Ilmuwan Pelajari Awal Tata Surya dari Meteorit 4,6 Miliar Tahun

Reporter

Tempo.co

Editor

Erwin Prima

Sabtu, 30 November 2019 05:47 WIB

Temuan meteorit memberi petunjuk asal usul kehidupan dan tata surya. Kredit: University of Manchester/Independent

TEMPO.CO, Jakarta - Para ilmuwan dapat melihat sekilas seperti apa tata surya pada 4,6 miliar tahun yang lalu dengan menganalisis fosil es dari meteorit primitif, sebagaimana dilaporkan International Business Times pada Selasa, 26 November 2019.

Dalam studi terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Science Advances, para ilmuwan berpendapat bahwa mempelajari komposisi batuan ruang angkasa kuno dapat memberikan petunjuk mengenai pembentukan benda-benda kosmik besar seperti planet, bulan, dan asteroid.

Meteorit yang dipelajari para ilmuwan disebut Acfer 094. Meteorit ini mereka peroleh setelah jatuh pada 1990 di gurun Sahara di Aljazair, Afrika Utara. Mereka mencatat bahwa itu adalah meteorit primitif yang merupakan sisa dari awan gas kuno yang diyakini telah berkontribusi pada pembentukan benda-benda di tata surya. Ilmuwan mengatakan meteorit itu berumur sekitar 4,6 miliar tahun.

Ketika mereka mempelajari Acfer 094, ilmuwan menemukan jejak-jejak fosil es. Karena usia dan asal mula meteorit primitif, para ilmuwan percaya bahwa fosil es mengandung unsur-unsur yang dapat dianggap sebagai blok bangunan planet dan benda kosmik besar lainnya.

"Saya telah melihat matriks meteorit primitif, bahan yang menyatukan struktur," Epifano Vaccaro, rekan penulis studi dan kurator di Natural History Museum di London mengatakan dalam sebuah pernyataan.

Advertising
Advertising

"Meteorit yang dimaksud berasal dari sekitar 4,6 miliar tahun yang lalu, ketika Matahari lahir dan tata surya kita terbentuk," lanjutnya. "Matriks dari meteorit ini karena itu dianggap sebagai bahan awal dari mana semua planet terbentuk."

Menurut para ilmuwan, meteorit primitif seperti Acfer 094 kemungkinan besar terbentuk sebagai gaya gravitasi bintang yang baru lahir yang ditarik oleh gas dan berbagai elemen dari sekitarnya. Ini menciptakan cakram berputar yang terdiri dari berbagai bahan termasuk hidrogen, silikat, besi, dan es.

Ketika bahan-bahan ini berputar di sekitar bintang, mereka mulai menyatu hingga tumbuh menjadi benda kosmik yang lebih besar. Para ilmuwan meyakini fosil es di dalam meteorit primitif ini menyimpan jejak bahan awal yang menyatu bersama untuk membentuk planet dan benda kosmik lainnya.

Menurut Vaccarro, mempelajari meteorit primitif seperti Acfer 094 memberikan peluang unik untuk mengidentifikasi jenis bahan yang ada pada tahap awal tata surya.

"Ini berarti bahwa jika kita ingin memahami seperti apa debu itu ketika tata surya terbentuk, kita perlu kembali dan mengambil beberapa bahan yang tidak melalui proses diferensiasi ini," katanya. "Dalam beberapa meteorit, kita memiliki bahan awal yang diawetkan."

GALUH PUTRI RIYANTO | IBT | SCIENCE ADVANCES

Berita terkait

BRIN Kirim Surat Teguran, Minta Ratusan Pensiunan Ilmuwan Kosongkan Rumah di Puspiptek

6 hari lalu

BRIN Kirim Surat Teguran, Minta Ratusan Pensiunan Ilmuwan Kosongkan Rumah di Puspiptek

BRIN meminta ratusan pensiunan ilmuwan mengosongkan rumah dinas di Puspiptek paling lambat 15 Mei 2024

Baca Selengkapnya

Kemunculan Komet Setan, Perlukah Kita Khawatir?

34 hari lalu

Kemunculan Komet Setan, Perlukah Kita Khawatir?

Komet 12P/Pons-Brooks alias komet setan menuju titik terdekatnya dengan matahari dan bumi. Pakar astronomi membantah isu tanda kiamat.

Baca Selengkapnya

Vladimir Putin Bocorkan Ilmuwan Rusia sedang Membuat Vaksin untuk Obati Kanker

15 Februari 2024

Vladimir Putin Bocorkan Ilmuwan Rusia sedang Membuat Vaksin untuk Obati Kanker

Vladimir Putin mengkonfirmasi ilmuwan bidang medis di Rusia sedang berusaha membuat vaksin untuk melawan penyakit kanker.

Baca Selengkapnya

Apa Itu Sivitas Akademika yang Terus Lakukan Kritik terhadap Jokowi?

10 Februari 2024

Apa Itu Sivitas Akademika yang Terus Lakukan Kritik terhadap Jokowi?

Sivitas akademika dari puluhan universitas terus melakukan kritik terhadap Jokowi, menjelang Pemilu 2024. Apakah itu sivitas akademika?

Baca Selengkapnya

Para Ilmuwan Temukan Asteroid Dekat Bumi Beberapa Jam Sebelum Meledak di Atas Berlin

25 Januari 2024

Para Ilmuwan Temukan Asteroid Dekat Bumi Beberapa Jam Sebelum Meledak di Atas Berlin

Asteroid ini bisa dilihat masyarakat di sekitar Berlin, Jerman, dengan bentuk seperti pancaran sinar bola api.

Baca Selengkapnya

Mumi Alien yang Misterius Muncul di Peru Ternyata Boneka Humanoid

14 Januari 2024

Mumi Alien yang Misterius Muncul di Peru Ternyata Boneka Humanoid

Para ilmuwan menyatakan 'mumi alien' di Peru sebenarnya adalah boneka yang terbuat dari tulang Bumi.

Baca Selengkapnya

Ilmuwan Simpulkan Fosil New Mexico Spesies Tyrannosaurus Baru

12 Januari 2024

Ilmuwan Simpulkan Fosil New Mexico Spesies Tyrannosaurus Baru

Para ilmuwan menyimpulkan fosil New Mexico adalah spesies Tyrannosaurus baru.

Baca Selengkapnya

Suhu 2023 Terpanas yang Tercatat, Ilmuwan UE: Bermula dari Krisis Iklim

10 Januari 2024

Suhu 2023 Terpanas yang Tercatat, Ilmuwan UE: Bermula dari Krisis Iklim

Rata-rata pada tahun 2023 suhu bumi lebih panas 1,48 derajat Celcius dibandingkan periode pra-industri pada tahun 1850-1900.

Baca Selengkapnya

Ilmuwan Temukan Spesies Dinosaurus Baru Bernama Farlowichnus Rapidus

24 November 2023

Ilmuwan Temukan Spesies Dinosaurus Baru Bernama Farlowichnus Rapidus

Para ilmuwan mengidentifikasi spesies dinosaurus baru dari jejak kaki di Brasil.

Baca Selengkapnya

Usai Penemuan Satwa Langka di Papua, Kini Kawasannya Ditanami Bambu

16 November 2023

Usai Penemuan Satwa Langka di Papua, Kini Kawasannya Ditanami Bambu

Pemerintah Provinsi Papua melakukan penanaman bibit bambu di daerah penyangga Cagar Alam Pegunungan Cycloop.

Baca Selengkapnya