Pasien Virus Corona di Cina dan Amerika Diobati dengan Remdesivir

Jumat, 28 Februari 2020 19:47 WIB

Seorang apoteker meracik obat tradisional Cina di Rumah Sakit Afiliasi Pertama Universitas Kedokteran Cina di Hefei, Provinsi Anhui, Cina Timur, 24 Februari 2020. Rumah sakit tersebut bertanggung jawab untuk meracik, merebus dan mengirim obat tradisional Cina ke tujuh rumah sakit yang ditunjuk untuk merawat pasien virus Corona di Hefei. Xinhua/Zhou Mu

TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah besar pasien penderita infeksi virus corona COVID-19 di Cina diobati dengan antivirus Remdesivir. Antivirus ini sejatinya masih dalam tahap eksperimen untuk pasien virus Ebola tapi kini diuji untuk mengobati wabah virus corona yang berasal dari Wuhan, Cina, itu karena tidak ada opsi lain.

Sama seperti pada virus Ebola, penggunaannya untuk pasien virus Corona pun masih tahap eksperimental. Setelah berjalan beberapa minggu, hasil awal pengobatan dengan Remdesivir diklaim menjanjikan. Hasil uji klinis sejalan dengan uji di laboratorium sebelumnya bahwa Remdesivir bisa memblokir aktivitas virus dalam sel.

"Hanya ada satu obat sekarang yang kami pikir mungkin memiliki khasiat nyata, dan itu adalah Remdesivir," kata Asisten Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Bruce Aylward, seperti dikutip dari laman The Verge, Rabu 26 Februari 2020.

Pengobatan memakai calon obat ini dilakukan pertama kali pada seorang warga Amerika Serikat yang pertama terbukti positif terinfeksi virus corona dari Wuhan. Si pasien bisa sembuh, pengobatan sekaligus uji klinis itu kini dilakukan kepada warga AS penumpang kapal pesiar Diamond Princess. Kapal dan seluruh penumpangnya itu sempat dikarantina bersama virus corona di dalamnya.

Pengobatan dilakukan di University of Nebraska Medical Center. Ketua tim penelitinya, Andre Kalil, mengungkap target 400 orang dengan COVID-19 sebagai obyek uji klinis dengan Remdesivir di lokasi tersebut. "Percobaan bertujuan untuk berjalan di sejumlah situs di seluruh dunia, untuk memungkinkan orang-orang di wilayah geografis terbesar berpartisipasi," katanya.

Andre menjelaskan, hanya pasien yang mengalami gejala parah yang memenuhi syarat untuk uji mendapat pengobatan Remdesivir. Dia menerangkan, sekitar 80 persen kasus virus corona COVID-19 memiliki tingkat infeksi ringan. "Tujuannya di sini adalah untuk membantu orang-orang yang paling membutuhkan," ujarnya.

Hal terpenting yang akan diukur oleh penelitian ini, kata Andre, adalah jika pasien mulai pulih. Sejauh ini, uji diarahkan untuk menemukan perbaikan klinis daripada menemukan dosis tertentu yang efektif atau memahami cara kerja obat.

Kalau uji coba Remdesivir di Cina diharapkan segera tersedia hasilnya setelah April nanti, di Amerika rencananya akan berjalan hingga 2023. "Tapi mungkin ada data awal dalam tahun ini untuk di Amerika," kata Andre.

Advertising
Advertising

Uji coba Remdesivir hanyalah bagian dari puluhan uji klinis yang sedang berlangsung di berbagai lokasi untuk perawatan pasien COVID-19. Perkembangan ini berbeda dengan sebelumnya ketika WHO khawatir kepada pengobatan yang bersifat eksperimental.

THE VERGE | DASBOARD CORONAVIRUS

Berita terkait

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

9 jam lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

14 jam lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

15 jam lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

21 jam lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

23 jam lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

1 hari lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

1 hari lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

1 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

1 hari lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

1 hari lalu

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

Korban tewas akibat amblesnya jalan raya di Cina selatan telah meningkat menjadi 48 orang

Baca Selengkapnya