Rekor 973 Kasus Baru Covid-19, Simak Alasan Tak Perlu Cemas

Reporter

Antara

Jumat, 22 Mei 2020 09:18 WIB

Warga mengikuti test swab Covid-19 pada acara Program BNI Berbagi Swab Test gratis di Jakarta, Rabu, 20 Mei 2020. Program ini digelar di sejumlah kota di Indonesia. ANTARA/Muhammad Adimaja

TEMPO.CO, Jakarta - Profesor virologi di Universitas Udayana, G. N. Mahardika, mengatakan lonjakan kasus Covid-19 harian yang mendekati angka 1.000 orang secara virologi belum mengkhawatirkan. Dia menanggapi angka 973 kasus positif baru yang diumumkan pemerintah pada Kamis 21 Mei 2020.

Menurutnya, tren angka kasus harian meningkat sejalan dengan peningkatan kapasitas laboratorium penguji spesimen atau sampel. Dalam catatannya, Mahardika mengungkapkan, saat ini ada 30 laboratorium sedang berusaha menggenjot kapasitas uji.

“(Lonjakan jumlah kasus) Mestinya tidak membuat kita cemas berlebihan. Secara virologi bukan masalah besar," katanya dalam keterangan tertulisnya kepada ANTARA di Jakarta, Kamis 21 Mei 2020.

Justru dalam kondisi saat ini, Mahardika menambahkan, Indonesia bisa mengklaim keberhasilan pembatasan sosial. Alasannya, jika wabah dibiarkan alami, per 20 Mei jumlah kasus positif Covid-19 itu minimum mencapai 1,7 juta orang.

Mahardika menghitungnya dari 1 April saat terkonfirmasi 1.677 kasus positif. Sejak saat itu sampai 20 Mei adalah 50 hari. Dengan masa inkubasi dianggap rata-rata 5 hari dan angka reproduksi virus (R0) dianggap satu (satu orang terinfeksi menularkan virus ke satu orang lainnya), maka per 20 Mei seharusnya berjumlah 1.717.248 orang.

Advertising
Advertising

Dia membandingkan denga data resmi Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 hingga Kamis, 21 Mei, pukul 12.00 WIB, jumlah total kasus positif di Indonesia mencapai 20.162.

<!--more-->

Hanya saja, menurut Mahardika, secara epidemiologi Indonesia masih berstatus under-detected. Kemampuan negara dalam pengujian penyakit virus corona 2019 itu diakuinya harus dibenahi segera.

Mengutip data dari berbagai sumber, Mahardika mengatakan jumlah pengujian di Indonesia hanya 65 orang per satu juta penduduk. “Bandingkan dengan Jepang, misalnya, yang mempunyai rasio 509 per sejuta penduduk. Rasio Indonesia hanya 10 persen dari Jepang”.

Jika angka Jepang ini dijadikan patokan, Indonesia baru mendeteksi 10 persen dari kasus yang sebenarnya. Itu artinya, jumlah kasus terkonfirmasi saat ini mestinya minimum 200 ribu.

Angka yang sangat besar namun Mahardika kembali mengingatkan bahwa secara alami, virus corona Covid-19 tidak selalu menyebabkan kasus berat, apalagi sampai meninggal. "Sebagian besar orang yang terpapar tidak menjadi sakit. Yang mengembangkan gejala klinis pun lebih banyak klinis ringan."

Informasi dari WHO, 80 persen pasien yang sakit dapat sembuh tanpa pengobatan khusus. Data dari karantina kapal pesiar Diamond Princess di Jepang yang dimuat pada Journal Eurosurveillance juga menyebutkan persentase orang terpapar tapi tak terinfeksi sekitar 75 persen. Proporsi yang positif tanpa gejala adalah 8 persen, dan yang simptomatik adalah 17 persen.

Sedang data dari Wuhan, Cina, yang dipublikasi di JAMA menyebutkan pasien yang kritis hanya 5 persen dari yang mengeluh ringan sampai berat. Itu berarti 5 persen dari 17 persen, artinya hanya 0,85 persen.

Berita terkait

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

55 menit lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

12 jam lalu

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

Berita Top 3 Dunia pada Sabtu 4 Mei 2024 diawali penolakan India soal tudingan xenofobia oleh Presiden AS Joe Biden

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

1 hari lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

1 hari lalu

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

1 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

2 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

2 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

2 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

2 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

3 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya