Lindungi Paru-paru Tikus, Kandidat Obat COVID-19 Bertambah Satu

Reporter

Antara

Jumat, 17 April 2020 16:00 WIB

George Painter, direktur Emory Institute for Drug Development dan CEO Drug Innovation Ventures di Emory, Atlanta, Amerika Serikat. Kolaborasi peneliti antarinstitusi menyodorkan satu kandidat obat yang menjanjikan cara berbeda dalam penanganan pasien COVID-19. (ANTARA/Emory University)

TEMPO.CO, Jakarta - Tim peneliti di Emory University, Atlanta, Amerika Serikat, telah menemukan obat yang dapat mengubah cara dokter mengobati pasien positif terinfeksi virus corona COVID-19. Obat itu telah diuji pada tikus dan akan segera diuji klinis pada manusia.

Obat yang baru sebatas disebut EIDD-2801 tersebut menunjukkan harapan dalam mengurangi kerusakan paru-paru. Para peneliti di University of North Carolina-Chapel Hill Gillings School of Global Public Health disebut memainkan peran kunci dalam pengembangan EIDD-2801.

Ahli epidemiologi virus di Laboratorium Ralph Baric di universitas itu, William R. Kenan Jr., bekerja sama dengan peneliti di Vanderbilt University Medical Center (VUMC) dan lembaga nirlaba DRIVE untuk menguji obat yang ditemukan oleh para ilmuwan di Emory Institute for Drug Development (EIDD) itu.

Studi ini menemukan bahwa, ketika digunakan sebagai profilaksis, EIDD-2801 dapat mencegah cedera paru-paru yang parah pada tikus yang terinfeksi. EIDD-2801 adalah bentuk senyawa antivirus EIDD-1931 (yang ditemukan sebelumnya) yang tersedia secara oral; dapat diminum sebagai pil dan dapat diserap dengan baik untuk mencapai paru-paru.

Ketika diberikan sebagai pengobatan 12 atau 24 jam setelah infeksi dimulai, EIDD-2801 dapat mengurangi tingkat kerusakan paru-paru dan penurunan berat badan pada tikus. “Obat baru ini tidak hanya memiliki potensi tinggi untuk mengobati pasien COVID-19, tetapi juga tampaknya efektif untuk pengobatan infeksi virus corona serius lainnya,” kata Kenan di laman Universitas Emory, dikutip Jumat 17 April 2020.

Momen virus corona menginfeksi sel sehat dalam sampel di laboratorium di bawah perbesaran mikroskop dua juta kali oleh tim peneliti Oswaldo Cruz Foundation, Brazil. Dailymail

Dibandingkan dengan perawatan COVID-19 potensial lainnya yang harus diberikan secara intravena, EIDD-2801 berbeda karena dapat diberikan melalui mulut sebagai pil. Selain kemudahan perawatan, ini menawarkan keuntungan potensial untuk merawat pasien profilaksis, misalnya, di panti jompo di mana banyak orang telah terpapar tetapi belum merasakan sakit.

“Kami kagum pada kemampuan EIDD-1931 dan EIDD-2801 untuk menghambat semua virus corona yang diuji dan potensi untuk pengobatan oral COVID-19," kata Andrea Pruijssers, peneliti utama bidang antivirus di Laboratorium Mark Denison--nama yang diambil dari peneliti yang pertama kali melaporkan bahwa EIDD-1931 memblokir replikasi spektrum luas virus corona.

Advertising
Advertising

<!--more-->

Pekerjaan ini, kata dia menambahkan, menunjukkan pentingnya dukungan National Institutes of Health (NIH) yang sedang berlangsung untuk penelitian kolaboratif untuk mengembangkan antivirus untuk semua virus pandemi. "Bukan hanya virus corona,” katanya.

Kolaborator antarinstitusi ini didukung oleh hibah NIH melalui University of Alabama di Birmingham. Universitas yang satu ini juga melakukan pengembangan praklinis remdesivir, obat antivirus lain yang saat ini dalam uji klinis pasien COVID-19.

"Virus yang membawa mutasi resistansi remdesivir sebenarnya lebih rentan terhadap EIDD-1931 dan sebaliknya, memberi kesan bahwa kedua obat dapat dikombinasikan untuk kemanjuran yang lebih besar dan untuk mencegah munculnya resistansi,” kata George Painter, Direktur EIDD.

Studi klinis EIDD-2801 pada manusia diperkirakan akan dimulai akhir musim semi tahun ini. Jika berhasil, obat ini tidak hanya dapat digunakan untuk membatasi penyebaran SARS-CoV-2 penyebab pandemi saat ini, tetapi juga dapat mengendalikan berjangkitnya virus corona lain yang mungkin muncul di masa depan.

Seperti diketahui sudah ada tiga tipe virus corona yang muncul dan menyebabkan wabah di dunia dalam 20 tahun terakhir. Sebelum COVID-19 adalah SARS dan MERS.

“EIDD-2801 menjanjikan tidak hanya untuk mengobati pasien COVID-19 hari ini, tetapi juga untuk mengobati coronavirus baru yang mungkin muncul di masa depan,” kata Timothy Sheahan, PhD, asisten profesor epidemiologi dan kolaborator di Baric Lab.

Sampai siang ini, virus corona COVID-19 telah menjangkiti 2,1 juta orang di seluruh dunia, dengan 543 ribu di antaranya dinyatakan sembuh, dan 144 ribu meninggal

Berita terkait

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

2 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

3 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

4 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

7 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya

Benarkah Tidur di Lantai atau dengan Kipas Angin Sebabkan Paru-paru Basah?

11 hari lalu

Benarkah Tidur di Lantai atau dengan Kipas Angin Sebabkan Paru-paru Basah?

Dokter meluruskan beberapa mitos seputar paru-paru basah, termasuk yang mengaitkan kebiasaan tidur di lantai dan kipas angin menghadap badan.

Baca Selengkapnya

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

11 hari lalu

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa

Baca Selengkapnya

KPK Tuntut Bekas Bupati Muna Hukuman 3,5 Tahun Penjara dalam Korupsi Dana PEN

11 hari lalu

KPK Tuntut Bekas Bupati Muna Hukuman 3,5 Tahun Penjara dalam Korupsi Dana PEN

"Terbukti secara sah dan meyakinkan," kata jaksa KPK di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat saat membacakan surat tuntutan pada Kamis, 18 April 2024.

Baca Selengkapnya

Mengenali Tipe Penyakit Pneumotoraks seperti yang Dialami Winter Aespa

14 hari lalu

Mengenali Tipe Penyakit Pneumotoraks seperti yang Dialami Winter Aespa

Winter Aespa alami pneumotoraks dapat berupa kolaps paru total atau kolaps sebagian paru saja. Berikut beberapa tipe penyakit ini.

Baca Selengkapnya

Apa Itu Penyakit Pneumotoraks yang Diderita Winter Aespa?

14 hari lalu

Apa Itu Penyakit Pneumotoraks yang Diderita Winter Aespa?

SM Entertainment secara resmi mengkonfirmasi laporan bahwa Winter Aespa telah menjalani operasi untuk pneumotoraks. Penyakit apa itu?

Baca Selengkapnya

Penyebab Pneumothorax yang Dialami Winter aespa

15 hari lalu

Penyebab Pneumothorax yang Dialami Winter aespa

Winter aespa menjalani masa pemulihan untuk penyakit pneumothorax, apa saja penyebab dan gejalanya?

Baca Selengkapnya