Eijkman Undang Para Peneliti, Indonesia Mau Bikin Vaksin Corona
Reporter
Moh Khory Alfarizi
Editor
Zacharias Wuragil
Kamis, 26 Maret 2020 20:08 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga Biologi Molekuler Eijkman mengundang seluruh institusi terkait untuk upaya produksi vaksin infeksi virus corona COVID-19 dalam waktu yang pendek. Eijkman sudah memulainya dengan berkomunikasi dengan Bio Farma sebagai industri yang memproduksi vaksin.
“Intinya kami membutuhkan para ahli yang membidangi pertama tentu imunologi, vaksinologi, virologi, animal experimen, molekuler kloning dan juga bioinformatic. Itu yang akan kami undang untuk bisa bergabung,” ujar Kepala LBM Eijkman Amin Soebandrio, Kamis 26 Maret 2020.
Amin menyatakan itu dalam video conference dengan Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro. Eijkman tergabung dalam Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19 yang dibentuk dan diumumkan Bambang dalam konferensi video itu.
Konsorsium mendapat alokasi anggaran Rp 20 miliar untuk membuat riset dan inovasi yang bisa menghambat wabah COVID-19 di Indonesia, dan pembuatan vaksin termasuk di antaranya. “Proses pengembangan vaksin cukup lama, 12 bulan, walaupun begitu kita harapkan lebih pendek. Karena waktunya yang sempit, oleh karena itu dibutuhkan komitmen dari para peneliti,” kata Amin.
Profesor Mikrobiologi Klinik Universitas Indonesia itu berharap bisa menghasilkan satu vaksin yang bisa membangkitkan respon imun yang sangat baik. Bukan hanya untuk saat ini, tapi bisa melindungi masyarakat dari infeksi virus corona berikutnya.
"Hingga saat ini dunia sudah mengalami serangan tiga virus corona mematikan: SARS, MERS, dan sekarang COVID-19," kata Guru Besar Ilmu Mikrobiologi Klinik UI itu.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), proses pembuatan vaksin membutuhkan waktu hingga 18 bulan, dengan standar negara maju, dan punya sumber daya yang mumpuni. Oleh karena itu, Amin menerangkan, kemungkinan ketika vaksin sudah ada, pandemi saat ini sudah selesai. Namun, dia berujar, kemampuan Pembuatan vaksin harus tetap dijaga dan dipelihara.
"Karena jika ada ancaman berikutnya ‘tinggal pencet’ saja untuk langsung bisa memproduksi vaksin secara massal."
Saat ini, Eijkman belum bisa menyampaikan detail bagaimana proses pembuatan vaksin tersebut. Amin menargetkan, vaksin bisa membangkitkan atau menstimulasi antibodi sehingga bisa membuat health imunity terhadap masyarakat.
“Tentunya vaksin harus bisa punya sifat protektif atau melindungi dari infeksi virus dan kalaupun terinfeksi tidak parah,” ujar dia. Dan Amin berharap, “vaksin ini akan memiliki sifat cross protective terhadap virus corona.”
Dalam keterangannya, Menristek Bambang menyebut pembuatan vaksin merupakan prioritas jangka panjang. Di prioritas inivaksin satu kelompok dengan pengembangan obat.
Untuk prioritas jangka pendek, Menristek menunjuk pengembangan Alat Pelindung Diri (APD) seperti masker, hand sanitizer, sterilization chamber, serta pengkajian terhadap sediaan bahan alami sebagai peningkat imun tubuh untuk mencegah COVID-19.
Sedangkan, jangka menengah fokus pada pengembangan dan pengkajian Rapid Test Kit COVID-19 baik deteksi awal maupun akhir (late detection), pengembangan suplemen, dan multivitamin. "Serta immune modulator dari berbagai tanaman Indonesia, salah satunya jambu biji."