Guru Besar Unair Setuju Lockdown Kepulauan, Apa Maksudnya?

Senin, 16 Maret 2020 13:45 WIB

Seorang wanita Iran dia berjalan di jalan di depan sebuah bioskop yang tutup di Teheran, Iran, 29 Februari 2020. Iran memberlakukan lockdown di seluruh wilayahnya, hingga hari ini jumlah kasus di negara itu mencapai 12,729 dengan 611 korban dan 2,959 pasien sembuh. WANA/Nazanin Tabatabaee via REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Guru Besar Biologi Molekuler Universitas Airlangga Chaerul Anwar Nidom berpendapat lockdown atau menutup akses masuk dan keluar suatu kawasan demi menanggulangi penularan COVID-19 bisa saja dilakukan. Tapi tidak berdasar pada wilayah administrasi, karena mungkin menimbulkan dampak-dampak yang tidak kecil.

"Sebaiknya dilakukan lockdown kepulauan. Indonesia negara kepulauan, maka air (laut) sebagai isolator terbaik. Tapi harus ada beberapa langkah lain yang harus dijalani," kata Nidom menuturkan dalam keterangan tertulisnya kepada Tempo.co, Senin 16 Maret 2020.

Saat ini, pemerintah Indonesia baru menerapkan kebijakan batasan aktivitas sosial (social distance). Masyarakat diminta tetap di rumah dan semaksimal mungkin menjalankan aktivitasnya dari rumah. Itu diputuskan setelah kasus infeksi dan korban meninggal gara-gara virus corona COVID-19 di Indonesia terus bertambah. Per Senin pagi ini dikonfirmasi ada 117 kasus terinfeksi dan 5 orang meninggal.

Chaerul Anwar Nidom yang juga Ketua Tim Riset Corona dan Formulasi Vaksin di Profesor Nidom Foundation itu mengakui penanganan wabah pandemik virus itu di Indonesia adalah pekerjaan besar. Tapi dia percaya itu bisa dituntaskan.

Dia mencontohkan, jika di Pulau Jawa, dengan asumsi 1 persen penduduk berisiko terinfeksi, maka dibutuhkan fasilitas untuk 1 juta pasien. Itu, kata Nidom, bisa ditangani dengan cara seluruh Pulau Jawa bersatu. Semua gubernur, bupati/wali kota juga menjadi satu kesatuan, serta tidak mengambil kebijakan masing-masing.

"Hitung kapasitas rumah sakit di seluruh Pulau Jawa, baik milik pemerintah atau pun swasta. Jika kurang, kerahkan semua tenda-tenda milik militer dan Polri," katanya sambil menambahkan, "Jika masih belum terpenuhi, bisa gunakan masjid-masjid dan rumah ibadah sebagai rumah sakit darurat."

Advertising
Advertising

Lockdown di berbagai penjuru dunia. Indonesia belum berpikir lockdown.

Nidom juga meminta agar sekolah dan kantor-kantor tidak diliburkan. Sebaliknya, kerahkan mahasiswa bidang kesehatan, mulai dari kedokteran, perawat, dan lainnya dengan bimbingan dosen masing-masing untuk membantu perawatan.

"Kerahkan semua laboratorium pemerintah dan swasta, serta libatkan mahasiswa bidang biologi dan kimia untuk ikut uji diagnostik," tutur dia.

Sedangkan untuk siswa-siswa SMA atau sederajat bisa membantu untuk membuat disinfektan di sekolah masing-masing dengan supervisi mahasiswa Teknik kimia dan MIPA. Sedang siswa SMP, dikerahkan untuk membantu kebersihan dan penyemprotan lingkungan.

Mereka yang diliburkan hanya siswa SD/PAUD saja. Ibu-ibu rumah tangga bisa menyiapkan konsumsi dan empon-empon yang bisa membantu memompa daya tahan tubuh secara alami. Dan para pemuka agama menggaungkan/memimpin munajat untuk keselamatan.

"Semoga wabah virus corona menjadi gerakan Solidaritas Nasional," katanya.

Berita terkait

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

1 hari lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Kenaikan UKT di ITB dan Temuan Senyawa Penghambat Kanker Mengisi Top 3 Tekno Hari Ini

2 hari lalu

Kenaikan UKT di ITB dan Temuan Senyawa Penghambat Kanker Mengisi Top 3 Tekno Hari Ini

Kenaikan UKT bagi mahasiswa angkatan 2024 di ITB memuncaki Top 3 Tekno Tempo hari ini, Sabtu, 4 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

3 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

3 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper

3 hari lalu

Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper

Peneliti Unair berhasil mengukir namanya di kancah internasional dengan meraih best paper award dari jurnal ternama Engineered Science.

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

3 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

3 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

4 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Menteri Nadiem: Unair PTN Terbaik Pertama Sebagai Badan Hukum

4 hari lalu

Menteri Nadiem: Unair PTN Terbaik Pertama Sebagai Badan Hukum

Universitas Airlangga (Unair) meraih penghargaan terbaik pertama kategori Perguruan Tinggi Negeri Sebagai Badan Hukum dari Mendikbud-Ristek.

Baca Selengkapnya

Aksi Mahasiswa Pro-Palestina di Amerika, Columbia University Lockdown Kampus

5 hari lalu

Aksi Mahasiswa Pro-Palestina di Amerika, Columbia University Lockdown Kampus

Mahasiswa pindah dari tenda dan duduki Hamilton Hall. Kampus mulai menskors sebagian pengunjuk rasa pro Palestina dan mengancam memecat yang lain.

Baca Selengkapnya