Seperti Jack Ma, Apa Kabar Kisah Dokter Ai Fen dari Wuhan?

Reporter

Tempo.co

Rabu, 6 Januari 2021 12:00 WIB

Dr Ai Fen. Dailymail.co.uk

TEMPO.CO, Jakarta - Dunia sedang bertanya-tanya tentang keberadaan Jack Ma, taipan di balik bisnis e-commerce raksasa di Cina Alibaba. Kecurigaan mengarah ke penguasa di Cina yang dikaitkan dengan kritik yang pernah disampaikan Jack Ma tentang kebijakan perekonomian yang dijalankan di negara itu.

Kritik berujung jejak yang menghilang misterius memang bukan sekali ini terjadi di Cina. 'Korbannya' bisa berasal dari kalangan mana saja. Ai Fen, direktur di instalasi gawat darurat sebuah rumah sakit di Wuhan, Hubei, bisa jadi pernah termasuk dalam daftar itu.

Ai Fen adalah dokter di Wuhan yang pertama mengungkap adanya serangan virus corona jenis baru di kota itu pada akhir 2019 lalu. Dia dilaporkan menghilang misterius beberapa minggu pada April lalu. Kekhawatiran berkembang kalau dokter perempuan itu telah ditangkap dan ditahan kepolisian setempat terkait isi wawancaranya dengan sebuah majalah berbahasa Cina, Renwu.

Dalam wawancaranya itu Ai mengkritik manajemen rumah sakit tempatnya bekerja karena telah mencopot sistem peringatan dini virus corona. Saat yang sama Beijing bersiap mencabut status penguncian wilayah (lockdown) terhadap Wuhan setelah menganggap bencana wabah penyakit yang dibawa virus itu telah berakhir.

Dalam wawancara sebelum dia dikabarkan menghilang itu, Ai juga mengaku menyesal tidak bicara lebih banyak kepada dunia setelah empat koleganya, termasuk dokter berusia 34 tahun Li Wenliang, meninggal. Li Wenliang--pernah ditahan untuk tuduhan menyebar berita palsu tentang bahaya SARS dari pasar makanan laut di Wuhan--dan tiga rekannya akhirnya ikut tertular saat memerangi merebaknya infeksi virus itu.

Advertising
Advertising

Li Wenliang, 34 tahun, mengatakan kepada sekelompok dokter di media sosial Cina dan grup WeChat bahwa tujuh kasus Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS) telah dikonfirmasi terkait dengan pasar makanan laut di Wuhan, yang diyakini sebagai sumber virus. twitter.com

Kalau Li Wenliang disebut sebagai whistleblower dalam kasus infeksi virus corona jenis baru tersebut karena mengunggahnya di media sosial, Ai Fen dikenal sebagai penyedia peluitnya. Li Wenliang diinterogasi polisi, Ai Fen dipanggil Komite Disiplin rumah sakit dan dianggap menyebar rumor.

Baca juga:
3 Dokter Kolega Li Wenliang Meninggal Terinfeksi Virus Corona

"Jika saja tahu akan terjadi seperti sekarang ini, saya pasti tidak akan peduli dengan perlakuan yang diberikan kepada saya kala itu, dan akan bicara apapun dan kepada siapa pun yang saya mau," katanya kepada Renwu yang mengunggah hasil wawancara pada akhir Maret, sebelum kemudian mencabutnya lagi.

<!--more-->

Setelah berita investigasi tentang menghilangnya Ai yang dibuat sebuah media asal Australia mengudara, sebuah unggahan di akun Weibo--mirip Twitter--milik Ai sempat membagikan sebuah gambar dengan kepsyen 'Sebuah sungai. Sebuah jembatan. Sebuah jalan. Sebuah jam berlonceng.' Tapi, tetap, tak ada petunjuk tentang keberadaan Ai.

Kelompok jurnalis independen yang berbasis di Paris, Reporters Without Borders (RSF), pada saat itu pula menyerukan kepada Pemerintah Cina untuk memberi klarifikasi terhadap status keberadaan Ai Fen. Mereka juga menerima kiriman video dari Ai Fen yang isinya menyebutkan kalau dia baik-baik saja dan tengah sibuk bekerja. Namun RSF meragukan kebenaran isi video itu maupun orang di balik akun weibo Ai Fen tersebut.

Baca juga:
7 Babak Pandemi Covid-19, dari Li Wenliang hingga Pengembangan Vaksin

Pasalnya, sejumlah sumber yang dekat dengan Ai Fen termasuk staf di Instalasi Gawat Darurat di Rumah Sakit Pusat Wuhan di mana Ai Fen bekerja sebagai kepalanya memberi pernyataan senada: meminta menghubungi orang lain saja tentang Ai Fen. Sedang upaya RSF untuk mendapatkan keterangan dari Komisi Kesehatan Masyarakat Wuhan tak kunjung berbalas.

Kabar terkini, di awal 2021 ini, nama Ai Fen muncul dalam pemberitaan mengenai krisis kepercayaan terhadap layanan jaringan rumah sakit swasta Aier Eye Hospital Group Co di Cina. Ai menambah kesaksian terhadap layanan rumah sakit itu yang dituduhnya menyebabkan satu matanya menjadi buta.

Kronologisnya berawal saat Ai mengeluhkan pandangan matanya yang menjadi kabur pada Mei lalu namun diharuskan menunggu dua bulan di rumah sakit tempatnya bekerja untuk mendapatkan perawatan. Alasannya saat itu, departemen ophtamologi tutup terkait lockdown pandemi Covid-19.

Seperti dikutip dari straitstimes dan rfa.org, Ai akhirnya ke Aier di Hubei yang kemudian memberinya diagnosis katarak dan mengganti lensa matanya yang lama dengan yang lebih baru. Usai operasi itu, Ai Fen mengaku masalah pada matanya tak pergi namun diabaikan.

Pada Oktober lalu, akhirnya Ai Fen mengalami retina lepas pada mata kanannya itu. Dia menyalahkan tim di Aier dengan menuduhnya sudah mengetahui sejak awal tapi memberi diagnosis palsu.

"Tahun lalu, saya...tidak bicara lantang...tapi kali ini saya tak ingin memikirkan kepentingan pribadi karena kalau saya sebagai profesional tidak mengungkapnya, bagaimana orang biasa bisa melakukannya?" kata Ai Fen atas tuduhan malpraktik itu.

Baca juga:
Dugaan Temuan Bangkai Pesawat Antariksa Cina di Kalimantan Tengah

Tuduhan itu dijawab Aier lewat jurubicaranya Li Jinzhou kalau insiden ablasi retina itu tak ada kaitannya dengan operasi katarak yang berjarak lima bulan.

Berita terkait

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

5 jam lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

8 jam lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

9 jam lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

18 jam lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

19 jam lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

21 jam lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

21 jam lalu

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

Korban tewas akibat amblesnya jalan raya di Cina selatan telah meningkat menjadi 48 orang

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

22 jam lalu

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

Tim bulu tangkis putri Cina dan Jepang melenggang mulus ke semifinal Uber Cup atau Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

1 hari lalu

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

Manila menuduh penjaga pantai Cina telah memancing naiknya ketegangan di Laut Cina Selatan setelah dua kapalnya rusak ditembak meriam air

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

1 hari lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya