Hoax Virus Corona di RSUP Sardjito, Perawat: Kami Siap Bertugas
Reporter
Pito Agustin Rudiana (Kontributor)
Editor
Zacharias Wuragil
Jumat, 24 Januari 2020 06:00 WIB
TEMPO.CO, Sleman - RSUP Sardjito, Sleman, DI Yogyakarta, membantah adanya kasus infeksi virus corona misterius asal Wuhan, Cina, di lingkungan rumah sakit itu. Sebelumnya, sebuah pesan viral di grup-grup percakapan WhatsApp menyebutkan permintaan kepada kepada para pengemudi taksi, online maupun kovensional, agar berhati-hati menjemput penumpang dari rumah sakit itu.
Alasan dalam pesan yang tertulis mengatasnamakan Kabag Op Sardjito itu karena telah ada dua perawat yang tertular virus yang telah membunuh 17 orang di Wuhan, Cina, tersebut. Total hingga Rabu 22 Januari 2020, sudah ada 500 lebih orang yang positif terinfeksi di Wuhan dan beberapa kota lain di Cina Daratan, serta bisa mematikan tersebut.
Direktur Umum RSUP Sardjito, Darwito, sampai menggelar keterangan khusus untuk membantah dan menyebut hoax isi pesan yang telanjur viral dan menyebabkan semua pengunjung tiba-tiba mengenakan masker di rumah sakit itu. Darwito juga menunjukkan kesiapsiagaan rumah sakit itu menghadapi kasus penularan 2019-nCoV tersebut. Termasuk memeragakannya dan menghadirkan kesaksian para perawatnya.
Di Bangsal Melati yang menyediakan ruang isolasi, misalnya, perawat Anjar Ismiyati lalu memeragakan penggunakan Alat Pelindung Diri. Secara standar, APD untuk tim medis yang menangani penyakit airbone disease dikenakan dari ujung rambut hingga ujung kaki. Meliputi penutup rambut, goggle, masker jenis N95, sarung tangan baju, baju khusus, dan sepatu boot.
“Masker N95 ini khusus. Kuman enggak bisa masuk,” kata Anjar menjelaskan perbedaan masker khusus itu dengan masker yang biasa dijual di pasaran. Ukuran masker N95 disesuaikan dengan batang hidung penggunanya.
Anjar juga menegaskan kalau ia bersama perawat lainnya di RSUP Saradjito juga telah menjalani pemeriksaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). “Hasilnya negatif. Kami siap bertugas. Jadi masyarakat tidak perlu khawatir,” kata Anjar menambahkan dari balik maskernya.
Berkaca pada kasus pasien SARS yang pernah ditangani hampir sewindu lalu, RSUP Sardjito juga menyatakan terus berbenah. Persiapan yang dilakukan adalah penanganan pasien. Mulai dari bandara hingga ke rumah sakit. “Petugas dan ruangan yang kami sediakan khusus. Ambulans yang mengangkut juga khusus,” kata Darwito.
Ada 87 ruang isolasi yang tersebar di beberapa bangsal di Sardjito. Ruang-ruang isolasi itu dibagi dalam tiga ring. Ring I untuk pasien yang sudah bisa beraktivitas, Ring II untuk pasien dengan virus yang sudah melemah, Ring III untuk pasien dalam kondisi gawat.
Ada sekitar 200 tenaga medis yang telah dilatih dan disiapkan untuk melakukan penanganan pasien airbone disease. “Tidak sembarang orang boleh masuk ruang isolasi. Harus pakai APD khusus,” kata Kepala Bagian Hukum dan Humas Sardjito, Banu Hermawan.
Di ruang isolasi juga disediakan alat teknologi tekanan negatif. Alat itu bertekanan tinggi untuk menyedot virus di dalam ruangan, mengolahnya, kemudian membuangnya ke atas. "Tapi kondisi virus yang dibuang sudah mati,” kata Banu.
Kepala Pelayanan Medis Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUP Sardjito, Andreas Dewanto, menjelaskan pihaknya juga telah menyiapkan standar penanganan pasien yang datang sendiri maupun pasien rujukan. Untuk pasien rujukan dari Kantor Kesehatan Pelabuhan setempat akan dijemput dengan ambulans khusus. “Ada sekat dengan sopir dan pasien,” kata Andreas.
Setiba di rumah sakit, pasien masuk lewat IGD khusus yang disiapkan. Petugas yang menangani sejak dari bandara hingga rumah sakit telah mengenakan APD khusus pula. “Dan pasien tidak langsung masuk ruang isolasi. Ada prosedur pemeriksaan untuk memastikan karena flu biasa atau bukan,” kata Andreas.