TEMPO Interaktif: Sudah menengok situs www.kaskus.us. beberapa hari ini? Ada yang baru di sana. Sejak peringatan kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-63, 17 Agustus lalu, portal komunitas ini memang bersalin rupa. Tampilannya dibuat lebih menarik. Layout menu-menunya jadi lebih enak dipandang dibanding dengan sebelumnya. Posisi iklan juga lebih rapi, di sebelah kanan halaman.
Perubahan itu tak lain untuk memberi kenyamanan bagi anggota dan pengunjung. "Juga agar lebih bisa bersaing dengan situs web lokal lainnya," kata Andrew Darwis, Chief Technical Officer PT Darta Media Indonesia (pengelola Kaskus), kepada iTempo.
Sejak diluncurkan pada 2000, portal ini memang baru pertama kali bersalin rupa. "Kami ingin tampil lebih friendly dan agar orang tidak berpikir jelek terhadap Kaskus," tutur Darwis. Meski singkatan dari "kasak-kusuk", pihaknya ingin mengubah image Kaskus. Tak sekadar situs bergosip-ria, tapi juga "Lebih memiliki target bisnis," Andrew menambahkan.
Portal yang hingga kemarin beranggota sekitar 634 ribu orang ini memang menyediakan dua ruang komunikasi bagi anggotanya, yakni ruang "Forum" serta ruang "Jual-Beli" bagi yang ingin menjual barang bekas pakai atau produk baru. Semua barang bisa dijual lewat portal ini, mulai dari ponsel, mobil, hingga rumah.
Lewat ruang itu pula posting penjualan barang direspons Kaskuser--sebutan untuk anggota Kaskus--lain. Tak jarang, barang yang diiklankan melalui portal ini bisa laku terjual setelah peminatnya merespons dan berkomunikasi langsung dengan si penjual. "Melalui ruang ini, anggota sama saja membuat iklan baris, tapi gratis," ujar Andrew. Sama seperti saat mendaftar menjadi anggota, semuanya serbagratis, tis!
Sedangkan ruang "Forum" disediakan untuk wadah diskusi bebas atau saling melempar informasi. Tapi karena semua orang bisa mendaftar, pengelola Kaskus tak bisa menyeleksi satu per satu, misalnya apakah memang serius ingin menjalin jaringan, atau sekadar iseng belaka. Mereka yang iseng tampak dari informasi yang dipostingnya. Misalnya tentang cerita porno atau menempel identitasnya dengan foto orang lain atau gambar yang diunduh dari Internet.
Mengenai hal itu, selama tidak ada Kaskuser yang keberatan atau melaporkan, kata Andrew, pengelola akan membiarkan. Itu karena Kaskus dibuat untuk kebebasan berpendapat. Jika ada yang memprotes, barulah posting seperti itu dihapus dari forum. "Misalnya, posting yang menyinggung SARA akan langsung kami hapus," kata Andrew.
Kaskus kini menduduki peringkat ketujuh dari 20 besar situs di Indonesia, dan menduduki peringkat ke-290 dari lalu-lintas situs dunia. Maklum, portal ini dikunjungi 8,8 juta orang dan diakses oleh 102 juta orang setiap bulan. Dengan "prestasi" itulah pengelola mentargetkan pendapatan iklan hingga Rp 3 miliar.
Pendapatan iklan memang diandalkan untuk menanggung biaya server dan operasional moderator karena semua anggota tak dipungut bayaran apa pun alias gratis-meskipun beriklan di portal ini.
Denny Wiryanto dari Semut Api, lembaga yang membantu pemasaran Kaskus, mengatakan bahwa portal berbasis komunitas ini sudah menjadi kebutuhan seperti di negara-negara Barat. Portal ini sangat efektif untuk mensosialisasikan segala kegiatan atau menginformasikan suatu hal.
Karena itulah, meski kini bermunculan banyak situs berita, Kaskus tetap menjadi "rujukan" para anggotanya untuk memperoleh informasi. Andrew mencontohkan soal gempa yang terjadi di sekitar Jakarta dan Jawa Barat pada Selasa kemarin.
Saat situs berita belum memuat informasi soal gempa tersebut, para anggota Kaskus--terutama yang merasakan gempa--sudah ramai membicarakannya melalui forum. Jadi, "Anggota Kaskus juga berfungsi sebagai reporter seperti pada situs berita," kata Andrew.
Dimas | Dian Yuliastuti