5 kali per hari,” kata Kepala BPPTKG Yogyakarta Hanks Humaida, Sabtu, 9 November 2019.
Berdasarkan foto drone 30 Oktober 2019 di pusat kubah lava
teramati material baru. Yaitu berupa sumbat lava yang terangkat yang diduga terkait dengan peningkatan aktivitas pada 25-28 Oktober 2019.
Aktivitas kegempaan kembali meningkat pada tanggal 8 November 2019 di mana tercatat gempa VTA 3 kali, VTB 9 kali, dan MP 44 kali.
“Pada hari Sabtu tanggal 9 November 2019 pukul 06.21 WIB terjadi letusan terekam di seismogram dengan amplitudo 65 mm dan durasi 160 detik,” kata dia.
Awan panas meluncur dengan jarak sekitar 2 km ke arah Kali Gendol. Kolom asap letusan setinggi lebih kurang 1.500 meter dari puncak.
“Untuk mengantisipasi gangguan abu vulkanik terhadap penerbangan maka VONA (Volcano Observatory Notice for Aviation) diterbitkan
dengan kode warna oranye,” kata dia.
Hujan abu dilaporkan terjadi di sekitar Gunung Merapi dengan arah dominan ke sektor Barat sejauh 15 kilometer dari puncak. Wilayah yang terdampak hujan abu tipis seperti di Wonolelo, Sawangan, Kabupaten Magelang
dan Tlogolele, Selo, Kabupaten Boyolali.
Ancaman bahaya dari kejadian letusan Merapi ini berupa awan panas letusan (APL) yang bersumber dari material kubah lava dan lontaran material
vulkanik dengan jangkauan kurang dari 3 kilometer berdasarkan volume kubah yang sebesar 416.000 meter kubik berdasarkan data drone 30 Oktober 2019.