Ini Penelitian Obat Corona dari Kombinasi Obat yang Sudah Ada

Reporter

Tempo.co

Selasa, 16 Juni 2020 14:20 WIB

Ilustrasi obat. TEMPO/Subekti

TEMPO.CO, Jakarta - Pusat Penelitian dan Pengembangan Stem Cell Universitas Airlangga, Surabaya, menyodorkan lima kombinasi antivirus dan antibiotik yang bisa digunakan sebagai obat Covid-19. Kelima kombinasi didapat dari hasil penelitian terhadap 14 regimen obat yang telah memiliki izin edar dari BPOM.

Kombinasi melibatkan di antaranya obat yang biasa digunakan untuk pasien HIV, radang sendi, dan malaria. Mereka adalah lopinavir-ritonavir-azithromycin, lopinavir-ritonavir-doksisiklin, hydroxychloroquine-azithromycin, dan hydroxychloroquine-doksisiklin.

Obat-obatan itu diramu mempertimbangkan efek inflamasi dan toksik, selain efektivitasnya membunuh virus corona Covid-19. Hasilnya, dalam uji preklinis atau kultur sel di laboratorium, lima kombinasi dianggap mampu membunuh virus corona, mengurangi jumlahnya dari ratusan bahkan ribuan menjadi tak terdeteksi sama sekali secara bertahap.

Ketua pusat penelitian dan pengembangan itu, Purwati, menerangkan obat yang diramu dari kombinasi-kombinasi itu tidak untuk diperjualbelikan ataupun digunakan secara bebas. Sedang ratusan obat yang sudah diproduksi pusat penelitian itu, katanya--seperti dikutip dari laman unair, “Akan disebarkan kepada rumah sakit yang membutuhkan.”

Penelitian dengan cara kombinasi obat juga pernah dilakukan di Cina dan diungkap hasilnya International Journal of Antimicrobial Agents pada Maret lalu. Saat itu kombinasi hydroxychloroquine, dengan azithromycin alias zithromax atau azithrocin disebut bisa menekan durasi infeksi Covid-19 pada manusia.

Advertising
Advertising

Bukti awal untuk temuan tersebut didapat dari sebuah studi terbatas terhadap lebih dari 30 pasien Covid-2019. Mereka dibagi ke dalam kelompok-kelompok yang diobati dengan hydroxychloroquine, kombinasi obat itu dengan antibiotik, dan kelompok kontrol yang tidak menerima keduanya.

Hasil kombinasi yang didapat itu diakui masih harus diuji dengan kelompok pasien yang lebih besar. Pun dengan uji kombinasi tiga obat antivirus interferon beta-1b, lopinavir-ritonavir, dan ribavirin yang dilakukan terhadap 127 pasien di Hong Kong yang hasilnya diumumkan awal Mei lalu.

Hydroxychloroquine. Obat malaria dan radang sendi ini di antara sejumlah obat yang diuji klinis kepada pasien Covid-19 di sejumlah negara. ANTARA/Shutterstock/am

Dalam kelompok pasien tersebut, kombinasi ketiga obat itu juga ditemukan mampu mengurangi gejala dan mempersingkat infeksi virus corona Covid-19. Indikasinya adalah konsentrasi virus dan badai sitokin yang disebabkannya di paru-paru berkurang.

"Lebih lanjut, terapi tiga antivirus dengan cepat menghasilkan viral load negatif di semua spesimen, sehingga mengurangi infeksi pada pasien," bunyi hasil studi itu yang diterbitkan dalam jurnal The Lancet, seperti dikutip laman Fox News, Senin 11 Mei 2020.

Kelompok yang diberi kombinasi tiga obat itu dinyatakan negatif terhadap virus setelah tujuh hari dibandingkan dengan kelompok kontrol yang 12 hari. Kombinasi tiga obat juga meringankan gejala sepenuhnya dalam waktu empat hari, jauh lebih singkat daripada kontrol.

Interferon beta 1-b umumnya digunakan untuk mengobati multiple sclerosis, yang sudah teruji mampu mentimulasi sistem kekebalan tubuh pada paru-paru pasien asma dan penyakit kronis di organ itu. Sedang lopinavir-ritonavir dan ribavirin masing-masing digunakan untuk antivirus HIV dan Hepatitis C.

Berita terkait

Unair Buka 1.200 Kuota Penerima KIP Kuliah 2024

18 jam lalu

Unair Buka 1.200 Kuota Penerima KIP Kuliah 2024

Unair menerima kuota KIP Kuliah sebanyak 660 mahasiswa pada 2023.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa Farmasi Unair Raih Juara Pertama Kompetisi Internasional Se-Asia Pasifik

22 jam lalu

Mahasiswa Farmasi Unair Raih Juara Pertama Kompetisi Internasional Se-Asia Pasifik

Keempat mahasiswa Unair itu diumumkan menjadi juara pertama dalam kompetisi Industrial Skills Event (ISE).

Baca Selengkapnya

Unair Buka Pendaftaran Mahasiswa Baru Jalur Mandiri, Ini Besaran UKT dan IPI

1 hari lalu

Unair Buka Pendaftaran Mahasiswa Baru Jalur Mandiri, Ini Besaran UKT dan IPI

Universitas Airlangga (Unair) membuka pendaftaran penerimaan mahasiswa baru 2024 jalur seleksi mandiri.

Baca Selengkapnya

Fenomena Flexing Mahasiswa KIP Kuliah di Media Sosial, Ini Kata Dosen Unair

1 hari lalu

Fenomena Flexing Mahasiswa KIP Kuliah di Media Sosial, Ini Kata Dosen Unair

Banyak yang mempertanyakan kelayakan mahasiswa tersebut sebagai penerima bantuan biaya KIP Kuliah.

Baca Selengkapnya

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

2 hari lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Kenaikan UKT di ITB dan Temuan Senyawa Penghambat Kanker Mengisi Top 3 Tekno Hari Ini

4 hari lalu

Kenaikan UKT di ITB dan Temuan Senyawa Penghambat Kanker Mengisi Top 3 Tekno Hari Ini

Kenaikan UKT bagi mahasiswa angkatan 2024 di ITB memuncaki Top 3 Tekno Tempo hari ini, Sabtu, 4 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

4 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

4 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper

4 hari lalu

Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper

Peneliti Unair berhasil mengukir namanya di kancah internasional dengan meraih best paper award dari jurnal ternama Engineered Science.

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

5 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya