Diare dan Muntah Tambah Daftar Gejala Covid-19 pada Anak-anak
Reporter
Terjemahan
Editor
Zacharias Wuragil
Minggu, 6 September 2020 15:59 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Diare dan muntah bisa menjadi tanda penting anak-anak yang terinfeksi Covid-19. Sejumlah peneliti di Inggris Raya menyerukan kepada Layanan Kesehatan Nasional (NHS) untuk memperbarui daftar gejala penyakit itu pada anak yang sejak Mei lalu tak berubah dari demam tinggi, batuk terus menerus, dan hilang atau berubahnya kemampuan mencecap rasa atau penciuman.
Studi kasus pada orang dewasa telah mendapati beragam gejala yang di antaranya adalah juga terkait masalah saluran pencernaan. Itu pula yang diklaim telah dikonfirmasi oleh tim peneliti di Queen’s University Belfast bahwa lambung yang bermasalah menjadi penanda penting kehadiran Covid-19 pada anak-anak.
"Pada kelompok anak-anak yang kami teliti, diare dan muntah lebih mudah dideteksi daripada, katakanlah, batuk atau hilangnya kemampuan mencecap rasa dan penciuman," kata Tom Waterfield, ketua tim penelitinya, Jumat 4 September 2020.
Jadi, dia menambahkan, "Jika Anda ingin memastikan diagnosa infeksi virus corona Covid-19 pada anak-anak, perlu melihat ke gejala diare dan muntah, bukan hanya gejala di saluran pernapasan atas."
Waterfield mengatakan bila hanya dengan tiga gejala: demam tinggi, batuk terus menerus, hilang perasa dan penciuman, sebanyak 76 persen kasus infeksi pada anak-anak yang asimptomatik mampu dideteksi. Tapi dengan menambahkan gejala pada gastrointestinal itu, kemampuan identifikasi kasus infeksi Covid-19 pada anak OTG bisa sampai 97 persen.
Baca juga:
Studi: Anak-anak Penderita Covid-19 Bisa Tularkan Virus Berminggu-minggu
Studi dilakukan Waterfield dan timnya antara 6 April dan 3 Juli lalu terhadap lebih dari 990 anak dari para petugas medis di Inggris. Anak-anak itu berusia 2-15 tahun dan tak satupun yang pernah dibawa ke rumah sakit karena keluhan Covid-19.
<!--more-->
Terhadap seluruh anak-anak itu, tim mengambil sampel darah kemudian mengukur kadar antibodi virus corona. Data yang dikumpulkan termasuk apakah anak-anak itu pernah mengalami gejala apapun terkait Covid-19.
Tim peneliti menemukan 68 anak-anak, atau 6,9 persen, memiliki antibodi virus itu dalam tubuh mereka. Artinya, mereka pernah terjangkit Covid-19, dan hanya separuhnya yang melaporkan pernah memiliki gejalanya.
Beberapa dari gejala itu relatif umum. Sebanyak 31 persen dari 68 anak itu, misalnya, mengatakan pernah mengalami demam. Yang lainnya, sebanyak 18 persen menuturkan pernah sakit kepala, dan 19 persen memiliki keluhan yang sama seputar saluran pencernaannya seperti diare, muntah dan kram perut.
Untuk anak-anak didapati terinfeksi virus corona Covid-19 tapi tak ditemukan antibodi dalam tubuhnya, komposisi dari angka-angka penutur gejala yang sama sebesar 11, 4, dan 3 persen. Menurut Waterfield, temuan yang didapat itu penting karena pada kasus asimptomatik alias OTG, tanpa gejala, yang hanya berjumlah 34 anak itupun diare dan muntah cukup jelas dan mudah diidentifikasi.
Waterfield menambahkan, hasil studi itu seharusnya juga bisa membantu para orang tua menjelang musim dingin. "Banyak anak-anak akan mengalami hidung meler dan bersin-bersin--itu semua dipastikan bukan gejala Covid-19," katanya.
Baca juga:
Kenapa Anak-anak Kebal Efek Mematikan SARS, MERS dan Covid-19?
Profesor Tim Spector dari King’s College London, juga di Inggris, mengatakan temuan itu senada dengan hasil riset yang pernah dilakukannya. “Data kami atas hampir 250 ribu anak dari aplikasi studi gejala Covid-19 menduga kalau anak-anak yang positif terinfeksi Covid-19 memiliki variasi gejala yang luas dan batuk tidak se-umum seperti pada kasus orang dewasa," katanya menuturkan.
GUARDIAN