TEMPO.CO, Bandung - Uji klinis fase 3 calon vaksin Covid-19 buatan Sinovac Biotech, Cina, mensyaratkan relawan harus orang yang sehat. Begitu pun nantinya jika vaksin lolos uji dan dipakai secara massal.
Tim Riset Uji Klinis Vaksin Covid-19 dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad) membuat daftar 20 jenis penyakit yang membuat orang tidak bisa divaksinasi Covid-19.
Menurut Ketua Tim Riset Kusnandi Rusmil, sementara ini pemberian vaksin Covid-19 itu ditujukan pada orang yang sehat. “Nanti kita bikin uji klinis lagi untuk orang sakit dengan penyakit tertentu, atau untuk anak-anak di bawah 18 tahun dan orang-orang di atas 59 tahun,” katanya Rabu 23 Juli 2020. Proses uji klinis untuk kalangan tersebut, menurutnya, dari awal atau nol.
Pada rencana uji klinis yang akan dilakukan, orang yang bisa divaksinasi berumur antara 18-59 tahun. Kelak jika kalangan usia itu yang tergolong sehat dan banyak yang divaksin, hasilnya diharapkan bisa melindungi mereka yang tidak bisa divaksin. “Tim kami sudah menentukan kira-kira penyakit apa saja yang nggak boleh. Kita kan mau yang melakukan uji klinis itu aman,” ujarnya.
Tim riset uji klinis membuat daftar 20 penyakit yang tidak bisa divaksin Covid-19 buatan Sinovac itu. “Utamanya orang-orang yang punya penyakit gangguan imunologi. Kalau dikasih vaksin mungkin malah jadi sakit karena daya tahan tubuhnya rendah,” ujar Kusnandi.
Selain itu, orang yang asma berat, kemudian orang yang punya penyakit keganasan seperti leukemia, kanker, dan penyakit akut seperti tifus berat. Adapun pasien hepatitis bisa divaksin asalkan sudah sembuh.
Relawan nantinya diharuskan mengisi kuesioner dan wawancara oleh dokter. Proses sebelum penyuntikan itu ditaksir sekitar 10 menit. Relawan yang sebelumnya pernah terpapar atau positif Covid-19 termasuk yang dilarang ikut riset uji vaksin sebab telah muncul antibodi di tubuhnya yang melawan Covid-19. “Relawan harus yang masih murni atau kosong tanpa anti-Covid,” ujar Kusnandi.
Rencana uji klinis itu, menurut Bio Farma sebagai sponsor penelitian, akan dimulai Agustus 2020. Riset akan berjalan hingga enam bulan dan jika lolos vaksin buatan Sinovac Biotech dari Cina itu akan diproduksi Bio Farma pada awal 2021.
ANWAR SISWADI