Cesium 137 Mudah Larut, Ahli ITB: Bahaya Jika Termakan

Rabu, 19 Februari 2020 17:37 WIB

Tim Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) bersama Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) melakukan Dekontaminasi terhadap temuan paparan tinggi radioaktif di Perumahan Batan Indah, Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Minggu, 15 Februari 2020. Dekontaminasi dilakukan dengan mengambil tanah dan tumbuhan yang terpapar radioaktif untuk dibawa ke Lab Nuklir untuk mengetahui tingkat keamanan paparan tinggi radioaktif di kawasan tersebut. ANTARA

TEMPO.CO, Bandung - Ahli nuklir dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Zaki Su’ud mengatakan bahan radioaktif Cesium 137 berbahaya jika sampai mencemari air yang dipakai makhluk hidup.

“Bahaya kalau kemakan masuk atau keminum akan signifikan karena masuk ke dalam tubuh,” ujarnya. Apalagi secara kasat mata Cesium 137 tidak berbau, berwarna, dan berasa.

Zaki mengatakan bahan radioaktif itu mudah larut dalam air. Pada kasus temuannya di Perumahan Batan Indah, Serpong, Tangerang Selatan akhir Januari 2020 unsur berbahaya itu bisa mengalir ke mana saja seperti saat tersiram hujan.

Saat ditemukan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) tingkat radiasinya mencapai 2.000 kali angka batas normal. Menurutnya, pihak berwenang perlu memeriksa lengkap sebaran Cesium 137 di sana.

Pemeriksaan lengkap juga bisa mengungkap seberapa lama bahan radioaktif itu di lokasi. “Tanaman juga harus diperiksa yang dekat, kalau daun batang kena radioaktif itu berarti sudah lama,” kata dia saat dihubungi Selasa 18 Februari 2020.

Advertising
Advertising

Pemeriksaan dampak lingkungan itu, menurutnya, tidak rumit dilakukan ahli dari Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) maupun akademisi. “Kalau air terkontaminasi radioaktif masuk ke sumur berbahaya,” ujar Zaki.

Kepala Kelompok Staf Medis Kedokteran Nuklir Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung-Universitas Padjadjaran Achmad Hussein Sundawa Kartamihardja mengatakan hujan bisa membuat Cesium merembes dan mengalir kemana-mana. “Dampak bagi makhluk hidup prinsipnya sama, berapa besar terpapar dan lamanya,” kata dia.

Pada kasus bom atom Hiroshima dan Nagasaki di Jepang dampak radiasi nuklir bisa langsung hingga mematikan seketika maupun jangka panjang seperti muncul kanker tiroid. “Kalau yang di Serpong jauhlah dampak seperti itu,” kata Achmad.

Dugaannya tingkat radiasi bahan radioaktif di sana tergolong kecil. “Tidak terlalu mengkhawatirkan, tidak sampai bikin orang muntah-muntah.”

Sebelumnya diberitakan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) Jazi Eko Istiyanto menyatakan kasus Serpong bukan kecelakaan maupun kedaruratan nuklir. “Jadi jauh sekali dibandingkan dengan kecelakaan nuklir, jauh sekali skalanya," kata dia kemarin.

Kepala Batan, Anhar Riza Antariksawan, juga meminta masyarakat tenang. Dia meyakinkan tidak ada dampak apapun dengan menyebut tingkat radiasi yang ditemukan masih rendah.

ANWAR SISWADI

Berita terkait

KM ITB Desak Pemerintah Cabut UU Cipta Kerja dan Cegah Eksploitasi Kelas Pekerja

20 jam lalu

KM ITB Desak Pemerintah Cabut UU Cipta Kerja dan Cegah Eksploitasi Kelas Pekerja

Keberadaan UU Cipta Kerja tidak memberi jaminan dan semakin membuat buruh rentan.

Baca Selengkapnya

Agar Peserta Tetap Rapi, Panitia UTBK SNBT 2024 Sediakan Kemeja dan Sepatu Pinjaman

1 hari lalu

Agar Peserta Tetap Rapi, Panitia UTBK SNBT 2024 Sediakan Kemeja dan Sepatu Pinjaman

Mengatasi peserta yang berpakaian kurang pantas, panitia UTBK SNBT 2024 menyediakan kostum pinjaman, umumnya berupa kemeja dan sepatu.

Baca Selengkapnya

Cara Panitia Pengawas UPI hingga Unpad Cegah Upaya Kecurangan UTBK

2 hari lalu

Cara Panitia Pengawas UPI hingga Unpad Cegah Upaya Kecurangan UTBK

Pusat Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) di Bandung menerapkan berbagai macam cara untuk mengantisipasi kecurangan saat UTBK SNBT 2024

Baca Selengkapnya

Lulus Magister Administrasi Bisnis ITB, Influencer Dokter Tirta Raih Predikat Cumlaude

2 hari lalu

Lulus Magister Administrasi Bisnis ITB, Influencer Dokter Tirta Raih Predikat Cumlaude

Bersama lulusan lain, dokter Tirta menghadiri Sidang Terbuka Wisuda Kedua ITB Tahun Akademik 2023/2024 di Gedung Sabuga, ITB.

Baca Selengkapnya

Potensi Bahaya Gempa Deformasi Batuan Dalam, Ahli ITB: Lokasi Dekat Daratan

2 hari lalu

Potensi Bahaya Gempa Deformasi Batuan Dalam, Ahli ITB: Lokasi Dekat Daratan

Lokasi sumber gempa lebih dekat dengan daratan sehingga potensi untuk merusak lebih besar

Baca Selengkapnya

ITB Siap Gelar UTBK SNBT 2024, Peserta Disarankan Datang Pakai Angkutan Umum

4 hari lalu

ITB Siap Gelar UTBK SNBT 2024, Peserta Disarankan Datang Pakai Angkutan Umum

ITB siap 100 persen menggelar UTBK SNBT 2024.

Baca Selengkapnya

Ketua RT Palugada di Balik Rekor MURI Jalan Gang 8 Malaka Jaya Duret Sawit

4 hari lalu

Ketua RT Palugada di Balik Rekor MURI Jalan Gang 8 Malaka Jaya Duret Sawit

Salah satu Rukun Tetangga (RT) di wilayah Jakarta Timur kini tercatat dalam Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI).

Baca Selengkapnya

Budi Gunadi Sadikin Terpilih sebagai Ketua Majelis Wali Amanat ITB

6 hari lalu

Budi Gunadi Sadikin Terpilih sebagai Ketua Majelis Wali Amanat ITB

Pemilihan Budi Gunadi Sadikin itu berlangsung secara musyawarah untuk mufakat dalam rapat pleno perdana MWA ITB di Gedung Kemenristekdikti.

Baca Selengkapnya

Biaya Kuliah ITB 2024 Jalur SNBP, SNBT, dan Mandiri

9 hari lalu

Biaya Kuliah ITB 2024 Jalur SNBP, SNBT, dan Mandiri

Rincian perkiraan biaya kuliah jalur SNBP, SNBT, dan Seleksi Mandiri ITB tahun akademik 2024

Baca Selengkapnya

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

10 hari lalu

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Penulisan jurnal ilmiah bagi dosen akan membantu menyumbang angka kredit dosen, meskipun tak wajib publikasi di jurnal Scopus.

Baca Selengkapnya