Beda Helikopter Presiden Jokowi dan Trump: EC-725 AP vs VH-92A
Reporter
Moh Khory Alfarizi
Editor
Erwin Prima
Senin, 13 Januari 2020 15:13 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi untuk sementara waktu akan menggunakan helikopter EC-725 AP/Caracal milik TNI Angkatan Udara untuk kegiatan kepresidenannya.
Namun, bukan hanya Jokowi yang menggunakan helikopter sebagai kendaraan kepresidenan, Presiden Amerika Serikat Donald Trump juga memiliki helikopter sebagai kendaraannya, yaitu VH-92A.
Helikopter EC-725 AP akan menggantikan Super Puma yang menjalani perawatan. Tidak dijelaskan kondisi helikopter berkelir biru yang biasa digunakan untuk agenda kepresidenan itu, tapi belum lama, Minggu 5 Januari, helikopter gagal mendaratkan Jokowi, saat hendak meninjau korban longsor dan banjir bandang di Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Sementara, helikopter VH-92A merupakan kendaraan terbaru Trump untuk aktivitas kepresidenan yang akan dikenalkan pada tahun ini, demikian dikutip laman National Interest beberapa waktu lalu. Lalu apa beda helikopter yang digunakan Jokowi dan Trump? Berikut detailnya:
1. Helikopter Trump VH-92A
Helikopter VH-92A didasarkan pada pesawat komersial Sikorsky S-92A yang sukses dan bersertifikat FAA, yang baru-baru ini melampaui satu juta jam penerbangan. Pabriknya, Lockheed Martin, mengungkapkan bahwa helikopter kepresidenan VH-92A telah melakukan penerbangan perdananya pada 28 Juli 2019.
Penerbangan berlangsung di Sikorsky Aircraft di Stratford, Connecticut dan menandakan dimulainya program uji penerbangan 250 jam, yang akan berlangsung di fasilitas Lockheed Martin di Owego, New York. VH-92A akan mulai beroperasi tahun ini, dan akan mengangkut presiden dan wakil presiden Amerika Serikat beserta pejabat lainnya.
Helikopter akan memiliki tanda panggilan khusus "Marine One" yang mengidentifikasi pesawat Korps Marinir Amerika Serikat (USMC) yang membawa Presiden Amerika Serikat (sementara pesawat USMC yang membawa Wakil Presiden memiliki tanda panggilan Marine Two).
Helikopter ini merupakan pengembangan modifikasi dari jenis Sikorsky S-92A. VH-92A ini memiliki kecepatan hingga 190 mil per jam dengan daya jelajah 175 mph. Helikopter ini berkapasitas 19 penumpang, dengan dua kru penerbangan, kedua pilot duduk berdampingan di bagian hidung.
VH-92A ditenagai dengan mesil turboshaft General Electric CT7-8Ax yang mengembangkan 2.520 tenaga kuda. Masing-masing menggerakkan rotor utama dan rotor ekor yang berbilah empat. Bilah rotor utama terletak di dekat garis atap badan helikopter.
Helikopter ini memiliki panjang 56,1 kaki (17,1 meter), lebar 56,33 kaki (17,17 meter), tinggi 15,42 kaki (4,7 meter), berat kosong 7.050 kilogram dengan maksimal berat dengan beban 12.570 kilogram, demikian tercatat dalam situs Military Factory.
2. Helikopter Jokowi EC-725 AP
Helikopter yang disebut juga Super Cougar atau H225M, masih keluarga Super Puma (H215), sama-sama helikopter SAR tempur buatan Airbus Helicopters. Perbedaan paling mencolok adalah jumlah baling-baling (blade) pada rotor utama. Super Puma masih empat blade, sedang H225M menggunakan lima.
Super Cougar ini adalah helikopter tempur multi guna yang ditenagai mesin Makila 2A1. Rotor lima baling-balingnya memiliki tingkat vibrasi rendah. Desain spherilex modular juga menjadikannya tak perlu perawatan biaya tinggi.
Sesuai fungsinya untuk tempur dan SAR, helikopter bisa beroperasi baik dari kapal laut maupun darat. Juga memiliki perlindungan dari es dan pasir, pelontar flare, tali untuk pengerahan maupun penarikan personel, serta night vision goggle compatibility untuk menembus segala cuaca.
Persenjataannya terdiri dari cannon 20 mm serta machine gun 7,62 mm. Selain itu masih ada heavy store carriers untuk satu rocket pods 68 mm, cannon pod 20 mm, dan cannon pod 12,7 mm. Sistem persenjataan ini dilengkapi pula dengan penerima peringatan radar, sistem peringatan rudal, penerima peringatan laser.
Helikopter yang diklaim nyaman oleh Panglima TNI Hadi Tjahjanto ini berkapasitas 31 orang termasuk kru. Dengan bobot lepas landas maksimum 11.200 kilogram dan bentang baling-baling 16,2 meter, capung besi ini mampu melesat hingga 324 kilometer per jam dan daya jelajah dengan bahan bakar normal sejauh 920 kilometer.
NATIONAL INTERES | MILITARY FACTORY