Hati-hati, Demam Karena Infeksi Akut Tak Boleh Terima Vaksin Covid-19

Selasa, 12 Januari 2021 19:21 WIB

Petugas kesehatan menyuntikan vaksin COVID-19 saat simulasi pelayanan vaksinasi di Puskesmas Kemaraya, Kendari, Sulawesi Tenggara, Jumat, 18 Desember 2020. Simulasi tersebut dilaksanakan agar petugas kesehatan mengetahui proses penyuntikan vaksinasi COVID-19 yang direncanakan pada Maret 2021. ANTARA FOTO/Jojon

TEMPO.CO, Bandung - Persatuan Dokter Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) membuat rekomendasi tentang pasien berpenyakit apa saja yang bisa, belum, dan tidak dapat menerima vaksin Covid-19. Khususnya terkait dengan vaksin Sinovac dari Cina yang uji klinisnya melibatkan responden Indonesia.

“Satu-satunya yang tidak layak adalah orang yang lagi sakit demam, infeksi, itu tidak layak,” kata Arto Yuwono dari PAPDI, Selasa, 12 Januari 2021.

Baca juga:
Daftar Efikasi Vaksin Covid-19, Sinovac Ungguli AstraZeneca Dosis Normal

Sebelumnya PAPDI telah menyampaikan rekomendasi tersebut yang kemudian dituangkan dalam Keputusan Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit keluaran 2021. Namun menurut Arto, rekomendasi itu bersifat living document atau bisa berubah berdasarkan hasil riset-riset ilmiah terbaru.

“Jadi belum bisa dibuat rekomendasi yang pasti,” ujar dokter spesialis penyakit dalam di Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung itu.

Advertising
Advertising

Menurutnya, rekomendasi yang telah dikeluarkan berdasarkan hasil uji klinis fase 1 dan 2 vaksin Sinovac di Cina, kemudian hasil sementara fase 3 di Bandung. Bahannya dari protokol uji klinis itu oleh tim riset Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.

Selain itu keterangan dari beberapa dokter anggota PAPDI yang terlibat dalam riset uji klinis. “PAPDI mendengarkan pendapat mereka,” kata Arto.

Menurutnya, setelah keluar hasil sementara uji klinis tahap tiga di Bandung, bisa saja ada perubahan rekomendasi. Sedang dalam rekomendasi yang sudah dikeluarkan PAPDI, banyak kategori pasien dengan penyakit tertentu yang dinyatakan belum layak menerima vaksin Covid-19. “Kebanyakan karena ketersediaan datanya belum cukup,” ujar Arto.

Rekomendasi dari PAPDI itu adalah, orang yang berpenyakit reaksi anafilaksis atau suatu reaksi alergi yang parah dan berpotensi mengancam nyawa, dan alergi obat dinyatakan layak untuk diberi vaksin Sinovac. Catatannya perlu ada perhatian khusus pada orang yang memiliki riwayat alergi terhadap antibiotik, neomicin, polimiksin, streptomisin, dan gentamisin, terutama pada vaksin yang mengandung komponen antibiotik tersebut.

Orang yang alergi makanan juga dinilai layak divaksin Sinovac karena tidak menjadi kontradiksi. Pasien asma bronchial yang terkontrol termasuk layak divaksin, kecuali asma bronchial akut. PAPDI menyarankan untuk penundaan vaksinasi hingga penyakitnya terkontrol baik. Pasien rhinitis alergi, urtikaria, dan dermatitis atopi juga layak divaksin.

Penyakit autoimun sistemik dinyatakan belum layak. Pasiennya tidak dianjurkan diberi vaksinasi Covid-19 sampai hasil penelitian yang lebih jelas telah dipublikasi. Ketentuan serupa berlaku bagi pasien sindroma Hiper IgE.

Adapun pasien HIV dinyatakan layak divaksinasi walau tingkat jenis sel darah putih atau CD4 kurang dari 200. Karena kondisinya yang dapat membuat kekebalan tubuh tidak maksimal, dianjurkan untuk mengulang vaksinasi saat CD4 lebih dari 200.

Beberapa penyakit lain yang layak ikut vaksinasi adalah paru obstruktif kronik, tuberkulosis, kanker paru, dan interstitial lung disease, penyakit hati, diabetes mellitus. Dalam catatan PAPDI, bagi pederita diabetes mellitus tipe 2 terkontrol dan HbA1C dibawah 58 mmol/mol atau 7,5 persen dapat diberikan vaksin. Termasuk orang dengan penyakit gangguan psikosomatis dan pendonor darah.

Penyakit lain yang belum layak ikut vaksinasi Sinovac yaitu infeksi akut yang ditandai dengan demam karena akan menjadi kontradiksi vaksinasi. Kemudian penyakit ginjal kronis, pasien tranplantasi ginjal, sindroma netrotik, hipertensi, gagal jantung, penyakit jantung koroner, penyakit-penyakit gastrointestinal, hipertiroid, penyakit kanker, kelainan hematologi, dan pasien hematologionkologi yang mendapatkan terapi jangka panjang.

Baca juga:
Efikasi Vaksin Sinovac 'Hanya' 65 Persen, Epidemiolog Beberkan Konsekuensinya

Contoh pasien itu misalnya mengidap leukemia granulositik kronis, myeloma multiple, juga anemia hemolitik autoimun.

Berita terkait

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

5 jam lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

7 jam lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Pembekuan Darah Usai Vaksinasi AstraZeneca, Epidemiolog: Kasusnya Langka dan Risiko Terkena Minim

8 jam lalu

Pembekuan Darah Usai Vaksinasi AstraZeneca, Epidemiolog: Kasusnya Langka dan Risiko Terkena Minim

Pasien pembekuan darah pertama yang disebabkan oleh vaksin AstraZeneca adalah Jamie Scott.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

19 jam lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Ibu Hamil Konsumsi Paracetamol, Apa yang Perlu Jadi Perhatian?

1 hari lalu

Ibu Hamil Konsumsi Paracetamol, Apa yang Perlu Jadi Perhatian?

Ibu hamil mengonsumsi paracetamol perlu baca artikel ini. Apa saja yang harus diperhatikan?

Baca Selengkapnya

Untuk Pertama Kali, AstraZeneca Akui Vaksin Covidnya Punya Efek Samping Langka

1 hari lalu

Untuk Pertama Kali, AstraZeneca Akui Vaksin Covidnya Punya Efek Samping Langka

Perusahaan farmasi AstraZeneca digugat dalam gugatan class action atas klaim bahwa vaksin Covid-19 produksinya menyebabkan kematian dan cedera serius

Baca Selengkapnya

Vaksinasi Masih Jadi Tantangan, Banyak Orang Termakan Mitos Keliru

2 hari lalu

Vaksinasi Masih Jadi Tantangan, Banyak Orang Termakan Mitos Keliru

Masih ada warga yang menganggap vaksinasi dapat menyebabkan kematian sehingga pelaksanaannya masih sering menemui kendala.

Baca Selengkapnya

Jangan Beri Anak Parasetamol setelah Imunisasi, Ini Alasannya

2 hari lalu

Jangan Beri Anak Parasetamol setelah Imunisasi, Ini Alasannya

Jangan memberi obat penurun demam seperti parasetamol saat anak mengalami demam usai imunisasi. Dokter anak sebut alasannya.

Baca Selengkapnya

3 Alasan Banyak Pasien Berobat ke Luar Negeri

3 hari lalu

3 Alasan Banyak Pasien Berobat ke Luar Negeri

Ini strategi Bethsaida Hospital untuk menarik pasien berobat di dalam negeri

Baca Selengkapnya

IDAI Anjurkan Pemberian Parasetamol Anak Saat Demam Suhunya 38 Derajat ke Atas, Alasannya?

7 hari lalu

IDAI Anjurkan Pemberian Parasetamol Anak Saat Demam Suhunya 38 Derajat ke Atas, Alasannya?

Hal ini karena saat anak mengalami kenaikan suhu tubuh saat demam sebenarnya sistem imun sedang memerangi virus dan bakteri.

Baca Selengkapnya