YouTube Hapus Video Epidemiolog Pendukung Herd Immunity

Senin, 18 Mei 2020 14:52 WIB

Dr. Knut M. Wittkowski. Kredit: YouTube/Journeyman Pictures

TEMPO.CO, Jakarta - Epidemiolog dari Rockefeller University Knut M. Wittkowski mengatakan bahwa platform video YouTube telah menghapus videonya yang mengkritik kebijakan organisasi kesehatan dunia (WHO) dalam menghadapi pandemi Covid-19.

Dia mencela kebijakan jaga jarak, dan mengatakan hal itu hanya memperpanjang keberadaan virus dan menganggap karantina wilayah tidak perlu dilakukan.

Wittkowski, 65 tahun, mengaku bahwa videonya yang dihapus sudah ditonton lebih dari 1,3 juta kali. Pria yang dijuluki kritikus ganas terhadap kebijakan lawan Covid-19 itu percaya bahwa virus corona harus dilawan dengan herd immunity. "Vaksin hanya tersedia ketika pandemi berakhir dan setelah cukup banyak menyebar," ujar dia, seperti dikutip laman New York Post, Sabtu, 16 Mei 2020.

Dalam video itu, pemegang dua gelar doktor, ilmu komputer dan biometri medis, itu mengatakan sekitar 80 persen dari orang-orang perlu melakukan kontak dengan virus, karena mayoritas dari mereka bahkan tidak akan menyadari ketika mereka terinfeksi.

"Saya baru saja menjelaskan itu, dan tidak tahu mengapa itu dihapus," kata dia. "Mereka tidak memberitahu. Mereka hanya mengatakan itu melanggar standar komunitasnya. Tidak ada penjelasan untuk standar itu atau standar apa yang dilanggar."

Dalam artikel dan wawancara di seluruh kanal berita, Wittkowski menyamakan Covid-19 dengan flu yang buruk. Itu kemungkinan membuat videonya menjadi target dari YouTube, yang mengatakan pada bulan April akan menghapus informasi bermasalah tentang pandemi Covid-19.

CEO YouTube Susan Wojcicki mengatakan apa pun yang bertentangan dengan rekomendasi WHO akan menjadi pelanggaran terhadap kebijakan platform besutan Google itu. "Karenanya penghapusan adalah bagian lain yang sangat penting dari kebijakan kami," kata Wojcicki kepada CNN.

Argumen Wittkowski dalam video yang diproduksi oleh perusahaan film Inggris Journeyman Pictures itu adalah pendapat minoritas di antara rekan-rekannya. Namun, masih dalam pemikiran arus utama dan saat ini merupakan dasar untuk pendekatan pelonggaran karantina wilayah di Swedia dalam menghadapi pandemi.

Direktur eksekutif kelompok darurat kesehatan WHO, Mike Ryan, menolak argumen Wittkowski. "Itu perhitungan yang benar-benar berbahaya, berbahaya," tutur Ryan menanggapi Wittkowski.

Rockefeller University, tempat Wittkowski bekerja selama 20 tahun juga merilis pernyataan yang tegas dan berseberangan dengannya bulan lalu.

Bukan hanya YouTube yang melalukan sensor terhadap konten-konten keliru mengenai Covid-19, beberapa media sosial seperti Facebook dan Twitter juga melakukannya. Salah satunya dua komentar yang diunggah Presiden Brasil Jair Bolsonaro.

"Kami telah memperluas definisi bahaya untuk menangani konten yang bertentangan langsung dengan sumber otoritatif informasi kesehatan masyarakat global dan lokal," kata Twitter pada April tak lama setelah menghapus dua unggahan Bolsonaro.

Pada bulan yang sama Facebook mengakui bahwa mereka telah bekerja dengan pemerintah negara bagian di California, New Jersey dan Nebraska, Amerika Serikat untuk menghapus halaman yang berkaitan dengan acara anti-karantina wilayah.

NEW YORK POST | CNN

Berita terkait

Kembali Aktif Ngonten di Akun YouTube Pribadinya, Apa Saja yang Dibicarakan Ahok?

17 jam lalu

Kembali Aktif Ngonten di Akun YouTube Pribadinya, Apa Saja yang Dibicarakan Ahok?

Ahok kembali aktif di akun YouTube pribadinya dengan membuat konten yang membahas permasalah di Jakarta hingga sosok pemimpin yang ideal.

Baca Selengkapnya

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

2 hari lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Wisuda Telkom University Bandung Kini Libatkan Penerjemah Berbahasa Isyarat

2 hari lalu

Wisuda Telkom University Bandung Kini Libatkan Penerjemah Berbahasa Isyarat

Disebutkan, banyak mahasiswa Telkom University Bandung adalah teman-teman disabilitas. Inklusi diklaim jadi fondasi utama.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

4 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

4 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

4 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

4 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Pembekuan Darah Usai Vaksinasi AstraZeneca, Epidemiolog: Kasusnya Langka dan Risiko Terkena Minim

4 hari lalu

Pembekuan Darah Usai Vaksinasi AstraZeneca, Epidemiolog: Kasusnya Langka dan Risiko Terkena Minim

Pasien pembekuan darah pertama yang disebabkan oleh vaksin AstraZeneca adalah Jamie Scott.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

5 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Begal Ponsel Siswi di Depok Berdalih Butuh HP untuk Anak Nonton YouTube

6 hari lalu

Begal Ponsel Siswi di Depok Berdalih Butuh HP untuk Anak Nonton YouTube

Bapak satu anak itu nekat merampas ponsel siswi SMP di Depok itu hingga korban jatuh dan terseret, setelah gagal transaksi HP secara COD.

Baca Selengkapnya