Kurangi Kebutuhan APD, Dosen UGM Kembangkan Bilik Swab COVID-19

Kamis, 16 April 2020 15:47 WIB

Bilik Swab untuk memeriksa pasien terduga terinfeksi virus corona atau COVID-19 yang dikembangkan oleh Dosen Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Jaka Widada. Kredit: Istimewa

TEMPO.CO, Jakarta - Dosen Fakultas Pertanian dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Jaka Widada, berhasil mengembangkan Bilik Swab untuk memeriksa pasien terduga virus corona COVID-19 yang memudahkan para tenaga medis. Dengan bilik tersebut tenaga medis tidak perlu lagi menggunakan alat pelindung diri (APD).

Jaka mengatakan dirinya terinspirasi dari gambar dan video di Korea Selatan yang beredar, yang menggambarkan tenaga kesehatan sedang melakukan swab di bilik untuk memeriksa pasien. Dia juga berdiskusi dengan istrinya, dokter spesialis THT Camelia Hardini yang terbiasa melakukan swab untuk memeriksa pasiennya.

“Dan kebetulan backgroud saya mikro biologi, sedikit banyak tahu tentang ruangan yang bebas dari kuman. Jadi dengan bilik swab, tidak perlu APD,” ujar dia saat dihubungi, Kamis, 16 April 2020.

Bilik yang dibuat ayah dari empat orang anak itu berukuran 90x90 cm2 dengan tinggi 2 meter. Pintu terletak di belakang, dan bagian depan memakai kaca dengan dua lubang untuk tangan petugas medis memeriksa pasien. Sementara dari bodi, bilik itu terbuat dari alumunium panel composit yang sering digunakan di bangunan.

Idealnya, lulusan S3 University of Tokyo, Jepang, itu menambahkan, bodi menggunakan stainless steel, tapi terkendala harga mahal, sementara kayu tidak memungkinkan, dan bahan GRC Board tidak cocok jika dibersihkan dengan disinfektan. “Semua bahannya itu perhitungannya termurah dan berstandar medis,” ujarnya.

Advertising
Advertising

Jaka yang menekuni bidang keahlian bioteknologi lingkungan itu juga melengkapi bilik dengan lampu pencahayaan di bagian dalam dan lampu untuk swab, dan blower yang disaring dengan hepa filter—yang biasa digunakan untuk membuat ruangan bersih dan steril seperti di lab.

Selain itu, Jaka juga melengkapi amplifier sederhana lengkap dengan speakernya untuk berkomunikasi dengan pasien. Sarung tangan panjang yang dipasang pun sudah berstandar medis dan dilapisi dengan handscoon yang sekali pakai.

“Penggunaannya, tenaga medis melakukan swab, kemudian handscoon itu hanya sekali pakai lalu dibuang ke tempat sampah medis, dan sarung tangan panjang dibersihkan dengan disinfektan,” tutur Jaka. “Karena yang harus diperhatikan itu keamanan tenaga medis dan pasien, dua-duanya harus aman.”

Jaka menyebutkan, secara keseluruhan biaya produksi untuk pembuatan bilik swab tersebut sekitar antara Rp 7,5 juta-8 jutaan. Dia juga menggandeng usaha kecil menengah untuk memproduksi bilik itu. “Terakhir itu Gugus Tugas COVID-19 nasional, sudah bilang punya niat untuk memproduksi secara masal,” kata dia. “Sekarang kami bisa memproduksinya 10-15 unit per minggu berstandar medis.”

Berita terkait

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

1 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

2 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Untan Investigasi Kasus Dosen yang Diduga Jadi Joki Nilai, Apa Hasilnya?

2 hari lalu

Untan Investigasi Kasus Dosen yang Diduga Jadi Joki Nilai, Apa Hasilnya?

Untan membentuk tim investigasi untuk kasus tersebut.

Baca Selengkapnya

Dosen Untan Diduga Jadi Joki Nilai, Dekan FISIP Minta Mahasiswa Tak Umbar Kasus Tersebut

2 hari lalu

Dosen Untan Diduga Jadi Joki Nilai, Dekan FISIP Minta Mahasiswa Tak Umbar Kasus Tersebut

Dekan FISIP Untan meminta sivitas akademika agar tak mengumbar info soal dosen yang diduga jadi joki nilai.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

2 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Mau Kuliah di Fakultas Hukum, Apa yang Sebaiknya Disiapkan?

3 hari lalu

Mau Kuliah di Fakultas Hukum, Apa yang Sebaiknya Disiapkan?

Berminat menjadi sarjana hukum, tentu saja harus kuliah di fakultas hukum. Berikut yang perlu disiapkan calon mahasiswa hukum.

Baca Selengkapnya

Guru Besar UGM Anjurkan Daun Pegagan untuk Terapi Daya Ingat, Begini Cara Kerjanya

4 hari lalu

Guru Besar UGM Anjurkan Daun Pegagan untuk Terapi Daya Ingat, Begini Cara Kerjanya

Tanaman liar pegagan dianggap bisa membantu terapi daya ingat. Senyawa aktifnya memulihkan fungsi hipokampus, bagian krusial pada otak.

Baca Selengkapnya

Usai Putusan Sengketa Pilpres, Zainal Arifin Mochtar Sebut MK Punya Banyak PR

4 hari lalu

Usai Putusan Sengketa Pilpres, Zainal Arifin Mochtar Sebut MK Punya Banyak PR

Pakar hukum tata negara UGM, Zainal Arifin Mochtar, menilai MK punya banyak pekerjaan rumah alias PR pasca-putusan sengketa pilpres.

Baca Selengkapnya

UGM Buka Pendaftaran Seleksi Mandiri, Simak Syarat dan Panduan Pendaftaran

4 hari lalu

UGM Buka Pendaftaran Seleksi Mandiri, Simak Syarat dan Panduan Pendaftaran

Universitas Gajah Mada buka pendaftaran online seleksi mandiri UGM sejak 17 April hingga 7 Mei 2024. Lokasi ujian mandirinya?

Baca Selengkapnya

Dosen ITPLN Diduga Plagiat Artikel Ilmiah Milik Dosen di Cambridge, Kampus Lakukan Investigasi

5 hari lalu

Dosen ITPLN Diduga Plagiat Artikel Ilmiah Milik Dosen di Cambridge, Kampus Lakukan Investigasi

Selain investigasi terhadap dosen dan mahasiswa, ITPLN juga membentuk komite agar kasus serupa tak terjadi di kemudian hari.

Baca Selengkapnya