RS Huoshenshan Beroperasi, Cina Percaya Diri Hadapi Virus Corona

Rabu, 5 Februari 2020 07:41 WIB

Foto udara yang menunjukkan suasana proyek pembangunan Rumah Sakit Huoshenshan di Wuhan, Provinsi Hubei, Cina, 30 Januari 2020. Demi menangani pasien virus Corona, pemerintah Cina memutuskan membangun 2 rumah sakit khusu dalam waktu singkat di Wuhan. Xinhua/Cai Yang

TEMPO.CO, Jakarta - Rumah Sakit Huoshenshan yang baru dibangun di Wuhan, Provinsi Hubei, sudah mulai menerima pasien, Selasa pagi waktu setempat, 4 Februari 2020. Pembangunan rumah sakit darurat berkapasitas total 1.000 ranjang itu berlangsung kilat, hanya 10 hari, demi menghadapi wabah virus corona yang telah menyebabkan belasan ribu orang jatuh sakit dan ratusan meninggal di Wuhan dan Provinsi Hubei, sejak Desember lalu.

Rumah Sakit darurat yang dibangun 7.000 pekerja itu terdiri dari dua lantai seluas lebih dari 55 ribu meter persegi. Di antara fasilitasnya adalah 30 ruang unit isolasi dan perawatan intensif (ICU) serta 1.400 petugas medis yang dikerahkan dari militer Cina.

Pemerintah Cina masih akan membangun rumah sakit darurat kedua, Leishenshan, 25 mil dari Huoshenshan. Rumah Sakit Leishenshan yang rencananya juga akan mulai dioperasikan pekan ini memiliki kapasitas lebih besar yakni hingga 1.500 pasien. Pembangunan dua rumah sakit berkapasitas total 2.500 ranjang ini termasuk langkah Cina dalam menanggulangi virus corona, setelah sebelumnya mengisolasi sejumlah kota di Hubei.

Setelah dua rumah sakit itu beroperasi penuh, Komisi Kesehatan Nasional Cina yakin wabah virus corona baru bisa segera diatasi. Alasannya, sejumlah besar pasien meninggal karena kapasitas rumah sakit yang ada tidak memadai di awal virus itu merebak. Hanya ada tiga rumah sakit rujukan dengan 110 kapasitas ranjang pasien kritis sebelum ada Huoshanshen dan Lieshanshen.

Advertising
Advertising

"Saya yakin tidak akan lama lagi upaya penanggulangan yang kami lakukan akan berbuah nyata dan jumlah kasus kematian di Wuhan akan berkurang," kata Deputi Direktur urusan Adminitrasi Rumah Sakit dan Medis di Komisi Kesehatan Nasional Cina, Jiao Yahui, Selasa 4 Februari 2020.

Jiao menunjuk 74% kasus kematian akibat virus corona, atau 313 kasus, berasal dari kota itu. Kasus kematian itu 4,9 persen dari total jumlah yang sakit.

Karena keterbatasan selama ini, sebagian pasien kritis virus corona disebar ke lebih dari 20 lembaga medis. Wuhan belakangan sudah menerima bantuan tenaga medis untuk mencegah kelelahan petugas yang sudah lebih dulu bekerja sejak virus ditemukan mewabah Desember lalu.

Komisi Kesehatan Nasional Cina mengungkap bahwa mereka yang meninggal karena infeksi 2019-nCoV, sebanyak dua per tiga adalah laki-laki. Sebanyak 80 persen kematian berasal dari mereka yang berusia lebih dari 60 tahun, dan 75 persen di antaranya menderita komplikasi dengan penyakit lain.

CNBC | BUSINESSINSIDER

Berita terkait

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

6 jam lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

10 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

11 jam lalu

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

Komisi Urusan Intenet Pusat Cina telah memulai kampanye nasional selama dua bulan untuk melarang tautan ilegal dari sumber eksternal di berbagai media

Baca Selengkapnya

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

12 jam lalu

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengaku tidak mengetahui ihwal penyidik meminta Bea Cukai untuk paparan dugaan ekspor nikel ilegal ke Cina.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

16 jam lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

19 jam lalu

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

Menlu Selandia Baru menggambarkan hubungan negaranya dengan Cina sebagai hubungan yang "rumit".

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

1 hari lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

1 hari lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

2 hari lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

2 hari lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya