Teknologi Pewarnaan Tenun Bali Gunakan Abu Vulkanik Gunung Agung

Reporter

Antara

Senin, 30 November 2020 11:40 WIB

Warga Kampung KEM (Kawasan Ekonomi Masyarakat) Kolok Bengkala merapikan benang untuk memproduksi tenun di Desa Bengkala, Buleleng, Bali, Kamis (26/9/2019). ANTARA FOTO/Galih Pradipta/hp.

TEMPO.CO, Singaraja - Tim akademisi Undiksha Singaraja, Bali, mengembangkan teknologi pewarnaan kain endek Buleleng menggunakan fiksator nanopasta untuk membangkitkan kerajinan tenunan khas Bali Utara itu. Teknologi fiksator nanopasta anorganik berwujud pasta dengan ukuran partikel nanometer yang terbuat dari campuran silika abu sekam padi, abu vulkanik Gunung Agung, dan tambahan bubuk terusi dan bubuk tunjung.

Teknologi itu diklaim berperan meningkatkan kekuatan ikatan antara molekul zat warna dengan molekul serat dari benang baik katun maupun sutra saat proses pencelupan. Hasilnya, warna yang terikat pada benang menjadi tidak mudah luntur.

Baca juga:
PVMBG Turunkan Status Gunung Agung di Bali jadi Waspada

"Nanopasta ini telah berhasil dikembangkan sejak 2019 meniru komposisi kimia dari lumpur Nunleu yang digunakan masyarakat NTT, lalu tahun ini dikembangkan dari lumpur abu vulkanik Gunung Agung ditambahkan nanosilika sekam padi untuk memperkuat serat sehingga tidak mudah putus saat benang ditenun nantinya," kata Ketua Tim Undiksha, I Wayan Karyasa di Singaraja, Jumat 27 November 2020.

Pengembangan dan aplikasi teknologi itu terangkum dalam program berjudul 'Membangkitkan Kerajinan Tenun Khas Buleleng Melalui Revitalisasi Teknologi Pewarnaan Menggunakan Fiksator Nanopasta Anorganik dan Penguatan Branding Industri Kreatif Ramah Lingkungan. Program ini terpilih di antara program pemberdayaan masyarakat UKM Indonesia Bangkit Tahun 2020 di Kementerian Ristek/Badan Riset dan Inovasi Nasional.

Advertising
Advertising

"Program ini dibuat setelah menemukan sejumlah persoalan yang membelit industri tenun endek di Buleleng," katanya, didampingi anggota tim, yakni I Gede Putu Banu Astawa, I Made Ardwi Pradnyana, dan Ni Made Vivi Oviantari.

Menurutnya, industri kreatif berupa tenun masih menjadi sektor unggulan Kabupaten Buleleng, namun akibat pandemi Covid-19, saat ini terbelit sejumlah masalah. Karyasa mencontohkan usaha pertenunan Artha Dharma di Desa Sinabun, Kecamatan Sawan, yang disebutnya terkendala bahan baku benang.

"Terutama benang sutera alam semakin mahal dan sulit diperoleh, namun di pasaran banyak beredar sutera sintetik dengan kualitas hasil tenunan yang kurang baik," kata dia.

Selain itu, pewarnaan masih bergantung dengan warna sintetik. Di sisi lain, harga warna sintetik dan bahan-bahan kimia pendukungnya semakin mahal. Belum lagi limbah pencelupan yang dihasilkan industri ini juga belum mampu terolah secara maksimal, "Sehingga berpotensi mencemari lingkungan."

Aspek kedua, Karyasa menambahkan, berkaitan dengan manajemen usaha. Omzet penjualan produk yang menurun drastis, menyebabkan cash-flow perusahaan memprihatinkan dan berimbas pada pengurangan tenaga kerja. Sedang aspek ketiga, disebutnya, reorientasi dan pengembangan usaha pertenunan sebagai antisipasi penurunan daya beli masyarakat dan pola komsumsi masyarakat yang lebih fokus pada pangan dan kesehatan.

Karyasa menjelaskan, setidaknya tiga aspek itulah yang menggerakkan tim Undiksha untuk melakukan program revitalisasi teknologi pewarnaan kain endek Buleleng dengan fiksator nanopasta. Tim Undiksha juga melakukan pendampingan dalam upaya membangun sistem manajemen usaha terpadu dengan manajemen pemasaran berbasis data digital, mengintensifkan promosi daring dan menguatkan branding produk tenun yang kembali ke alam dan ramah lingkungan.

Baca juga:
Hujan Abu dan Kerikil Erupsi Gunung Ili Ape Hujani Lembata

Menurut Karyasa, tujuan program ini adalah membangkitkan usaha kerajinan tenun khas Buleleng di Desa Sinabun, khususnya Pertenunan Artha Dharma, untuk menjadi daya ungkit peningkatan kesejahteraan para pengusaha dan pengrajin tenun. "Melalui terobosan-terobosan itu, ditargetkan industri tenun Artha Dharma di Sinabun dapat terus bertahan dan produksinya berkelanjutan dan secara lebih luas berharap tenun khas Buleleng dapat terus lestari."

Berita terkait

AIR 2024 Sukses DIgelar, Kukuhkan Pulau Peninsula Sebagai Destinasi Wisata Olahraga

19 jam lalu

AIR 2024 Sukses DIgelar, Kukuhkan Pulau Peninsula Sebagai Destinasi Wisata Olahraga

AIR 2024 mendukung kawasan Nusa Dua, khususnya Pulau Peninsula sebagai salah satu destinasi wisata olahraga menarik di Bali

Baca Selengkapnya

Angkat Tenun Bima, Festival Rimpu Mantika jadi Daya Tarik Turis Mancanegara

1 hari lalu

Angkat Tenun Bima, Festival Rimpu Mantika jadi Daya Tarik Turis Mancanegara

Festival Rimpu Mantika tidak hanya pawai semata, selain tradisi busana, juga disuguhkan kekayaan keindahan budaya Bima dan ekonomi kreatif.

Baca Selengkapnya

Pawai Rimpu Mantika di Bima Diikuti Puluhan Ribu Peserta, Ada Fashion Show

1 hari lalu

Pawai Rimpu Mantika di Bima Diikuti Puluhan Ribu Peserta, Ada Fashion Show

Pawai rimpu merupakan acara puncak dari Festival Rimpu Mantika Kota Bima 2024.

Baca Selengkapnya

Mengenal Kain Tenun Bima, Ada Tembe Mee yang Dipercaya Bisa untuk Pengobatan Penyakit Kulit

2 hari lalu

Mengenal Kain Tenun Bima, Ada Tembe Mee yang Dipercaya Bisa untuk Pengobatan Penyakit Kulit

Kain tenun Bima yang sudah ada sejak sebelum Islam masuk ke Bima ini memiliki ciri khas, misalnya warna hitam pada tenun Donggo.

Baca Selengkapnya

KemenKopUKM Pastikan Kebijakan Pemerintah Berpihak pada Pelaku UMKM

2 hari lalu

KemenKopUKM Pastikan Kebijakan Pemerintah Berpihak pada Pelaku UMKM

KemenkopUKM tidak menemukan aturan yang melarang secara spesifik warung Madura untuk beroperasi sepanjang 24 jam dalam Perda Kabupaten Klungkung

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

2 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

BMTH Harus Beri Manfaat Besar Bagi Masyarakat Bali

2 hari lalu

BMTH Harus Beri Manfaat Besar Bagi Masyarakat Bali

Proyek Bali Maritime Tourism Hub (BMTH) yang sedang dibangun di Pelabuhan Benoa, Bali, harus memberi manfaat yang besar bagi masyarakat Bali.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

3 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

3 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

BMKG Peringatkan Potensi Gelombang Tinggi Hingga 2,5 Meter di Perairan Sumatera, Jawa dan Bali

4 hari lalu

BMKG Peringatkan Potensi Gelombang Tinggi Hingga 2,5 Meter di Perairan Sumatera, Jawa dan Bali

BMKG mengeluarkan peringatan dini potensi gelombang tinggi di perairan seperti Sumatera, Jawa dan Bali pada 25-26 April 2024.

Baca Selengkapnya