Infeksi Hepatitis C Semakin Berkurang di Dunia, Ini Kuncinya
Reporter
Terjemahan
Editor
Zacharias Wuragil
Jumat, 27 Maret 2020 08:30 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Satu lagi kasus infeksi mematikan sudah diatasi manusia: virus penyebab Hepatitis C. Virus yang menyebabkan kerusakan di hati ini juga sempat mengoyak dunia satu dekade lalu. Berdasarkan data terbaru, angka infeksi virus itu berhasil ditekan di banyak negara lewat pemeriksaan dan pengobatan massal.
Cara itu telah membantu Mesir yang pernah mencatatkan diri sebagai pemilik prevalensi infeksi virus hepatitis C cukup tinggi di dunia. Kini, negara itu telah dinyatakan WHO berhasil mencoret infeksi itu dari daftar penyakit yang mengancam masyarakatnya.
Di Inggris, sebanyak dua per tiga kasusnya juga berhasil dikurangi di kelompok yang paling rentan terinfeksi, yakni para pria gay positif HIV. Lucy Garvey dari St Mary's Hospital, London, meyakini tren yang sama terjadi di negara lainnya seiring dengan obat generik infeksi ini yang sudah tersedia.
Virus Hepatitis C yang bisa menyebabkan kanker dan gagal fungsi organ hati ini menular lewat hubungan seks dan penggunaan bersama jarum suntik pecandu narkoba. Di masa lalu, virus ini juga banyak menyebar karena petugas medis yang menggunakan jarum suntik sama berulang kali.
Mesir termasuk yang memanfaatkan kehadiran obat generik untuk Hepatitis C. Belum lama ini, kasusnya masih ditemukan di satu dari 10 orang dewasa. Itu terjadi karena penggunaan jarum suntik berulang saat kampanye pengobatan massal melawan cacing parasit di negeri itu.
Pada 2018, Mesir memulai program pemeriksaan dan pengobaan gratis. Hingga akhir tahun lalu, sebanyak 80 persen masyarakat terlibat program itu dan sebanyak lebih dari dua juta orang diobati.
"Jika tren ini terus berlanjut, angka prevalensi Hepatitis C di negeri ini bisa terus turun hingga di bawah 0,5 persen dari populasi pada tahun ini," kata Imam Waked dari Universitas Menoufia, Mesir.
Beberapa negara maju menggunakan strategi yang sama untuk kelompok-kelompok berisiko tinggi seperti orang dengan HIV/AIDS. Di salah satu studi awal yang pernah dilakukan, angka infeksi baru infeksi virus itu turun 68 persen sepanjang 2015-2018 di antara para pria gay dengan HIV yang datang ke lima klinik di London dan Brighton, Inggris.
"Itu artinya kita sudah berada di jalur yang benar," kata Garvey.
NEWSCIENTIST