WHO Sebut COVID-19 Lebih Berbahaya daripada Serangan Teroris

Reporter

Terjemahan

Rabu, 12 Februari 2020 13:37 WIB

Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus. Reuters

TEMPO.CO, Jakarta - Virus corona baru COVID-19 telah membunuh lebih dari 1.000 orang, menginfeksi lebih dari 42 ribu, dan menyebar hingga ke sedikitnya 25 negara. Mewakili para ilmuwan dunia yang bertemu pertama kalinya menggelar konferensi untuk membahasnya, Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, memperingatkan kalau virus yang menyebar dari Wuhan, Cina, itu nyata memberi ancaman yang sangat menakutkan.

"Virus-virus penyakit terbukti bisa lebih berbahaya daripada serangan teroris," kata Tedros di markas WHO di Jenewa, Swiss, Selasa 11 Februari 2020.

Sebanyak 400 ilmuwan, pejabat kesehatan, perwakilan lembaga kesehatan masyarakat, dan pendonor lembaga-lembaga penelitian terlibat dalam konferensi selama dua hari, 11-12 Februari ini. Mereka bertemu untuk mengkaji bagaimana virus itu menular dan bagaimana peluang untuk sebuah vaksinnya. "Bukan berarti kita tak berdaya. Jika kita mulai dari sekarang...kita punya kesempatan yang realistis uintuk menghentikan wabah ini," kata Tedros lagi.

Para ilmuwan juga akan mendiskusikan asal muasal virus yang sejauh ini diduga bersumber dari kelelawar dan bisa sampai ke manusia melalui hewan perantara lain seperti ular dan trenggiling. WHO telah mengirim tim ahli ke Cina untuk misi internasional menguji epidemik yang sedang terjadi.

Belum jelas apakah tim itu bisa masuk ke Wuhan, ibu kota Provinsi Hubei, yang telah diisolasi sejak 22 Januari lalu. Satu pasar tradisional yang menjual daging segar di kota itu dituding sebagai sumber pertama virus menyebar.

Advertising
Advertising

Tedros berharap konferensi dua hari bisa dimanfaatkan para ilmuwan dunia untuk berbagi sampel dan data genetik virus itu. Hanya dengan saling terbuka dan berbagi atau atau temuan, dia menambahkan, "Kita bisa mematahkan wabah yang sekarang terjadi."

Tedros juga mengungkap harapannya kalau para ilmuwan dalam konferensi bisa menyepakati sebuah peta jalan (roadmap) yang menyatukan pula para peneliti dan pendonor. Saat ini beberapa tim ahli di laboratorium-laboratorum di Australia, Inggris, Cina, Prancis, Jeman, dan Amerika Serikat sedang berlomba mencari dan mengembangkan vaksin--sebuah proses yang normalnya memakan waktu tahunan.

Adapun persekutuan peneliti dan pendonor yang diharapkan seperti yang sedang terjalin dalam pencarian vaksin Ebola. Virus yang satu ini mewabah di Afrika Barat dan menyebabkan lebih dari 11 ribu orang meninggal. Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI), sebuah badan yang berdiri 2017, membiayai riset bioteknologi dalam pencarian vaksinnya.

Tapi bisa juga para ilmuwan berujung ke situasi saat SARS, juga virus corona, mewabah pada 2002-2003 lalu. Wabah mereda sendiri setelah menyebabkan kematian hampir 800 orang, sementara vaksinnya belum ditemukan.

SCIENCEALERT | WHO

Berita terkait

Malaysia Berupaya Pulangkan Enam Anggota Tim Medis dari Rafah

3 jam lalu

Malaysia Berupaya Pulangkan Enam Anggota Tim Medis dari Rafah

Pemerintah Malaysia berupaya memulangkan enam anggota tim medisnya yang berada di Rafah, Gaza, sejak 1 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Badan PBB Sahkan Resolusi Penanganan Anak Tergabung Kelompok Teroris Usulan Indonesia

9 jam lalu

Badan PBB Sahkan Resolusi Penanganan Anak Tergabung Kelompok Teroris Usulan Indonesia

Indonesia mengusulkan resolusi penanganan anak yang terasosiasi dengan kelompok teroris dalam forum CCPJ

Baca Selengkapnya

Kasus Covid-19 Meningkat, Sandiaga Uno tak Larang Wisatawan Singapura Masuk Indonesia

1 hari lalu

Kasus Covid-19 Meningkat, Sandiaga Uno tak Larang Wisatawan Singapura Masuk Indonesia

Sandiaga Uno menegaskan, tidak ada larangan warga Singapura untuk berwisata ke tanah air meskipun terjadi lonjakan covid-19 di negeri jiran tersebut

Baca Selengkapnya

Lonjakan Covid-19 di Singapura Dinilai Tidak Berdampak ke Indonesia, Imbas Capaian Vaksinasi

1 hari lalu

Lonjakan Covid-19 di Singapura Dinilai Tidak Berdampak ke Indonesia, Imbas Capaian Vaksinasi

Di saat fase pandemi telah berakhir, bukan berarti masyarakat terbebas dari terinfeksi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Covid-19 Melonjak di Singapura, Epidemiolog Ungkap Risiko Long Covid tapi Tidak Separah Varian Delta

1 hari lalu

Covid-19 Melonjak di Singapura, Epidemiolog Ungkap Risiko Long Covid tapi Tidak Separah Varian Delta

Epidemiolog Dicky Budiman mengatakan potensi chaos (kekacauan) bisa saja terjadi saat lonjakan kasus infeksi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Pakar: Mutasi Virus Makin Menular tapi Tidak Mematikan

1 hari lalu

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Pakar: Mutasi Virus Makin Menular tapi Tidak Mematikan

Pemerintah Singapura mengatakan perkiraan jumlah kasus Covid-19 meningkat hampir dua kali lipat pada Mei ini, sementara virus makin menular.

Baca Selengkapnya

Dharma Pongrekun Maju di Pilkada DKI Jalur Independen, Pernah Disorot Soal Covid-19 sebagai Rekayasa

2 hari lalu

Dharma Pongrekun Maju di Pilkada DKI Jalur Independen, Pernah Disorot Soal Covid-19 sebagai Rekayasa

Pernyataan Dharma Pongrekun pernah kontroversi saat pandemi Covid-19 karena menurutnya hasil konspirasi dan rekayasa. Kini, ia maju Pilkada DKI.

Baca Selengkapnya

Kemenkes Minta Jemaah Haji Waspada Virus MERS-CoV, Ini Penularan dan Gejalanya

2 hari lalu

Kemenkes Minta Jemaah Haji Waspada Virus MERS-CoV, Ini Penularan dan Gejalanya

Kemenkes minta jemaah haji mewaspadai virus MERS-CoV pada musim haji. Berikut gejalanya dan risiko terinfeksi virus ini.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Tengah Waspada FLiRT Subvarian Covid-19 Baru

2 hari lalu

Amerika Serikat Tengah Waspada FLiRT Subvarian Covid-19 Baru

Data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat, subvarian Covid-19 dari SARS-CoV-2 disebut FLiRT kini menjadi varian dominan di AS.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia; Daftar Orang dengan IQ Tertinggi di Dunia dan Israel Temukan 3 Jenazah Sandera

2 hari lalu

Top 3 Dunia; Daftar Orang dengan IQ Tertinggi di Dunia dan Israel Temukan 3 Jenazah Sandera

Top 3 Dunia, pada 18 Mei 2024, diurutan pertama berita tentang daftar orang tercerdas di dunia.

Baca Selengkapnya