Menilai Kebijakan Baru WhatsApp Arogan, Pakar Ini Senada Sikap Elon Musk

Sabtu, 9 Januari 2021 12:22 WIB

Tampilan baru WhatsApp dengan mencantumkan tag From Facebook. (thesun.co.uk)

TEMPO.CO, Jakarta - Sebagian pengguna aplikasi WhatsApp telah menerima notifikasi berjudul 'WhatsApp sedang memperbarui ketentuan dan kebijakan privasi'. Di sana disebutkan bahwa jika pengguna mengetuk SETUJU, artinya mereka menerima kebijakan baru WhatsApp itu berlaku per 8 Februari mendatang.

Namun, jika tidak setuju dengan update tersebut, pengguna tidak akan bisa menikmati layanan chat atau panggilan telepon dan video dari aplikasi itu per tanggal yang sama. Sekalipun tetap bisa membuka atau mengakses WhatsApp, misalnya cek chat history (apabila ada back up device juga).

Notifikasi tersebut menjelaskan ada dua inti dari pembaruan itu. Pertama, cara bisnis menggunakan layanan yang di-hosting oleh Facebook--induk perusahaan WhatsApp--untuk menyimpan dan mengelola chat WhatsApp mereka. Kedua, cara WhatsApp bermitra dengan Facebook untuk menawarkan integrasi di seluruh produk perusahaan Facebook.

Pakar keamanan siber dari Vaksincom, Alfons Tanujaya, menilai instruksi pembaruan dari WhatsApp dan opsi yang diberikan itu buntut dari aplikasi yang terlalu mendominasi. “Sehingga dengan posisinya yang dominan ini mereka berani mulai menekan penggunanya,” ujar dia melalui pesan WhastApp, Jumat malam, 8 Januari 2021.

Alfons yang juga mantan bankir itu berpendapat Facebook Group seharusnya memberikan pilihan, jika pengguna WhatsApp tidak mau share datanya ke Facebook diperbolehkan untuk memilih fitur berbayar. Sedangkan jika ingin tetap gratis, maka datanya boleh dibagikan ke Facebook.

Advertising
Advertising

Namun, Alfons menilai, perusahaan besutan Mark Zuckerberg itu justru dengan arogan tidak memberikan pilihan tersebut. Sebaliknya, kata Alfons, memaksa penggunanya untuk menerima bahwa jika ingin menggunakan WhatsApp harus bersedia dikorbankan sebagai 'produk'.

“Pengguna WhatsApp perlu memikirkan hal ini juga dan menurut saya perlu mencari alternatif messenger selain Whatsapp. Bisa Telegram, bisa Line dan lain sebagainya,” kata Alfons.

Baca juga:
Kebijakan Baru WhatsApp, Ini yang Terjadi Jika Pengguna Menolaknya

Pria lulusan Universitas Trisakti dan Universitas Indonesia itu juga mempertanyakan kerahasiaan data pengguna yang menurut WhatsApp diproteksi dengan sitem enkripsi end-to-end. Dia khawatir chat tidak lagi hanya diketahui sesama pengguna saja.

<!--more-->

“Kalau data bisa dipakai untuk iklan, jadi bagaimana dengan keamanan data yang di gembar gemborkan end-to-end encryption itu?” katanya.

Pernyataan Alfons senada dengan sikap CEO Tesla dan SpaceX, Elon Musk, yang mengajak pengikutnya di akun Twitter pribadinya untuk menggunakan aplikasi pesan Signal. Cuitan tersebut merespons kebijakan baru WhatsApp yang meminta pengguna untuk menyetujui cara barunya mengelola data pribadi atau ditinggalkan. "Gunakan Signal,” tulis Musk singkat, Kamis, 7 Januari 2021.

Musk juga memposting meme yang menggambarkan CEO Facebook Mark Zuckerberg berani berbohong kepada seorang anak tentang data yang dapat dikumpulkan perusahaannya. Postingan ini mengomentari link berita dari The Hacker News mengenai kebijakan baru WhatsApp tersebut.

The Hacker News menilai pembaruan itu tak lagi sejalan dengan prinsip dasar kebijakan aplikasi pesan WhatsApp yang menyebutkan bahwa keamanan data privasi dikodekan dalam DNA-nya. Memantaunya di India, situs itu menyebut perubahan wajib yang akan diterapkan memungkinkan WhatsApp untuk membagikan lebih banyak data pengguna dengan perusahaan Facebook lainnya.

"Tidak mengherankan," The Hacker News menulis, "Kebijakan berbagi data dengan Facebook dan layanan lainnya ini tidak berlaku untuk negara Uni Eropa yang merupakan bagian dari Wilayah Ekonomi Eropa (EEA). Dan yang diatur oleh peraturan perlindungan data dari General Data Protection Regulation (GDPR)."

Direktur Komunikasi WhatsApp Asia Pasifik, Sravanthi Dev, telah menanggapi geger pasca notifikasi kebijakan baru WhatsApp itu disebar. Menurutnya, update berfokus pada perpesanan bisnis yang memilih hosting di server Facebook. Tujuannya, diyakinkannya, bisa mendorong terutama UMKM.

Baca juga:
Malam Tahun Baru di Rumah Saja, WhatsApp Catat Rekor Panggilan Suara dan Video

Pembaruan, kata dia, tidak ada perubahan terkait percakapan personal dan privat di luar konteks bisnis tersebut. Selain itu, WhatsApp juga tidak mewajibkan pengguna untuk memberikan informasi personalnya pada bisnis yang menggunakan layanan hosting Facebook. “Privasi tetap menjadi yang terpenting bagi WhatsApp, dan update kebijakan di atas tidak mengubah hal tersebut,” kata Dev.

Berita terkait

Izin Operasi Starlink Rampung, Kominfo: Kecil Peluang Masuk Jakarta

1 hari lalu

Izin Operasi Starlink Rampung, Kominfo: Kecil Peluang Masuk Jakarta

Kominfo akhirnya mengizinkan masuknya layanan Starlink ke Indonesia. Bukan untuk kota besar, Starlink didorong masuk ke wilayah terisolir.

Baca Selengkapnya

Luhut Sebut Starlink Milik Elon Musk Diluncurkan di RI Dua Pekan Lagi, Akan Diumumkan di Bali

1 hari lalu

Luhut Sebut Starlink Milik Elon Musk Diluncurkan di RI Dua Pekan Lagi, Akan Diumumkan di Bali

Menteri Luhut menyebutkan layanan internet berbasis satelit Starlink bakal diluncurkan dalam dua pekan ke depan atau pertengahan Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Kongres AS Ancam akan Sanksi Pejabat ICC Jika Keluarkan Surat Penangkapan Netanyahu

4 hari lalu

Kongres AS Ancam akan Sanksi Pejabat ICC Jika Keluarkan Surat Penangkapan Netanyahu

Kongres AS dilaporkan memperingatkan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) atas surat perintah penangkapan bagi pejabat Israel

Baca Selengkapnya

Rekomendasi 7 Drama Korea Bertema Polisi dan Detektif

7 hari lalu

Rekomendasi 7 Drama Korea Bertema Polisi dan Detektif

Dari misteri yang membingungkan hingga aksi yang mendebarkan, drama Korea tema polisi dan detektif ini patut Anda tonton.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Ditipu Elon Musk Palsu Hingga Judi Online Kejahatan Transnasional

7 hari lalu

Top 3 Dunia: Ditipu Elon Musk Palsu Hingga Judi Online Kejahatan Transnasional

Berita Top 3 Dunia pada Jumat 26 April 2024 diawali oleh kabar seorang wanita di Korea Selatan ditipu oleh orang yang mengaku sebagai Elon Musk

Baca Selengkapnya

Wanita Korsel Ditipu Elon Musk Palsu Lewat Deepfake, Rugi Rp 811 Juta

8 hari lalu

Wanita Korsel Ditipu Elon Musk Palsu Lewat Deepfake, Rugi Rp 811 Juta

Elon Musk palsu menipu seorang wanita di Korea Selatan dengan menggunakan aplikasi deepfake. Bagaimana modusnya?

Baca Selengkapnya

10 Negara dengan Lapangan Kerja Paling Banyak, Tertarik Pindah?

9 hari lalu

10 Negara dengan Lapangan Kerja Paling Banyak, Tertarik Pindah?

Berikut ini daftar negara dengan lapangan kerja paling banyak di dunia, didominasi oleh negara-negara Eropa. Tertarik untuk pindah?

Baca Selengkapnya

Meta AI Resmi Diluncurkan, Ini Fitur-fitur Menariknya

9 hari lalu

Meta AI Resmi Diluncurkan, Ini Fitur-fitur Menariknya

Chatbot Meta AI dapat melakukan sejumlah tugas seperti percakapan teks, memberi informasi terbaru dari internet, menghubungkan sumber, hingga menghasilkan gambar dari perintah teks.

Baca Selengkapnya

Mengintip Desain Mewah Sleeper Train Venice Simplon-Orient-Express

10 hari lalu

Mengintip Desain Mewah Sleeper Train Venice Simplon-Orient-Express

Sleeper train L'Observatoire Venice Simplon-Orient-Express mulai beroperasi tahun 202

Baca Selengkapnya

Venice Simplon-Orient-Express Hadirkan Sleeper Train yang Dirancang Seniman

10 hari lalu

Venice Simplon-Orient-Express Hadirkan Sleeper Train yang Dirancang Seniman

Venice Simplon-Orient-Express pertama kalinya menghadirkan sleeper train yang dirancang khusus oleh seniman

Baca Selengkapnya