Ilmuwan Bikin Mata Bionik untuk Pasien Gangguan Penglihatan

Rabu, 27 Mei 2020 07:33 WIB

Robot "Mark 1", memjamkan mata sebelah saat menerima perintah oleh penciptanya Ricky Ma, saat demonstrasi di Hong Kong, Cina, 31 Maret 2016. Ma, menghabiskan biaya lebih dari HK $ 400.000 ($ 51.000) untuk membuat robot yang memenuhi impian masa kecilnya. REUTERS/Bobby Yip

TEMPO.CO, Jakarta - Para ilmuwan dari Amerika Serikat dan Hong Kong telah mengembangkan mata sintetis yang mirip dengan aslinya. Dengan sensor tiruan fotoreseptor yang ditemukan di mata manusia, prototipe bionik itu diperkirakan dapat digunakan untuk memulihkan penglihatan pada individu yang kehilangan penglihatan.

Tim peneliti menyebutnya sebagai mata biomimetik, perangkat yang memadukan antara teknologi modern dan desain yang nyata. Ini terdiri dari retina buatan hemispherical dan berbagai sensor yang menangkap gambar hidup, dan mampu berinteraksi dengan otak manusia yang cukup rumit, demikian dikutip laman BGR, Minggu, 24 Mei 2020.

Selama bertahun-tahun, para ilmuwan dan dokter telah menemukan cara untuk mengganti beberapa komponen vital tubuh dengan versi buatan yang dapat mengembalikan kualitas hidup seseorang, atau bahkan menyelamatkannya dari kematian. Hal itu menjadi pengobatan modern yang sangat luar biasa.

Mata merupakan indera yang sangat istimewa, dan cara mata berkomunikasi dengan otak membuatnya tidak sesederhana 'plug-and-play'. Menciptakan perangkat untuk berinteraksi dengan otak manusia adalah rintangan besar.

Tantangan terbesar yang telah diatasi oleh para peneliti adalah menjejalkan teknologi menjadi bentuk bulat yang berpotensi digunakan sebagai implan. Mereka belum benar-benar menguji perangkat itu pada makhluk hidup.

Advertising
Advertising

Seperti yang dilaporkan Daily Mail, para peneliti sudah menyiapkan uji coba pada hewan dan manusia. Namun, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan, dan para ilmuwan mencatat bahwa perangkat dalam kondisi saat ini hanyalah awal dari apa yang mungkin terjadi beberapa tahun ke depan.

Dalam kondisi saat ini, kemampuan mata bionik untuk membuat gambar bukan yang terbaik. Ini menghasilkan gambar resolusi rendah yang mampu melihat huruf alfabet, tapi gambar yang lebih rumit akan membutuhkan kepadatan sensor yang lebih tinggi.

Para peneliti mengatakan bahwa ketika teknologi berkembang, kepadatan sensor dan resolusi gambar yang dihasilkan benar-benar dapat mengalahkan mata manusia yang nyata. Mata sintetis juga dipertimbangkan untuk aplikasi robotika. Gagasan tentang robot yang secara kecerdasan buatan berjalan dengan mata yang lebih baik memang sedikit mengganggu, tapi mungkin itulah yang akan terjadi di masa depan.

BGR | DAILY MAIL

Berita terkait

Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper

2 hari lalu

Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper

Peneliti Unair berhasil mengukir namanya di kancah internasional dengan meraih best paper award dari jurnal ternama Engineered Science.

Baca Selengkapnya

Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

2 hari lalu

Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

Sekarang ukuran roket juga tidak besar, tapi bisa mengangkut banyak satelit kecil.

Baca Selengkapnya

Ketergantungan Impor 99 Persen, Peneliti BRIN Riset Jamur Penghasil Enzim

3 hari lalu

Ketergantungan Impor 99 Persen, Peneliti BRIN Riset Jamur Penghasil Enzim

Di Indonesia diperkirakan terdapat 200 ribu spesies jamur, yang di antaranya mampu memproduksi enzim.

Baca Selengkapnya

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

3 hari lalu

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

Polusi udara yang erat kaitannya dengan tingginya beban penyakit adalah polusi udara dalam ruang (rumah tangga).

Baca Selengkapnya

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

3 hari lalu

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

Efek polusi udara rumah tangga baru terlihat dalam jangka waktu relatif lama.

Baca Selengkapnya

BRIN Kirim Surat Teguran, Minta Ratusan Pensiunan Ilmuwan Kosongkan Rumah di Puspiptek

6 hari lalu

BRIN Kirim Surat Teguran, Minta Ratusan Pensiunan Ilmuwan Kosongkan Rumah di Puspiptek

BRIN meminta ratusan pensiunan ilmuwan mengosongkan rumah dinas di Puspiptek paling lambat 15 Mei 2024

Baca Selengkapnya

7 Tips Jaga Kualitas Hidup dengan Glaukoma

8 hari lalu

7 Tips Jaga Kualitas Hidup dengan Glaukoma

Setiap individu harus memahami tantangan yang dihadapi saat didiagnosis glaukoma dan harus mempertahankan kualitas hidup dengan manajemen tepat.

Baca Selengkapnya

Setiap 26 April Diperingati Hari Kekayaan Intelektual Sedunia, Ini Awal Penetapannya

9 hari lalu

Setiap 26 April Diperingati Hari Kekayaan Intelektual Sedunia, Ini Awal Penetapannya

Hari Kekayaan Intelektual Sedunia diperingati setiap 26 April. Begini latar belakang penetapannya.

Baca Selengkapnya

Atasi Kekurangan Zinc pada Anak, Periset BRIN Teliti Suplemen Zinc dari Peptida Teripang

12 hari lalu

Atasi Kekurangan Zinc pada Anak, Periset BRIN Teliti Suplemen Zinc dari Peptida Teripang

Saat ini suplemen zinc yang tersedia di pasaran masih perlu pengembangan lanjutan.

Baca Selengkapnya

BRIN Tawarkan Model Agrosilvofishery untuk Restorasi Ekosistem Gambut Berbasis Masyarakat

13 hari lalu

BRIN Tawarkan Model Agrosilvofishery untuk Restorasi Ekosistem Gambut Berbasis Masyarakat

Implimentasi model agrosilvofishery pada ekosistem gambut perlu dilakukan secara selektif.

Baca Selengkapnya