Wabah Virus Corona Wuhan: Ini 9 Virus Paling Mematikan di Bumi

Senin, 10 Februari 2020 20:39 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Wabah virus corona baru dari Wuhan, Cina, belum juga menunjukkan tanda-tanda mereda. Per hari ini, Senin 10 Februari 2020, virus itu telah menginfeksi sedikitnya 40.171 orang di daratan Cina dan menyebabkan 908 kematian dari total 910 kematian di seluruh dunia.

Pertumbuhan jumlah kasus hariannya per Senin pagi waktu setempat pun memecahkan rekor tertinggi, yakni 15 persen. Ini belum menghitung 300 kasus lainnya yang telah terkonfirmasi di luar daratan Cina.

Khusus untuk angka kematian yang disebabkannya, virus corona baru 2019-nCoV kini tercatat telah melampaui dampak mematikan dari virus SARS yang pernah mewabah pada 2002-2003 lalu. Wabah SARS, menurut data WHO, membunuh 774 orang.

Jauh sebelum dunia modern, umat manusia telah bergulat dengan banyak macam virus penyakit mematikan. Sebagian virus kini telah berhasil dikendalikan lewat temuan vaksin dan obat-obatan antivirusnya. Mereka yang sakit pun bisa disembuhkan.

Tapi untuk sebagian virus lain, masih menjadi ancaman dan bahkan berkembang lebih mematikan. Berikut ini sembilan virus paling mematikan di muka Bumi ini selain virus corona baru yang sedang mewabah dari Wuhan. Penentuan dibuat berdasarkan tingkat kematian pasiennya yang terinfeksi, jumlah mereka yang telah meninggal karenanya, dan apakah virus-virus itu masih berkembang mengancam.

Advertising
Advertising

1. VIRUS MARBURG

Para ilmuwan mengidentifikasi virus jenis ini pada 1967, ketika satu wabah kecil terjadi di antara para pekerja laboratorium di Jerman setelah mereka terpapar dari monyet yang dibawa dari Uganda. Virus Marburg sama seperti Ebola menyebabkan demam yang disertai pendarahan, artinya setiap orang yang terinfeksi bisa mengalami demam tinggi dan pendarahan di seluruh tubuhnya yang bisa menyebabkan syok, gagal fungsi organ, dan kematian.

Tingkat kematian yang disebabkan dalam wabah pertamanya itu terukur sebesar 25 persen. Tapi melonjak jadi 80 persen saat mewabah di Republik Demokratik Kongo 1998-2000, juga saat mewabah di Angola pada 2005.

2. VIRUS EBOLA

Kemunculan pertama virus Ebola diketahui dalam kasus wabah yang terjadi berturut-turut di Sudan dan Republik Demokratik Kongo pada 1976. Ebola menyebar lewat kontak darah atau cairan tubuh lainnya, atau dari jaringan luka korban yang terinfeksi, manusia maupun hewan. Sejumlah turunan virus ini memiliki sifat mematikan yang bervariasi. Satu di antaranya, Ebola Reston, misalnya, tidak membuat orang yang diinfeksinya sakit. Tapi tidak jika terinfeksi Ebola bundibugyo. Tingkat kematian turunan virus yang satu itu bisa sampai 71 persen seperti yang terjadi dalam wabah di Sudan.

Seorang perawat membawa bayi yang dicurigai terinfeksi virus Ebola di rumah sakit di Oicha, Provinsi Kivu Utara Republik Demokratik Kongo, 6 Desember 2018. Virus ebola yang menyebabkan pendarahan parah, kegagalan organ, dan dapat menyebabkan kematian. REUTERS/Goran Tomasevic

3. VIRUS RABIES

Vaksin untuk infeksi virus rabies sudah ditemukan dan tersedia sejak 1920-an dan telah menolong memberantas virus ini di negara-negara maju. Tapi untuk negara-negara seperti India dan di Afrika, virus ini masih menjadi ancaman serius. "Infeksi virus ini merusak otak, karenanya ini penyakit yang benar, benar jelek," kata Elke Muhlberger, pakar virus Ebola dan profesor mikrobiologi di Boston University, AS.

Muhlberger menerangkan, sudah ada vaksin dan antibodi untuk kasus-kasus infeksi virus rabies sehingga jika ada seseorang yang digigit hewan dan tertular virus itu bisa segera tertolong. "Tapi jika orang itu tidak segera mendapatkan pertolongan itu, sudah pasti 100 persen orang itu akan mati."

Wabah virus ini yang terjadi Afrika Barat pada 2014 lalu tercatat sebagai yang terbesar dan wabah penyakit terkompleks, menurut WHO.

<!--more-->

4. VIRUS HIV

Sepanjang sejarah dunia modern, virus paling mematikan mungkin adalah virus ini. "Pembunuh terbesar umat manusia," kata Amesh Adalja, dokter spesialis penyakit menular dan juru bicara Disease Society of America.

Diperkirakan, virus HIV berada di balik kematian sebanyak 36 juta orang sejak penyakit ini dikenali di awal 1980-an. Obat-obatan antivirus berdosis kuat bisa membuat penderitanya bertahan hidup lebih lama, tapi nyatanya penyakit ini masih terus menggerogoti bangsa-bangsa di negara miskin dan berkembang yang menyumbang angka 95 persen kasus baru di dunia. Menurut WHO, hampir satu dari 20 orang dewasa di Afrika Sub Sahara terbukti positif HIV.

Obat antiretroviral virus (ARV) untuk HIV tergeletak di atas meja salah satu rumah di desa Tuol Sambo, Kamboja, 6 September 2014. Komunitas ini bergantung kepada satu klinik yang menyediakan obat ARV gratis seminggu sekali. Omar Havana/Getty Images

5. VIRUS CACAR

WHO telah menyatakan kalau dunia sudah terbebas dari wabah cacar sejak 1980-an. Tapi selama ribuan tahun sebelumnya, umat manusia harus menderita karenanya. Virus cacar bisa membunuh satu dari tiga penderitanya. Sedang mereka yang selamat harus menanggung bekas luka yang dalam dan permanen, dan seringkali kebutaan.

Tingkat kematian terdata jauh lebih tinggi di populasi di luar Eropa, kawasan yang sebenarnya populasinya jarang kontak dengan virus ini sebelum kedatangan bangsa Eropa. Sepanjang abad ke-20 saja, virus ini telah membunuh 300 juta orang. "Wabah virus cacar pernah memberi beban sangat berat bagi planet ini, bukan hanya tingkat kematiannya tapi juga kebutaan yang disebabkannya. Itulah yang memberi semangat agar penyakit ini segera diberantas," kata Adalja.

6. HANTAVIRUS

Hantavirus pulmonary syndrome (HPS) pertama kali mendapat perhatian luas di Amerika pada 1993. Saat itu seorang pemuda Navajo, penduduk asli Amerika, dan tunangannya yang hidup satu atap meninggal hanya dalam hitungan hari setelah mengidap sesak napas.

Beberapa bulan kemudian, petugas kesehatan setempat mengisolasi hantavirus dari seekor tikus rusa (Peromyscus maniculatus), jenis tikus endemik Amerika Utara, di lingkungan yang sama. Kini, menurut data Pusat Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit AS, lebih dari 600 orang di Amerika diketahui mengidap HPS, dan 36 persen di antaranya meninggal karena penyakit itu. Sejauh ini diketahui kalau virus tak menular antar manusia.

Menurut makalah ilmiah yang dimuat jurnal Clinical Microbiology Reviews pada 2010, hantavirus yang berbeda pernah mewabah saat Perang Korea di awal 1950-an. Saat itu sebanyak lebih dari 3.000 serdadu terinfeksi dan 12 persen yang meninggal.

Saat pertama kali ditemukan, dunia medis modern menganggap hantavirus sebagai jenis penyakit yang baru. Namun para peneliti kemudian menyadari kalau tradisi pengobatan suku bangsa Navajo telah lama mengenal jenis penyakit itu dan telah mengaitkannya dengan tikus.

<!--more-->

7. VIRUS INFLUENZA

WHO mencatat, sebanyak 500 ribu orang di dunia meninggal karena penyakit ini di setiap musimnya. Pandemik flu paling mematikan, kadang disebut Flu panyol, dimulai pada 1918 dan menyebabkan 40 persen populasi manusia di Bumi sakit. Saat itu flu membunuh sekitar 50 juta orang.

"Menurut saya, mungkin saja wabah flu seperti pada 1918 terjadi lagi," kata Muhlberger. "Jika sebuah turunan baru virus influenza menemukan jalannya di antara populasi manusia, dan ditularkan dengan mudah antar manusia, dan menyebabkan sakit parah, kita akan punya masalah besar."

8. VIRUS DENGUE

Virus ini pertama kali muncul di Filipina dan Thailand pada 1950-an. Sejak itu dia menyebar di kawasan tropis dan subtropis Bumi. Saat ini, 40 persen populasi manusia di Bumi diketahui tinggal di wilayah yang endemik dengue, dan penyakit ini--yang idbantu sebarkan nyamuk--kemungkinan bisa menyebar leih luas siring dengan Bumi yang semakin hangat karena pemanasan global.

Menurut WHO, virus dengue menyerang 50-100 juta orang setiap tahunnya. Meski tingkat kematian penderitanya reltif rendah ketimbang infeksi virus lain, yakni 2,5 persen, virus ini bisa menyebabkan penyakit mirip Ebola, yakni demam berdarah. Yang terakhir ini memiliki tingkat kematian pasien yang lebih tinggi, sampai 20 persen.

"Kita harus menganggap serius virus dengue karena ini ancaman yang nyata," kata Muhlberger. Belum ada vaksin untuk virus ini tapi uji klinis oleh pabrik obat Sanofi disebutnya menjanjikan solusi.

9. ROTAVIRUS

Dua macam vaksin telah tersedia untuk melindungi anak-ank dari rotavirus penyebab diare. Virus ini menyebar cepat lewat apa yang disebut peneliti jalur feses-mulut. Meski jarang ada kasusnya di negara maju, penyakit ini bisa menjadi pembunuh di negara berkembang. WHO memperkirakan, 453 ribu balita telah meninggal karena rotavirus pada 2008.

LIVESCIENCE, CNBC, CNN

Berita terkait

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

1 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

WHO: Kardiovaskular dan Pembuluh Darah Jadi Penyebab Kematian Utama Secara Global

16 hari lalu

WHO: Kardiovaskular dan Pembuluh Darah Jadi Penyebab Kematian Utama Secara Global

Kenali ragam penyakit kardiovaskular yang menjadi penyebab utama kematian secara global.

Baca Selengkapnya

Hari Kesehatan Sedunia, Akses Pelayanan Bermutu Masih Jadi Harapan

19 hari lalu

Hari Kesehatan Sedunia, Akses Pelayanan Bermutu Masih Jadi Harapan

Hari Kesehatan Sedunia 2024, diharapkan terwujudnya kesehatan bagi semua agar mendapat akses pelayanan kesehatan bermutu.

Baca Selengkapnya

Perjalanan Penetapan Hari Kesehatan Dunia, Bareng Berdirinya WHO

20 hari lalu

Perjalanan Penetapan Hari Kesehatan Dunia, Bareng Berdirinya WHO

Kilas balik Hari Kesehatan Dunia dan terbentuknya WHO

Baca Selengkapnya

Hati-hati Konsumsi Daging Merah Berlebihan Berbahaya Bagi Kesehatan

21 hari lalu

Hati-hati Konsumsi Daging Merah Berlebihan Berbahaya Bagi Kesehatan

Jika daging sapi atau daging merah dikonsumsi berlebihan dapat mengancam kesehatan. Bagaimana sebaiknya?

Baca Selengkapnya

Kepala WHO Akui Rumah Sakit Al Shifa Gaza Hancur

23 hari lalu

Kepala WHO Akui Rumah Sakit Al Shifa Gaza Hancur

Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pada Rabu, 3 Apil 2024, mengungkap kehancuran di Rumah Sakit Al Shifa di Gaza

Baca Selengkapnya

Jumlah Penderita Flu Singapura Capai 5.461 Orang, Menkes Imbau Masyarakat Jaga Daya Tahan Tubuh

28 hari lalu

Jumlah Penderita Flu Singapura Capai 5.461 Orang, Menkes Imbau Masyarakat Jaga Daya Tahan Tubuh

Menkes mengingatkan masyarakat agar menjaga daya tahan tubuh.

Baca Selengkapnya

Studi: Hanya Tujuh Negara Penuhi Standar Kualitas Udara WHO, Indonesia Belum

38 hari lalu

Studi: Hanya Tujuh Negara Penuhi Standar Kualitas Udara WHO, Indonesia Belum

Laporan IQAir memaparkan hanya tujuh negara yang kualitas udaranya memenuhi standar WHO.

Baca Selengkapnya

Ketua MER-C Ungkap Tantangan Kirim Tim Medis ke Gaza

39 hari lalu

Ketua MER-C Ungkap Tantangan Kirim Tim Medis ke Gaza

Tim medis yang dikirim oleh MER-C berhasil mencapai Gaza dengan bantuan WHO.

Baca Selengkapnya

11 Tenaga Medis MER-C Tiba di Gaza, Masuk dengan Bantuan WHO

39 hari lalu

11 Tenaga Medis MER-C Tiba di Gaza, Masuk dengan Bantuan WHO

MER-C bekerja sama dengan WHO untuk mengirim tim medis yang beranggotakan 11 orang ke Gaza.

Baca Selengkapnya