Sepanjang Lockdown, Staf Museum Temukan 9 Serangga Baru di Rumah

Rabu, 24 Juni 2020 11:56 WIB

Seorang ibu berjalan dengan putrinya melewati Museum Guggenheim setelah lockdown ketat dilonggarkan bagi anak-anak sejak lockdown nasional Spanyol diberlakukan enam pekan lalu untuk mencegah virus Corona, Bilbao, Spanyol, 26 April 2020.[REUTERS/Vincent West]

TEMPO.CO, Jakarta - Ketika Museum Sejarah Alam di Los Angeles County pertama kali ditutup pada pertengahan Maret lalu--karena lockdown kota dampak pandemi Covid-19, Lisa Gonzalez berpikir sudah akan kembali bekerja lagi dalam hitungan satu atau dua pekan berselang. Nyatanya, asisten manajer koleksi di museum itu masih harus bekerja dari rumah hingga saat ini.

Jadilah dia belakangan memodifikasi satu ruangan di rumahnya menjadi laboratorium darurat. Gonzalez awalnya memilah-milah ribuan serangga yang sebelumnya dikumpulkan museum melalui proyek sains warga.

Di museum, dia bisa melakukannya menggunakan kode DNA untuk mengidentifikasi spesies yang berbeda satu sama lain. Ini adalah proses yang membutuhkan beberapa jam persiapan bahan kimia namun bisa memberikan hasil langsung.

Teknik sekuens DNA menggunakan metode yang disebut reaksi rantai polimerase untuk memperkuat materi genetik dari masing-masing serangga. Kemudian, dibandingkan dengan referensi barcode DNA yang ada.

Tapi di rumah, Gonzalez beralih ke instrumen analog yang telah melayani ahli biologi sejak abad ke-17 yaitu mikroskop. Menurutnya, situasi yang harus dijalani sekarang bisa membuatnya menghargai apa yang dapat dicapai oleh para ilmuwan di masa lalu.

"Saya tidak punya kursi ergonomis di rumah, saya tidak punya mikroskop mewah. Saat ini kita semua merasakan penghargaan atas hal-hal yang kita anggap remeh," ujarnya seperti dikutip dari laman Wired, Senin 22 Juni 2020.

Dengan menggunakan mikroskopnya sendiri, Gonzalez mengidentifikasi belasan spesies serangga dengan melihat ciri-ciri seperti rambut kecil atau bentuk sayap lalat. Dia juga menemukan beberapa serangga yang tidak biasa, sehingga dia menyerahkannya kepada rekannya, Brian Brown, seorang kurator entomologi museum.

Menggunakan stereoskop Leica yang lebih besar yang diboyongnya dari museum tempatnya bekerja, serta mikroskop majemuk kecil yang ditemukannya di craigslist, Brown hingga kini telah menemukan sembilan spesies baru lalat kecil.

"Selalu keren untuk menemukan hal-hal baru, dan itu adalah salah satu kesenangan besar dari pekerjaan ini,” kata Brown. "Ini bukan hanya menemukan hal-hal baru yang sedikit berbeda, kami menemukan hal-hal yang sangat berbeda sepanjang waktu."

Serangga, sebagian besar jenis lalat kecil dan tawon, telah dikumpulkan melalui proyek BioSCAN, yang dimulai pada 2012 dengan perangkap serangga dipasang di 30 lokasi di seluruh Los Angeles, Amerika Serikat. Sebagian besar perangkat dipasang di halaman belakang rumah atau ruang publik.

Advertising
Advertising

<!--more-->

Kedua peneliti ini, merekrut sukarelawan yang kemudian dilatih cara menggunakan perangkap Malaise sebelum memasukkan serangga yang terjaring ke dalam botol.

Meskipun Los Angeles merupakan kumpulan budaya dari seluruh dunia, sangat sedikit penelitian yang dilakukan terhadap kehidupan liar perkotaannya, terutama serangga. Proyek BioSCAN dimulai ketika Brown bertaruh dengan pengelola museum bahwa dia bisa menemukan spesies serangga baru di halaman belakang rumahnya di Los Angeles Barat.

Dia melakukannya, dan proyek itu berjalan. Dalam tiga tahun pertamanya, Brown dan pengumpul serangga menemukan 30 spesies serangga baru dan mempublikasikan hasilnya. Tim museum menemukan 13 spesies baru tambahan dalam dua tahun terakhir, ditambah dia dan stafnya telah menemukan sembilan spesies lagi sejak karantina wilayah atau lockdown pandemi.

Meskipun peserta BioSCAN belum mengumpulkan serangga baru sejak November, kerja keras mengidentifikasi ribuan spesimen individu terus berlanjut di tengah wabah Covid-19. Menurut Brown, dia tidak bisa masuk ke lab museum sekarang, jadi kembali mengidentifikasi hal-hal dengan mikroskop dan mencari karakteristik yang sulit dilihat.

"Serangga ini panjangnya 2 milimeter, dengan alat kelamin kecil. Mengidentifikasi salah satu spesimen menggunakan morfologi dapat memakan 10-20 meniit," kata Brown.

Sembilan spesies baru termasuk lalat phorid, beberapa di antaranya dikenal karena kemampuannya berlari di atas permukaan benda dan atau memasuki peti mati di mana terdapat jasad di dalamnya. Brown dan Gonzalez juga menemukan botflies, parasit dari tikus dan lalat yang belum pernah terlihat sebelumnya di California Selatan.

Hewan-hewan itu kemungkinan tiba dari Amerika Tengah, mungkin menumpang tanaman berbunga atau sepotong makanan. Dengan bantuan puluhan ribu serangga yang dikumpulkan selama bertahun-tahun Brown dan Gonzalez telah memperluas jumlah spesies serangga yang dikenal di lembah Los Angeles dari 3.500 selama sensus terakhir pada 1993 menjadi sekitar 20 ribu per hari ini.

"Kami telah melihat 100 ribu spesimen dari daerah Los Angeles," kata Brown menambahkan. "Aku terkejut dengan besarnya spesies baru yang kami temui."

Dalam perangkap serangga di halaman belakang rumahnya sendiri, Brown telah menemukan beberapa yang aneh. Termasuk satu jenis lalat yang disebutnya tertarik untuk 'merokok' (kemungkinan bersumber dari kebakaran hutan di dekatnya) dan lainnya yang menyukai aroma melati yang bermekaran.

Sementara itu, Gonzales terus bekerja dari rumah dengan dibantu keponakannya yang berusia 5 tahun, yang telah menyediakan mikroskop sendiri. Dia berharap untuk mengembalikan laboratorium sementaranya itu menjadi ruang menjahit, tempat dia membuat kostum untuk acara cosplay horor dan fiksi ilmiah yang dia lewatkan.

WIRED

Berita terkait

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

1 jam lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

7 jam lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

13 jam lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

16 jam lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

1 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Aksi Mahasiswa Pro-Palestina di Amerika, Columbia University Lockdown Kampus

2 hari lalu

Aksi Mahasiswa Pro-Palestina di Amerika, Columbia University Lockdown Kampus

Mahasiswa pindah dari tenda dan duduki Hamilton Hall. Kampus mulai menskors sebagian pengunjuk rasa pro Palestina dan mengancam memecat yang lain.

Baca Selengkapnya

Melihat Sejarah Pendirian Uni Emirat Arab di Etihad Museum Dubai

2 hari lalu

Melihat Sejarah Pendirian Uni Emirat Arab di Etihad Museum Dubai

Bentuk bangunan Etihad Museum di Dubai ini unik, mirip dengan gulungan kertas yang akan mengingatkan pada Treaty of the UAE

Baca Selengkapnya

Pakar Serangga IPB Ungkap Spesies Baru Serangga yang Bermanfaat bagi Manusia

3 hari lalu

Pakar Serangga IPB Ungkap Spesies Baru Serangga yang Bermanfaat bagi Manusia

Berbagai serangga yang memberikan manfaat bagi manusia berupa produk yang bernilai komersial.

Baca Selengkapnya

Tutup Sampai Juni 2024, Benteng Vredeburg Yogya Direvitalisasi dan Bakal Ada Wisata Malam

5 hari lalu

Tutup Sampai Juni 2024, Benteng Vredeburg Yogya Direvitalisasi dan Bakal Ada Wisata Malam

Museum Benteng Vredeburg tak hanya dikenal sebagai pusat kajian sejarah perjuangan Indonesia tetapi juga destinasi ikonik di kota Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Mengintip Sejarah dan Karya Seni Islam di 5 Museum di Qatar

6 hari lalu

Mengintip Sejarah dan Karya Seni Islam di 5 Museum di Qatar

Dalam perjalanan sejarahnya, Qatar berkembang menjadi pusat seni dan budaya yang beragam.

Baca Selengkapnya