Dokter di Cina Prediksi Puncak Wabah Virus Corona Pekan Ini

Rabu, 5 Februari 2020 05:35 WIB

Gambar yang diunggah ke media sosial pada 25 Januari 2020 oleh Rumah Sakit Pusat Wuhan menunjukkan staf medis merawat pasien, di Wuhan, Cina. Jumlah kematian akibat wabah virus corona melonjak menjadi 41 orang ketika Tahun Baru Imlek pada 25 Januari, dengan Hong Kong mengumumkan status darurat virus, membatalkan perayaan, dan membatasi hubungan ke Cina daratan.[RUMAH SAKIT TENGAH WUHAN VIA WEIBO / via REUTERS]

TEMPO.CO, Jakarta - Zhong Nanshan, seorang dokter ahli penyakit pernapasan terkemuka di Cina, juga figur penting saat penanggulangan wabah SARS 2002-200 lalu, memperhitungkan puncak wabah virus corona baru akan terjadi dalam pekan ini. Dia mengungkap itu dalam sebuah wawancara dengan kantor berita Cina, Xinhua, pada Kamis 29 Januari 2020 lalu.

Saat itu dia memprediksi wabah virus corona yang telah menyebar dari Wuhan, Provinsi Hubei, akan memuncak dalam tujuh atau sepuluh hari ke depan. "Sejauh ini virus itu belum ada obatnya, tapi para ilmuwan dan tim medis sudah melakukan banyak hal yang mendorong angka kematian jauh berkurang," katanya.

Menurutnya, langkah cepat karantina selama 10-14 hari sangat tepat. Ketika bahaya laten dari masa inkubasi virus itu berlalu, bisa dipastikan mereka yang tidak memiliki gejala penyakit memang tidak terinfeksi virus tersebut.

Meski begitu, Zhong tetap menyarankan setiap rumah sakit memiliki para ahli atau spesialis penyakit menular. "Untuk menghadapi epidemik, kita harus menguasai dua kunci: deteksi dini dan masa karantina yang cukup. Dua ini adalah metode paling primitif tapi efektif."

Pasca pengumuman status darurat internasional oleh WHO pada Jumat pekan lalu, jumlah kasus virus corona Wuhan memang dilukiskan sebagai hari-hari paling mematikan di Cina. Pada hari pengumuman itu, Kamis 30 Januari 2020, sebanyak 40 pasien meninggal. Keesokan harinya, Jumat 31 Januari, lebih banyak lagi kasus fatal akibat infeksi virus yang sama yakni 46. Sedang sepanjang Senin 3 Februari 2020, korban pasien meninggal mencapai 64 orang.

Advertising
Advertising

Komisi Kesehatan Nasional Cina menyatakan pada Kamis, seluruh kematian terjadi di Provinsi Hubei atau provinsi di mana berlokasi kota pertama virus corona baru, 2019-nCoV, merebak, yakni Wuhan. Pada Jumat, kematian 45 dari 46 pasien berasal dari Hubei. Sedang Senin 3 Februari, seluruh 64 kematian dari Hubei.

Secara keseluruhan, per Senin 3 Februari, angka kematian akibat virus corona baru di Provinsi Hubei mencapai 414. Provinsi itu masih menjadi episentrum dari bencana wabah virus corona ini. Meski sejumlah negara lain telah melaporkan kasus infeksi virus yang sama, korban terbanyak, yakni lebih dari 13 ribu kasus, masih berlokasi di Cina.

CNBC | THESTANDARD

Berita terkait

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

9 jam lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

16 jam lalu

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

2 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

4 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

8 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

WHO: Kardiovaskular dan Pembuluh Darah Jadi Penyebab Kematian Utama Secara Global

22 hari lalu

WHO: Kardiovaskular dan Pembuluh Darah Jadi Penyebab Kematian Utama Secara Global

Kenali ragam penyakit kardiovaskular yang menjadi penyebab utama kematian secara global.

Baca Selengkapnya

Hari Kesehatan Sedunia, Akses Pelayanan Bermutu Masih Jadi Harapan

26 hari lalu

Hari Kesehatan Sedunia, Akses Pelayanan Bermutu Masih Jadi Harapan

Hari Kesehatan Sedunia 2024, diharapkan terwujudnya kesehatan bagi semua agar mendapat akses pelayanan kesehatan bermutu.

Baca Selengkapnya

Perjalanan Penetapan Hari Kesehatan Dunia, Bareng Berdirinya WHO

27 hari lalu

Perjalanan Penetapan Hari Kesehatan Dunia, Bareng Berdirinya WHO

Kilas balik Hari Kesehatan Dunia dan terbentuknya WHO

Baca Selengkapnya

Hati-hati Konsumsi Daging Merah Berlebihan Berbahaya Bagi Kesehatan

28 hari lalu

Hati-hati Konsumsi Daging Merah Berlebihan Berbahaya Bagi Kesehatan

Jika daging sapi atau daging merah dikonsumsi berlebihan dapat mengancam kesehatan. Bagaimana sebaiknya?

Baca Selengkapnya

Kepala WHO Akui Rumah Sakit Al Shifa Gaza Hancur

30 hari lalu

Kepala WHO Akui Rumah Sakit Al Shifa Gaza Hancur

Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pada Rabu, 3 Apil 2024, mengungkap kehancuran di Rumah Sakit Al Shifa di Gaza

Baca Selengkapnya