Studi Adiksi Internet Ungkap Psikopatologi Isolasi Mandiri Covid-19
Reporter
Moh Khory Alfarizi
Editor
Zacharias Wuragil
Rabu, 16 September 2020 16:44 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Departemen Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI)-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dan Fakultas Psikologi Universitas Katolik Atma Jaya melakukan studi perilaku adiksi internet di era pandemi Covid-19. Hasilnya, mereka menemukan prevalensi 14,4 persen populasi dewasa Indonesia mengalami adiksi atau kecanduan internet.
Studi juga mengungkap durasi online meningkat sebesar 52 persen dibandingkan sebelum pandemi. Selain itu, didapat fakta adiksi itu berhubungan dengan penurunan waktu dan kualitas tidur. Satu anggota tim penelitinya dari Fakultas Psikologi Universitas Katolik Atma Jaya, Kristiana Siste, menerangkan bahwa mereka yang mengalami adiksi internet biasanya juga mengalami kesulitan untuk memulai tidur.
"Buruknya kualitas tidur berpotensi menyebabkan gangguan psikologis dan penurunan sistem imun," ujar dokter spesialis kedokteran jiwa itu, dalam keterangan tertulis, Selasa, 15 September 2020.
Hasil studi itu sudah dipublikasikan dalam jurnal internasional Frontiers in Psychiatry pada 3 September 2020. Laporannya diberi judul 'The Impact of Physical Distancing and Associated Factors Towards Internet Addiction Among Adults in Indonesia During COVID-19 Pandemic: A Nationwide Web-Based Study'.
Selain Siste, peneliti yang terlibat di penelitian ini diantaranya Enjeline Hanafi, Lee Thung Sen, Hans Christian, Adrian, Levina Putri Siswidiani, Albert Prabowo Limawan, Belinda Julivia Murtani, dan Christiany Suwartono. Mereka melakukan studi berbasis web yang melibatkan 4.734 responden dari seluruh provinsi di Indonesia.
Mereka melakukan studi berdasarkan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) oleh pemerintah sebagai bentuk perwujudan physical distancing di era pandemi. Berbagai kegiatan mulai dari sekolah, kerja, ibadah, hingga sosialisasi berubah dilakukan secara daring dari rumah. Situasi ini menjadikan internet sebagai bagian penting dalam aktivitas masyarakat, bahkan cenderung menimbulkan perilaku adiksi.
<!--more-->
Di dalam studi tercatat, salah satu faktor prediktif yang menyebabkan perilaku adiksi internet di masa pandemi adalah dorongan mencari informasi terkait penyakit Covid-19. Stres psikologi yang timbul akibat rasa takut terhadap infeksi virus juga bisa mendasari seseorang untuk mencari rekreasi melalui aktivitas online atau internet sebagai salah satu bentuk adaptasi.
Ada tiga kuesioner yang digunakan dalam penelitian, yaitu Kuesioner Diagnostik Adiksi Internet (KDAI), Symptoms Checklist 90 (SCL-90), dan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Kuesioner disebarkan secara online melalui media sosial oleh tim peneliti sejak 28 April hingga 1 Juni 2020.
Selain itu, kuesioner juga dikirim ke sekretaris dari setiap perusahaan milik negara dan akademisi universitas. Penelitian ini menggunakan strategi respondent driven sampling, artinya responden penelitian diminta untuk membantu menyebarkan link kuesioner kepada orang lain.
Di dalam penelitian ditulis perlunya mewaspadai penggunaan internet berlebih, karena justru bisa memperberat rasa cemas, depresi, dan mendorong perilaku kompulsi yang semakin memperparah infeksi Covid-19. Ini, studi menyebutkan, terutama pada individu dengan kasus suspek atau terkonfirmasi Covid-19 dalam rumah tangga atau isolasi mandiri.
"Situasi ini memiliki peluang lebih tinggi untuk terjadi karena mereka memiliki skor psikopatologi dua kali lebih tinggi."
Baca juga:
Nomor Ponsel Siswa untuk Kuota Internet Gratis, Sebagian Tidak Aktif
Secara umum, hasil penelitian diharapkan bisa meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga kondisi kesehatan psikologisnya di masa pandemi ini. Juga bisa menjadi dasar bagi pemerintah untuk menyusun regulasi penggunaan internet dan kebijakan publik lainnya.