3 Hal yang Harus Diketahui Soal Semprot Disinfektan Cegah Corona

Reporter

Tempo.co

Minggu, 29 Maret 2020 18:30 WIB

Warga Komplek Tamasari Persada Raya, Jatibening Baru, berinisiatif membuat bilik disinfektan untuk mencegah penyebaran virus corona. Bilik disinfektan digunakan untuk mensterilkan kendaraan berserta penumpangnya. Sabtu, 28 Maret 2020. Tempo/Wawan Priyanto

TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah artikel berjudul SEMPROTLAH DAKU, KAU KUJITAK! viral di grup percakapan telepon genggam Whatsapp. Isinya memperingatkan kepada masyarakat agar tak mudah percaya atas produk disinfektan yang belakangan marak dijual-beli karena kekhawatiran atas pandemi penyakit virus corona 2019 (COVID-19).

Artikel menyoroti 'rush' baru di masyarakat yang dinilai berbahaya yakni semua orang yang disebutkan mau menyemprot disinfektan, bukan hanya ke benda-benda tapi juga ke tubuh. Penulis yang melampirkan namanya hanya sebagai Harnaz itu mencemaskan keamanan sembarang produk disinfektan yang kemudian digunakan masyarakat.

Menyatakan sumber dari Badan Lingkungan Singapura (NEA), Harnaz lalu membuat literasi yang disebutnya bisa dijadikan panduan dari aneka pertanyaan yang muncul tentang penggunaan disinfektan. Berikut ini sebagian isinya serta tanggapan dari ahli dari Loka Penelitian Teknologi Bersih, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Advertising
Advertising

1. Bagaimana cara aman dan murah membuat cairan disinfektan?

Harnas menuliskan bahan paling aman adalah bleach atau pemutih (NaOCl). "Karena botolnya jelas produsennya siapa, dapat ijin kemenkes, dan ada kadarnya. Rata2 kadarnya 5%," katanya.

Pegawai berjalan keluar bilik disinfektan "Disinfection Chamber" di Balai Kota, Jakarta, Kamis, 26 Maret 2020. Bilik tersebut disediakan di pintu masuk Balai Kota untuk mencegah penyebaran Virus COVID-19. ANTARA

Dia melampirkan cara pembuatannya yakni dengan melarutkan satu bagian pemutih (misalnya 100 ml) dalam 49 bagian air (misalnya 4900 ml air atau 4,9 liter). "Dengan ini, Anda akan mendapatkan 1000 ppm atau 0,1% NaOCl yang cocok untuk desinfeksi semprot, tetapi TIDAK untuk disemprotkan pada mahluk hidup," tulisnya menunjuk fungsi utama untuk lantai, dinding, meja, ruangan.

Pembanding: sejumlah larutan pemutih juga masuk daftar yang disusun LIPI belum lama ini. Daftar berisi produk rumah tangga yang bahan aktifnya bisa digunakan sebagai disinfektan di masa pandemi COVID-19. "Rujukan kami juga NEA Sigapura," kata Chandra Risdian, peneliti dari Loka Penelitian Teknologi Bersih LIPI.

<!--more-->

2. Apakah ada risiko kesehatan penggunaan pemutih/klorin?

Menurut Harnaz, bahan oksidator kuat punya risiko karsinogenik atau kanker jika bergabung dengan komponen organik. Makin kecil badannya. makin rentan terhadap paparan klorin (anak-anak lebih bahaya, burung bisa mati).

"Kuncinya di kadarnya. Sebanyak 30 ml (satu shot espresso) kadar 5% (langsung dari botolnya) bisa untuk mencuci darah berceceran!! Jika jumlah yang sama diencerkan ke kira2 1,5 liter air, bisa untuk desinfektan," katanya menerangkan.

Pembanding: Chandra menyebut efek karsinogenik bisa didapat saat mencampur-campur bahan aktif disinfejtan. Soal konsentrasi larutan yang aman terkena kulit, Chandra menyebut tergantung bahan. Sodium hipoklorit pada pemutih, misalnya, bisa sampai 0,05% batas minimal kadar efektifnya tapi alkohol (ethanol) batas minimal 62%. "Tapi sebaiknya minta penyedia tunjukkan bukti kalauitu aman buat kulit. Kalau tidak, jangan lakukan," katanya berpesan.

3. Apakah ada bahan disinfektan selain klorin?

Harnaz mengatakan, klorin digunakan dengan cara disemprot ke permukaan yang NON-METAL. Karena, logam bisa terkorosi oleh klorin. Untuk yang metal, bisa digunakan alkohol (etanol) 70%, atau isopropanol 70%. Ada pula pemutih lain Hidrogen Peroksida (H2O2), tapi ini jauh lebih keras. .

Cara kerja klorin, peroksida, sabun, dan karbol juga disebutnya sama saja: menyerang dinding sel dari lemak dengan reaksi saponifikasi (penyabunan). Jadi, bisa digunakan salah satu. "Kalau lantai dipel apa perlu didisinfeksi lagi? Ya gak usah, asal sudah pakai karbol," tulisnya.

Pembanding: "Untuk H2O2 dan sodium hipoklorit, dua-duanya korosif, tapi dalam konsentrasi yang sama, sodium hipoklorit lebih korosif terhadap logam," kata Chandra. Dalam daftar yang disusunnya juga memasukkan sejumlah produk pembersih di rumah tangga yang bisa digunakan sebagai disinfektan dalam berbagai konsentrasi.

Berita terkait

Viral Berbagai Kasus Denda Bea Masuk Barang Impor, Sri Mulyani Instruksikan Ini ke Bos Bea Cukai

2 hari lalu

Viral Berbagai Kasus Denda Bea Masuk Barang Impor, Sri Mulyani Instruksikan Ini ke Bos Bea Cukai

Sri Mulyani merespons soal berbagai kasus pengenaan denda bea masuk barang impor yang bernilai jumbo dan ramai diperbincangkan belakangan ini.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

3 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

3 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Jadi Sorotan usai Viral Sepatu Harga Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31,8 Juta, Begini Penjelasan DHL

4 hari lalu

Jadi Sorotan usai Viral Sepatu Harga Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31,8 Juta, Begini Penjelasan DHL

DHL buka suara perihal viralnya kasus bea masuk jumbo yang dikenakan untuk sepasang sepatu impor.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

4 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Viral Bea Masuk Rp 31,8 Juta untuk Sepatu Seharga Rp 10 Juta, Begini Cara Perhitungan Bea Cukai

4 hari lalu

Viral Bea Masuk Rp 31,8 Juta untuk Sepatu Seharga Rp 10 Juta, Begini Cara Perhitungan Bea Cukai

Ditjen Bea Cukai menanggapi pemberitaan penetapan bea masuk untuk produk sepatu impor yang dibeli oleh konsumen sebesar Rp 31,8 juta.

Baca Selengkapnya

Unpad Buka Suara Soal Mahasiwa Penerima Beasiswa KIP-K Bergaya Hidup Mewah

5 hari lalu

Unpad Buka Suara Soal Mahasiwa Penerima Beasiswa KIP-K Bergaya Hidup Mewah

Pihak Unpad buka suara soal kabar viral tentang mahasiswa penerima beasiswa Kartu Indonesia Pintar-Kuliah yang diduga pamer kemewahan di akun medsos.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

8 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya

Bikin Turis Indonesia Dikecam, Ini yang Perlu Diketahui dari Pohon Sakura di Jepang

11 hari lalu

Bikin Turis Indonesia Dikecam, Ini yang Perlu Diketahui dari Pohon Sakura di Jepang

Perilaku sekelompok turis asal Indonesia di Jepang mengundang kecaman luas gara-gara perilakunya terhadap bunga sakura yang sedang bermekaran.

Baca Selengkapnya

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

11 hari lalu

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa

Baca Selengkapnya