BATAN Kembangkan 3 Produk Radioisotop dan Radiofarmaka untuk Kesehatan

Reporter

Tempo.co

Editor

Erwin Prima

Rabu, 21 Oktober 2020 10:02 WIB

BATAN mengembangkan produksi radioisotop dan radiofarmaka untuk kesehatan. Kredit: BATAN

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) melalui Pusat Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka (PTRR) mengembangkan tiga produk radioisotop dan radiofarmaka untuk kesehatan, yaitu Generator Mo-99/Tc-99m, radiofarmaka berbasis PSMA (prostate specific membrane antigen) atau Lu-177-PSMA, dan Kit radiofarmaka Nanokoloid HSA.

Kepala BATAN, Anhar Riza Antariksawan, mengatakan saat ini BATAN mendapat penugasan dari pemerintah sebagai koordinator untuk kegiatan prioritas riset nasional (PRN), salah satu dari kegiatan tersebut adalah pengembangan produksi radioisotop dan radiofarmaka.

Kebutuhan dalam negeri terhadap radioisotop dan radiofarmaka ini terus meningkat seiring dengan berkembangnya pemanfaatan iptek nuklir di berbagai bidang khususnya di bidang kesehatan. “Selama ini pasokan radioisotop dan radiofarmaka di dalam negeri dipenuhi oleh produk impor yang mencapai hingga di atas 90 persen. Padahal Indonesia mempunyai reaktor riset yang dapat digunakan untuk memproduksi radioisotop dan radiofarmaka,” kata Anhar pada jumpa pers di Kawasan Nuklir Serpong, Tangsel, Selasa, 20 Oktober 2020.

Melalui kegiatan PRN ini, Anhar menambahkan, PTRR menggandeng beberapa stakeholder di antaranya PT Kimia Farma, LIPI, BPPT, BPOM, Bapeten, dan Universitas Padjajaran mengembangkan produksi radioisotop dan radiofarmaka. Targetnya adalah memproduksi radioisotop dan radiofarmaka untuk penanganan penyakit kanker, baik untuk diagnosa maupun terapi yang banyak dibutuhkan di dalam negeri.

Secara detail, Kepala PTRR, Rohadi Awaludin menjelaskan Tc-99m banyak digunakan untuk diagnosis penyakit kanker, jantung, dan ginjal. Produk Lu-177-PSMA selain untuk diagnosis dan terapi prostat, hasil pencitraan sebaran radiofarmakanya dapat digunakan pula untuk mengetahui status terakhir sebaran kanker yang ada di dalam tubuh. Sedangkan Kit radiofarmaka nanokoloid HSA berguna untuk mendiagnosis sebaran kanker ke kelenjar limfa (limfoscintigrafi), khususnya sebaran dari kanker payudara.

Advertising
Advertising

“Ketiga produk ini diharapkan dapat mensubstitusi impor luar negeri, bahkan produk Radiofarmaka berbasis PSMA saat ini mulai banyak digunakan di luar negeri dan ini mempunyai potensi penggunaan yang sangat tinggi di dalam negeri,” kata Rohadi.

Rohadi menambahkan, tahapan kegiatan PRN dalam menghasilkan radioisotop dan radiofarmaka yang harus dilalui antara lain sintesis dan preparasi, peningkatan kapasitas produksi, uji praklinis jika diperlukan, dan uji klinis. Menurutnya, tidak semua produk radioisotop dan radiofarmaka memerlukan uji pra klinis karena merupakan hasil dari inovasi proses.

“Produk hasil inovasi proses merupakan substitusi produk impor yang telah ada selama ini sehingga tidak memerlukan uji pra klinis secara lengkap, yang diperlukan adalah uji kesetaraan dengan produk yang telah digunakan selama ini,” tambahnya.

Status capaian kegiatan pengembangan produksi radioisotop dan radiofarmaka di tahun 2020 ini secara umum adalah tahap sintesis dan preparasi. Sintesis dan preparasi radioisotop dan radiofarmaka dalam skala kecil telah berhasil dibuat di laboratorium.

“Tahun 2021 diharapkan skala pembuatan dapat ditingkatkan (peningkatan kapasitas) sampai skala dapat digunakan. Selanjutnya dilakukan serangkaian pengujian untuk memastikan dapat digunakan untuk pasien,” jelasnya.

Untuk produk Generator Mo-99/Tc-99m tutur Rohadi, pada tahun 2020 telah berhasil dibuat dalam skala laboratorium dan di akhir tahun ini generator secara utuh dapat diselesaikan. Tahun 2021 akan mulai dilakukan serangkaian pengujian untuk memastikan bahwa generator tersebut aman diangkut dan digunakan di rumah sakit.

Lu-177-PSMA tahun 2020 telah berhasil disintesis dalam skala kecil (puluhan mCi). Kemurnian radiokimia telah memenuhi persyaratan yaitu lebih dari 95 persen. Namun masih perlu dipastikan dari sisi stabilitasnya dalam berbagai media dan berbagai suhu.

“Sedangkan produk Nanokoloid HSA pada tahun 2020 telah berhasil dilakukan sintesis dan preparasi. Hasil sintesis dan preparasi nonsteril skala kecil telah berhasil diperoleh sesuai dengan persyaratan, yaitu kurang dari 100 nm dan kemurnian radiokimia hasil penandaan dengan Tc-99m lebih dari 90 persen,” pungkasnya.

Berita terkait

Profesor ITS Kembangkan Cat Pengecoh Radar dari Pasir Erupsi Gunung Semeru

32 hari lalu

Profesor ITS Kembangkan Cat Pengecoh Radar dari Pasir Erupsi Gunung Semeru

Guru besar dari ITS membuat bahan pelapis antiradar untuk alat pertahanan. Terinspirasi dari armada asing yang mampir ke Indonesia tanpa terdeteksi.

Baca Selengkapnya

Jalan Panjang LIPI Menjadi BRIN, Berikut Tugas dan Fungsinya

24 Agustus 2023

Jalan Panjang LIPI Menjadi BRIN, Berikut Tugas dan Fungsinya

LIPI didirikan 56 tahun lalu, pada 6 September 2021 diubah menjadi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Apakah tugas dan fungsinya tetap sama?

Baca Selengkapnya

Peneliti Nuklir BRIN Cerita Cara Hadapi Kelompok Antinuklir di Indonesia

22 November 2022

Peneliti Nuklir BRIN Cerita Cara Hadapi Kelompok Antinuklir di Indonesia

Peneliti nuklir perempuan ini mengungkapnya dalam Atom Expo XII di Park of Science and Art Sirius, Sochi, Rusia.

Baca Selengkapnya

Dapat Tunjangan Nyaris Rp 50 Juta, Ini Tanggapan Kepala BRIN

27 Agustus 2022

Dapat Tunjangan Nyaris Rp 50 Juta, Ini Tanggapan Kepala BRIN

Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN, Laksana Tri Handoko menanggapi peraturan baru yang soal tunjangannya yang hampir mencapai Rp 50 juta per bulan.

Baca Selengkapnya

55 Tahun LIPI, Sejarah Panjang Hingga Lebur dalam BRIN

23 Agustus 2022

55 Tahun LIPI, Sejarah Panjang Hingga Lebur dalam BRIN

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) hari ini 55 tahun, begini sejarah panjangnya hingga dilebur dalam BRIN.

Baca Selengkapnya

INUKI Versus BRIN di Obyek Vital Nuklir: dari Temuan BPK sampai Nasib Pasien

21 Agustus 2022

INUKI Versus BRIN di Obyek Vital Nuklir: dari Temuan BPK sampai Nasib Pasien

Konflik BRIN dengan institusi atau peneliti yang terkait dengan lembaga riset sebelum era integrasi kembali mencuat.

Baca Selengkapnya

Teknik Nuklir UGM, Jurusan Kuliah Langka Satu-satunya di Indonesia

5 Maret 2022

Teknik Nuklir UGM, Jurusan Kuliah Langka Satu-satunya di Indonesia

Teknik Nuklir UGM merupakan satu-satunya jurusan di Indonesia yang menyelenggarakan pembelajaran khusus tentang pengembangan teknologi nuklir.

Baca Selengkapnya

Mengenal Reaktor Nuklir Pertama di Indonesia

23 Februari 2022

Mengenal Reaktor Nuklir Pertama di Indonesia

Nama Reaktor TRIGA Mark II diubah menjadi Reaktor TRIGA 2000 pada tahun 2000.

Baca Selengkapnya

Honorer BATAN Diberhentikan, Sistem Keamanan Reaktor Nuklir Dikhawatirkan Rapuh

7 Januari 2022

Honorer BATAN Diberhentikan, Sistem Keamanan Reaktor Nuklir Dikhawatirkan Rapuh

Djarot mengatakan, tenaga honorer BATAN yang direkrut di kawasan Serpong merupakan penduduk lokal.

Baca Selengkapnya

4 Bulan Gabung ke BRIN, Periset BPPT Belum Dapat Penempatan Kerja

3 Januari 2022

4 Bulan Gabung ke BRIN, Periset BPPT Belum Dapat Penempatan Kerja

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan banyaknya periset BPPT yang belum mendapat penempatan karena pemetaan SDM yang masih berlangsung.

Baca Selengkapnya