Tulari Belasan Orang, Pengusaha Ini 'Superspreader' Virus Corona
Reporter
Terjemahan
Editor
Zacharias Wuragil
Kamis, 13 Februari 2020 16:44 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Steve Walsh, seorang pebisnis asal Inggris, diduga telah menularkan virus corona mematikan (COVID-19) ke belasan orang lain sesama warga Inggris di beberapa negara. Secara tidak sengaja dia menjadi seorang 'superspreader'--berperan besar dalam penularan virus penyakit--karena perjalanan bisnis dan wisata yang dijalaninya.
Walsh yang diketahui terinfeksi virus corona saat berobat di sebuah klinik di Brighton, Inggris, teridentifikasi sebagai seorang superspreader pada Selasa, 11 Februari 2020. Semua bermula dari kehadirannya dalam sebuah seminar marketing di Singapura, 18-22 Januari lalu. Pimpinan proyek perusahaan analisis gas, Servomex, tersebut diduga membawa virus corona dari lokasi seminar itu
Dalam sebuah pernyataan yang dikirim lewat stafnya ke Washington Post, Walsh menyampaikan penyesalannya telah membuat orang lain tertular dan berdoa agar mereka bisa kembali sehat. Walsh sendiri telah dinyatakan sembuh oleh Layanan Kesehatan Nasional Inggris.
Dia sempat menjalani isolasi di rumah sakit setelah dipastikan positif terinfeksi virus yang telah menyebabkan kematian lebih dari 1000 orang dan menginfeksi lebih dari 41 ribu lainnya itu. "Ketika saya diisolasi pun, untuk antisipasi, keluarga saya diminta untuk mengisolasi diri," katanya.
Dalam pernyataan terpisah, Servomex mengungkap kelegaannya Walsh telah sembuh. "Kami terus mendukungnya dan keluarganya."
Otoritas kesehatan di Inggris langsung melacak perjalanan Walsh sejak dari Singapura karena mengetahui masa inkubasi virus itu bisa bertahan hingga 14 hari. Adapun Walsh, dari Singapura, sempat terbang ke Prancis lalu ke Swiss sebelum terbang pulang ke Inggris pada 28 Januari.
Di Prancis, Walsh berkunjung ke resor ski di Les Contamines-Montjoie di Pegunungan Alpen. Dia, menurut data Kementerian Kesehatan Prancis, tinggal di cottage bersama lima warga negara Inggris lainnya termasuk seorang anak usia sembilan tahun. Seluruhnya disebut positif terinfeksi COVID-19.
<!--more-->
Guardian melaporkan kalau otoritas Prancis belakangan harus menutup dua sekolah terkait hasil tes positif bocah itu. Di luar itu, enam warga Inggris lainnya dirawat di rumah sakit untuk observasi yang sama.
Pada Minggu 9 Februari, otoritas kesehatan Prancis mengumumkan dua kasus baru infeksi virus corona yang diduga kuat terkait kluster kasus dari resor ski itu. "Dua orang dewasa--satu terdiagnosa di Inggris dan yang kedua di Mallorca--pernah tinggal di apartemen di Les Contamines-Montjoie,” kata Jerome Salomon, pejabat kesehatan senior Prancis, seperti dikutip dari Reuters.
Pada Senin, giliran otoritas di Inggris mengumumkan empat orang lain terbukti positif virus corona baru nan mematikan itu. Chris Whitty, pejabat kesehatan setempat, menyatakan, "Orang-orang itu diketahui pernah kontak dengan orang yang sebelumnya sudah dinyatakan positif, dan virus ditularkan di Prancis."
Setelah bermalam di resor di Alpen, Walsh diketahui pergi ke Jenewa, Swiss, di mana dia kemudian terbang ke Bandara Gatwick di London pada 28 Januari. Dia menumpang pesawat low cost carrier, Easy Jet. Maskapai itu belakangan merinci ada 183 penumpang dan enam kru dalam penerbangan saat itu.
“Meski risiko penularan di pesawat cukup rendah--karena penularan virus corona mensyaratkan kontak dekat atau lewat bersin--para kru yang ada di penerbangan itu telah diminta memeriksakan kondisi kesehatan mereka selama 14 hari berturut-turut sejak penerbangan tersebut," bunyi pernyataan dari maskapai.
Saat artikel ini dimuat Washington Post, Selasa 11 Februari 2020, penerbangan itu telah berselang 13 hari. "Dan tidak ada yang menujukkan gejala terinfeksi virus," kata Easy Jet.
Dari bandara, Walsh sempat mampir di sebuah pub sebelum melanjutkan perjalanan ke kota kelahirannya, Hove dan Brighton. Pada Senin, 10 Februari, BBC memberitakan dokter di klinik di Brighton telah sementara waktu ditutup setelah satu staf medisnya positif infeksi virus corona pula. Hingga Senin malam itu, otoritas kesehatan Inggris melakukan 1.114 tes dan delapan di antaranya juga positif.
Adam Kucharski, pakar epidemiologi di London School of Hygiene and Tropical Medicine mengatakan bahwa kasus-kasus itu jelas saling terkait. Berbeda dengan di tempat lain, Adam menambahkan, kasus infeksi COVID-19 di Inggris untuk saat ini, "Sudah jalas asal usul virusnya."
WASHINGTON POST | REUTERS