Studi Google: Banyak Perempuan Indonesia Ingin Berwirausaha
Reporter
Moh Khory Alfarizi
Editor
Erwin Prima
Kamis, 26 November 2020 17:05 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Hari ini Google merilis hasil penelitian yang bertujuan untuk lebih memahami keinginan terkait kewirausahaan dari perempuan Indonesia serta tantangan yang mereka hadapi.
Dora Songco, PMM Brand & Reputation Google Indonesia, menerangkan bahwa penelitian yang dilakukan melalui program Women Will mengungkapkan bahwa 49 persen perempuan menyatakan diri sebagai wirausaha dengan bisnis yang mereka jalankan sendiri.
Melalui konferensi video yang dilakukan Kamis, 26 November 2020, Dora juga mengatakan ada 45 persen perempuan berkata baru ingin berwirausaha. “Dari sisi laki-laki, 61 persen dari mereka berkata sudah menjadi wirausaha dan 34 persen menyatakan ingin berwirausaha,” ujar dia Kamis.
Penelitian ini dilakukan dengan cara survei terhadap 990 perempuan dan 510 laki-laki dalam dua bulan pertama 2020 tentang alasan mereka memilih untuk bekerja serta hal-hal yang penting bagi mereka saat mencari pekerjaan. Studi ini berjudul “Advancing Women in Entrepreneurship”.
Studi itu menyebutkan, setidaknya 8 dari 10 perempuan yang sudah atau ingin berwirausaha di Indonesia mengungkapkan bahwa mereka ingin meningkatkan keterampilan dalam menjalankan bisnis, misalnya keterampilan berbisnis, pengelolaan uang, keterampilan digital dan sebagainya.
Selain itu, kata Dora, 83 persen perempuan menyatakan bersedia mengikuti pelatihan online, dan ini adalah angka tertinggi yang tercatat di Asia Tenggara. “Di kawasan ini, pengguna internet perempuan menyebutkan bahwa mereka menghabiskan rata-rata 5,5 jam sehari untuk online, dengan 85 persennya menggunakan ponsel untuk mengakses internet,” tutur Dora.
Menurut Dora, angka partisipasi perempuan dalam bidang kewirausahaan di Indonesia adalah yang tertinggi di Asia Tenggara, tapi perempuan masih dianggap harus fokus mengurus rumah tangga, dengan rendahnya penerimaan secara budaya terhadap ibu yang bekerja purnawaktu.
“Perempuan lebih mungkin daripada laki-laki untuk bisa menerima hal itu, 52 persen perempuan percaya bahwa perempuan seharusnya boleh bekerja purnawaktu setelah menjadi ibu, sementara laki-laki yang setuju hanyalah 41 persen, semoga semakin banyak lagi ya,” kata Dora.
Sedangkan dari segi tanggung jawab untuk mengasuh anak diberikan kepada perempuan, tapi jumlah perempuan yang merasa bahwa tugas itu hanya tanggung jawab mereka saja telah turun menjadi 60 persen, dibandingkan 80 persen pada 2017. Laki-laki telah menunjukkan perkembangan, dengan 21 persen dari mereka memikul tanggung jawab pengasuhan anak, dibanding 6 persen pada 2017.
Sementara ketimpangan terlihat lebih jelas dalam hal pekerjaan rumah tangga, dengan 67 persen perempuan berkata mereka memikul tanggung jawab utama. Sedang hanya ada 24 persen laki-laki yang mengatakan pekerjaan rumah tangga adalah tanggung jawab mereka.
“Perempuan menghabiskan 3,1 jam per hari untuk melakukan pekerjaan rumah tangga, dibandingkan 2,5 jam untuk laki-laki. Dengan kata lain, ada selisih sebesar 24 persen,” ujar Dora.
Dari segi tantangan, perempuan yang saat ini sudah berwirausaha menyatakan hambatan mereka adalah kurangnya jaringan bisnis dan keterampilan pemasaran. Sedangkan mereka yang baru ingin memulai menyebutkan kurangnya rasa percaya diri, ketakutan akan kegagalan, dan kurangnya pemahaman tentang cara memulai sebagai tantangan terbesar.
“Sekitar 59 persen wirausaha perempuan saat ini mengatakan bahwa akses ke kelompok sosial yang suportif perlu diperbaiki,” kata dia.
Menurut Dora, Google mendukung kesempatan berjejaring untuk menghubungkan perempuan dengan orang-orang yang sepemikiran dan membantu mengurangi kebingungan mengenai cara memulai bisnis.
“Kami memiliki programn Women Will yang juga merupakan program pelatihan dan peningkatan keterampilan bagi perempuan pemilik bisnis, salah satunya Immersion: Woman Founders,” tutur Dora.