Universitas John Hopkins Bikin Peta Virus Corona: Ini Sebarannya

Senin, 27 Januari 2020 14:22 WIB

Seorang petugas medis menangani pasien yang diduga terinfeksi virus corona di Zhongnan Hospital of Wuhan University, Wuhan, Cina, Jumat 24 Januari 2020. FOTO/ANTARA/HO-Xinhua/Xiongqi/mii/aa

TEMPO, Jakarta - Center for Systems Science and Engineering (CSSE) dari Universitas John Hopkins membuat situs daring yang menampilkan peta informasi mengenai kasus virus corona misterius, 2019-nCoV. CSSE mengolah data yang diambil dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pusat pengendalian penyakit di Amerika Serikat, Cina dan Eropa.

Dalam situs bernama gisanddata.maps.arcgis.com itu menampilkan peta dunia dengan titik merah jika negara tersebut terdeteksi atau terkonfirmasi ada kasus terinfeksi virus corona. Saat ini virus asal Wuhan, Cina, itu sudah merenggut nyawa sebanyak 56 orang, dan diselamatkan sebanyak 49 orang, demikian ditampilkan dalam situs, lengkap dengan data masing kota di Cina dan data di beberapa negara.

Virus yang dianggap mirip dengan Severe Acute Respiratory System (SARS) pertama kali dilaporkan ke WHO pada 31 Desember 2019. Dengan para ilmuwan China menghubungkan penyakit ini dengan keluarga virus corona, mencakup SARS dan Middle East Respiratory Syndrome (MERS), demikian dikutip lama Cnet, akhir pekan lalu.

Selain itu, situs itu per Ahad, 26 Januari 2020, melaporkan bahwa terdapat kasus 1.979 di Cina, Thailand ada 7, Hong Kong 5, Australia 4, Prancis 3, Malaysia 3, Singapura 3, Korea Selatan 3, Taiwan 3, Jepang 2, Macau 2, Amerika 2, Vietnam 2, dan Nepal 1. Dasbor ini dimaksudkan untuk memberi masyarakat pemahaman tentang situasi wabah saat terungkap, dengan sumber data yang transparan.

Gejala yang ditimbulkan saat terjangkit virus tersebut antara lain batuk, demam, dan sesak napas. Bahkan, virus dapat menyebabkan pneumonia berat, gagal napas, gagal ginjal, hingga kematian.

Advertising
Advertising

Berdasarkan hasil dari analisis genetik yang dilakukan ilmuwan yang dipimpin Wei Ji Universitas Peking, virus titu kemungkinan ditularkan oleh ular yang menangkap virus dari kelelawar di pasar makanan di mana keduanya dijual. Wei Ji membandingkan genom dari lima sampel virus baru dengan 217 virus serupa yang dikumpulkan dari berbagai spesies.

Sumber infeksi diduga adalah pasar makanan di Wuhan yang dikunjungi oleh beberapa dari mereka yang pertama kali terinfeksi virus. Pasar itu dikenal menjual berbagai hewan liar dan ternak yang masih hidup, termasuk marmut, burung, kelinci, kelelawar dan ular.

Analisis tim menunjukkan bahwa virus corona terlihat mirip dengan yang ditemukan pada kelelawar, tapi kebanyakan seperti virus yang terlihat pada ular, secara genetik. "Hasil yang diperoleh dari analisis urutan kami menunjukkan untuk pertama kalinya bahwa ular adalah reservoir hewan liar yang paling mungkin," tulis tim peneliti, seperti dikutip laman New Scientist, Rabu, 22 Januari 2020.

CNET | GISANDDATA | NEW SCIENTIST

Berita terkait

4 Tahun Pandemi Covid-19, TPU di Jakarta sempat Kehabisan Tempat Penguburan Korban Virus Corona

53 hari lalu

4 Tahun Pandemi Covid-19, TPU di Jakarta sempat Kehabisan Tempat Penguburan Korban Virus Corona

Di Jakarta, setidaknya ada dua TPU yang jadi tempat permakaman korban saat pandemi Covid-19, yakni TPU Tegal Alur dan Pondok Ranggon.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Hari-hari Menegangkan 4 Tahun Lalu Saat Mula Wabah Pandemi Covid-19

54 hari lalu

Kilas Balik Hari-hari Menegangkan 4 Tahun Lalu Saat Mula Wabah Pandemi Covid-19

WHO tetapkan 11 Maret 2020 sebagai hari pertama pandemi global akibat wabah Covid-19. Kini, 4 tahun berlalu, masihkan patuhi protokol kesehatan?

Baca Selengkapnya

Hari Kopi Nasional, Investigasi PETA Ungkap Luwak Bali Tetap Dieksploitasi Demi Cita Rasa

58 hari lalu

Hari Kopi Nasional, Investigasi PETA Ungkap Luwak Bali Tetap Dieksploitasi Demi Cita Rasa

Investigasi terbaru PETA merekam bagaimana luwak di Bali masih terus dieksploitasi demi cita rasa kopi luwak.

Baca Selengkapnya

Pria Ini Sudah Disuntik Vaksin Covid-19 217 Kali, Apa Dampaknya?

59 hari lalu

Pria Ini Sudah Disuntik Vaksin Covid-19 217 Kali, Apa Dampaknya?

Seorang pria di Jerman mendapat suntikan Vaksin Covid-19 sebanyak 217 kali dalam waktu 29 bulan.

Baca Selengkapnya

Demo PETA Minta Prancis Hentikan Impor Kodok dari Indonesia

27 Februari 2024

Demo PETA Minta Prancis Hentikan Impor Kodok dari Indonesia

Aksi ini dilakukan pasca investigasi PETA terhadap tujuh operasi industri daging kodok di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Kasus Covid-19 Melonjak 200 Persen, Wali Kota Depok Terbitkan Surat Edaran Berisi 8 Imbauan

6 Januari 2024

Kasus Covid-19 Melonjak 200 Persen, Wali Kota Depok Terbitkan Surat Edaran Berisi 8 Imbauan

Wali Kota Depok menerbitkan surat edaran berisi delapan poin imbauan. Hal yang mendasari SE ini karena kasus Covid-19 di Depok melonjak.

Baca Selengkapnya

Ragam Istilah Ketika Pandemi Covid-19, Masih Ingat dengan Social Distancing?

6 Januari 2024

Ragam Istilah Ketika Pandemi Covid-19, Masih Ingat dengan Social Distancing?

Kendati Covid-19 tidak lagi berstatus pandemi jadi endemi Covid-19, tapi masyarakat diimbau agar tetap waspada. Ini istilah saat Covid-19 mewabah.

Baca Selengkapnya

Profil Rajkummar Rao, Lawan Main Janhvi Kapoor di Film Terbaru: Mr and Mrs Mahi 2024

18 Desember 2023

Profil Rajkummar Rao, Lawan Main Janhvi Kapoor di Film Terbaru: Mr and Mrs Mahi 2024

Janhvi Kapoor dikabarkan membintangi film Bollywood terbaru Mr and Mrs Mahi akan tayang April 2024 bersama Rajkummar Rao.

Baca Selengkapnya

Kasus Covid-19 Naik Lagi 75 Persen, Singapura Minta Warganya Kembali Pakai Masker

16 Desember 2023

Kasus Covid-19 Naik Lagi 75 Persen, Singapura Minta Warganya Kembali Pakai Masker

Kementerian Kesehatan Singapura meminta warganya kembali menggunakan masker di tempat-tempat ramai seiring meningkatnya kasus COVID-19.

Baca Selengkapnya

Guru Besar UI Desak Pemerintah Perkuat Surveilans Kasus Covid-19

14 Desember 2023

Guru Besar UI Desak Pemerintah Perkuat Surveilans Kasus Covid-19

Guru Besar FKUI Tjandra Yoga Aditama mendesak pemerintah memperkuat surveilans untuk merespons peningkatan kasus Covid-19.

Baca Selengkapnya