BKSDA dan 2 Ahli Australia Belum Bisa Tangkap Buaya Terlilit Ban
Reporter
Antara
Editor
Yudono Yanuar
Rabu, 19 Februari 2020 11:45 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Tim satgas khusus Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang beranggotakan BKSDA Sulawesi Tengah dan Nusa Tenggara Timur, Polairud Polda Sulteng, dibantu dua ahli buaya dari Australia belum berhasil menangkap buaya liar berkalung ban di Sungai Palu.
Sampai Rabu, 19 Februari 2020, upaya pencarian sejak Sabtu lalu belum membuahkan hasil.
"Kami tetap memburu sampai buaya itu berhasil ditangkap," kata Ketua Tim Satgas BKSDA Sulteng, Haruna, Senin, 17 Februari 2020.
Dalam penanganan buaya terlilit ban, BKSDA sudah mengerahkan berbagai upaya, mulai dari keikutsertaan sejumlah pihak, baik dalam maupun luar negeri, yang mencoba menyelamatkan hewan dilindungi itu dari jeratan ban bekas, namun belum satu pun yang berhasil, termasuk pakar reptil asal Australia Matthew Nicolas Wright dan rekannya, Chris Wilson.
Kedua ahli buaya itu telah kembali ke negaranya untuk beristirahat sejenak sambil memulihkan tenaga dan mengatur strategi baru menangkap kembali satwa liar tersebut setelah gagal mengevakuasi buaya terlilit ban menggunakan metode harpun.
Haruna mengatakan, buaya berkalung ban yang diburu beberapa hari terakhir ini, pada Minggu dinihari nyaris tertangkap.
Buaya tersebut lepas dari jeratan dan upaya untuk kembali menangkapnya terus dilakukan. "Kita baru akan hentikan pencarian sampai buaya yang menjadi target operasi itu bisa ditangkap," kata dia.
Penangkapan buaya liar di Sungai Palu semata-mata hanya untuk melepaskan ban motor yang terlilit di leher buaya.
Semakin lama, kata Haruna, buaya itu semakin besar dan jika ban dilehernya tidak dilepaskan, tidak menutup kemungkinan buaya liar tersebut mati.
Setelah ban berhasil dilepas, buaya akan dikembalikan ke habitatnya. "Target kita melepaskan ban dan sesudah itu akan dilepaskan kembali ke Sungai Palu," kata Haruna.
Dia mengaku kesulitan menangkap buaya karena warga yang menyaksikan cukup banyak.
Setiap hari, ratusan warga Kota Palu, bahkan ada juga dari luar yang datang untuk melihat proses penangkapan buaya berkalung ban yang sudah hampir dua pekan terakhir ini menjadi target tim satgas BKSDA.
Untuk segera menangkap buaya itu, tim telah memasang beberapa alat penangkap yang disebar di sejumlah titik target di sepanjang Sungai Palu. Salah satu titik yang menjadi target dan telah dipasang perangkap adalah di sekitar jembatan II Palu.
Pemerintah Kota Palu menyediakan lahan untuk tempat penangkaran buaya di kawasan Hutan Kota Kaombona. Kepala Bagian Humas Pemkot Palu Goenawan di Palu, Rabu mengatakan, usulan penyediaan tempat penangkaran satwa liar dan hewan dilindungi lainnya sebagai upaya untuk menjaga populasinya.
"Sebagaimana disampaikan Pak Wali Kota saat berkunjung di kantor Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Tengah, Selasa (18/2), siap menyediakan lahan penangkaran satwa," ujar dia.
Dia memaparkan saat kunjungan itu, wali kota mendukung upaya BKSDA untuk penyelamatan buaya sungai Palu yang terlilit ban motor bekas, meski upaya tersebut belum membuahkan hasil.
"Rencananya penangkaran bukan hanya untuk satwa, tetapi sejumlah endemik tanaman dan pohon langka yang ada di Sulawesi Tengah," kata Goenawan.
Kepala BKSDA Sulawesi Tengah Hasmuni Hasmar berterima kasih kepada Pemkot Palu karena telah menawarkan lahan untuk pembangunan penangkaran satwa dilindungi.
"Ini bukan hanya persoalan upaya penyelamatan buaya terlilit ban. Pemkot Palu sudah ada solusi dengan menyediakan lahan untuk penangkaran satwa," kata Kepala BKSDA Sulawesi Tengah.