Efikasi Vaksin Covid-19 Bukan Harga Mati, Begini Cara Kalkulasinya

Selasa, 12 Januari 2021 20:06 WIB

Botol kecil berlabel stiker "Vaccine COVID-19" dan jarum suntik medis dalam foto ilustrasi yang diambil pada 10 April 2020. [REUTERS / Dado Ruvi]

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah mengumumkan efikasi atau tingkat khasiat vaksin Sinovac yang diuji klinis di Indonesia, tepatnya di Bandung, Jawa Barat. Efikasi vaksin Covid-19 yang dikembangkan Sinovac Biotech dari Cina tersebut dinyatakan sebesar 65,3 persen.

Guru Besar Fakultas Farmasi Uiversitas Gadjah Mada (UGM) Zullies Ikawati menjelaskan bagaimana cara menghitung angka persentase efikasi dan apa makna dari angka efikasi tersebut. Vaksin dengan efikasi 65,3 persen dalam uji klinis berarti terjadi penurunan 65,3 persen kasus penyakit pada kelompok yang divaksinasi dibandingkan kelompok yang tidak divaksinasi (atau plasebo).

Jadi, kata Zullies, misalnya pada uji klinik Sinovac di Bandung yang melibatkan 1.600 orang, terdapat 800 subjek yang menerima vaksin, dan 800 subyek yang mendapatkan plasebo (vaksin kosong). Jika dari kelompok yang divaksin ada 26 yang terinfeksi (3,25 persen), sedangkan dari kelompok plasebo ada 75 orang yang kena Covid (9,4 persen), maka efikasi dari vaksin adalah = (0.094 – 0.0325)/0.094 x 100 persen = 65,3 persen.

“Jadi yang menentukan adalah perbandingan antara kelompok yang divaksin dengan kelompok yang tidak,” kata lulusan tingkat S1, S2, dan S3 Fakultas Farmasi UGM itu.

Efikasi ini, disebutnya akan dipengaruhi dari karakteristik subjek ujinya. Jika subjek ujinya adalah kelompok risiko tinggi, maka kemungkinan kelompok placebo akan lebih banyak yang terpapar, sehingga perhitungan efikasinya menjadi meningkat.

Advertising
Advertising

Jadi misalnya pada kelompok vaksin ada 26 yang terinfeksi, sedangkan kelompok placebo bertambah menjadi 120 yang terinfeksi, maka efikasinya meningkat menjadi 78,3 persen. Uji klinik di Brazil menggunakan kelompok berisiko tinggi yaitu tenaga Kesehatan, sehingga efikasinya diperoleh lebih tinggi.

“Sedangkan di Indonesia menggunakan populasi masyarakat umum yang risikonya lebih kecil,” kata Zullies.

Jika subjek ujinya berisiko rendah, apalagi taat dengan protokol kesehatan, tidak pernah keluar rumah sehingga tidak banyak yang terinfeksi, maka perbandingan kejadian infeksi antara kelompok plasebo dengan kelompok vaksin menjadi lebih rendah, dan menghasilkan angka yang lebih rendah.

Katakanlah, Zullies menambahkan, misalnya pada kelompok vaksin ada 26 yang terinfeksi Covid-19 (3,25 persen) sedangkan di kelompok placebo cuma 40 orang (5 persen) karena menjaga protokol kesehatan dengan ketat, maka efikasi vaksin bisa turun menjadi hanya 35 persen, yaitu dari hitungan (5 - 3,25)/5 x 100 persen = 35 persen.

Baca juga:
Pandemi Covid-19 di Indonesia, 83 Persen Dokter Umum Sudah Burn Out Sedang

Jadi, menurut peraih gelar apoteker terbaik pada 1993 di UGM ini, angka efikasi ini bukan harga mati, dan dapat dipengaruhi oleh banyak faktor ketika uji klinis dilakukan. Selain itu, jumlah subjek uji dan lama pengamatan juga dapat mempengaruhi hasil.

<!--more-->

“Jika pengamatan diperpanjang menjadi satu tahun, sangat mungkin menghasilkan angka efikasi vaksin yang berbeda,” ujar dia.

Zullies mengatakan, penurunan kejadian infeksi sebesar 65 persen secara populasi tentu akan sangat bermakna dan memiliki dampak ikutan yang panjang. Katakanlah dari 100 juta penduduk Indonesia, jika tanpa vaksinasi ada 8,6 juta yang bisa terinfeksi, jika turun 65 persen dengan vaksinasi, maka hanya 3 juta penduduk yang terinfeksi, selisih 5,6 juta.

Itu, disebut Zullies, dapat dihitung melalui (0.086 – 0.03)/0.086 x 100 persen = 65 persen. Jadi, ada 5,6 juta kejadian infeksi yang dapat dicegah. Mencegah 5 jutaan kejadian infeksi tentu sudah sangat bermakna dalam penyediaan fasilitas perawatan kesehatan.

“Belum lagi secara tidak langsung bisa mencegah penularan lebih jauh bagi orang-orang yang tidak mendapatkan vaksin, yaitu jika dapat mencapai kekebalan komunal atau herd immunity,” katanya menambahkan.

Jadi, Zullies masih menaruh harapan kepada vaksinasi. Dia berharap bisa mengurangi angka kejadian infeksi Covid-19 di Indonesia. “Apalagi jika didukung dengan pemenuhan protokol kesehatan yang baik, semoga dapat menuju pada pengakhiran pandemi di Indonesia,” kata dia.

Ketika diumumkan hasil efikasi vaksin Sinovac sebesar 65,3 persen, Zullies berujar, mungkin ada yang kecewa, karena rendah angkanya. Dia menambahkan, “tapi menurut saya, it is a good start. Apalagi batasan minimal FDA, WHO dan EMA untuk persetujuan suatu vaksin adalah 50 persen.”

Artinya, secara epidemiologi, menurunkan kejadian infeksi sebesar 50 persen itu sudah sangat berarti dan menyelamatkan hidup banyak orang. Apalagi disampaikan juga bahwa vaksin memiliki imunogenisitas yang tinggi dengan angka seropositive mencapai 99,23 persen pada 3 bulan pertama, yang berarti dapat memicu antibodi pada subyek yang mendapat vaksin.

Menurut Zullies, efektivitas vaksin setelah disuntikkan kepada masyarakat tentu masih ditunggu. Dia juga mengingatkan bahwa karena ini baru pemberian izin penggunaan darurat (EUA) dari interim report, pengamatan terhadap efikasi dan safety masih tetap dilakukan sampai 6 bulan ke depan untuk mendapatkan full approval.

Baca juga:
Efikasi Vaksin Sinovac 'Hanya' 65 Persen, Epidemiolog Beberkan Konsekuensinya

“Sekali lagi, bismillah. Manusia berusaha, Tuhan yang menentukan. Saya siap divaksinasi,” kata dia.

Berita terkait

Untuk Pertama Kali, AstraZeneca Akui Vaksin Covidnya Punya Efek Samping Langka

16 jam lalu

Untuk Pertama Kali, AstraZeneca Akui Vaksin Covidnya Punya Efek Samping Langka

Perusahaan farmasi AstraZeneca digugat dalam gugatan class action atas klaim bahwa vaksin Covid-19 produksinya menyebabkan kematian dan cedera serius

Baca Selengkapnya

Aulia Ayub, Lulusan Termuda dan Tercepat di UGM dengan IPK Sempurna 4

18 jam lalu

Aulia Ayub, Lulusan Termuda dan Tercepat di UGM dengan IPK Sempurna 4

Cerita Aulia Ayub, peraih lulusan termuda dan tercepat dari Program Spesialis Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan IPK 4,00.

Baca Selengkapnya

3 Prodi FMIPA UGM Masuk Peringkat Dunia Versi QS WUR by Subject 2024

21 jam lalu

3 Prodi FMIPA UGM Masuk Peringkat Dunia Versi QS WUR by Subject 2024

Ketiga prodi UGM tersebut adalah prodi Matematika, Kimia, dan Fisika.

Baca Selengkapnya

Mengenang Umar Kayam, Sastrawan dan Akademisi yang Lebih Dikenal sebagai Bintang Film

1 hari lalu

Mengenang Umar Kayam, Sastrawan dan Akademisi yang Lebih Dikenal sebagai Bintang Film

Mengenang Umar Kayam, pemeran Sukarno dalam film Pengkhianatan G30S/PKI. Kakek Nino RAN ini seorang sastrawan dan Guru Besar Fakultas Sastra UGM.

Baca Selengkapnya

Dosen Filsafat UGM Sebut Pentingnya Partai Oposisi: Jika Tidak Ada, Maka Demokrasi Tambah Merosot Jauh

1 hari lalu

Dosen Filsafat UGM Sebut Pentingnya Partai Oposisi: Jika Tidak Ada, Maka Demokrasi Tambah Merosot Jauh

Keberadaan partai oposisi sangat penting untuk memberikan pengawasan dan mengontrol jalannya pemerintahan. Ini pendapat dosen filsafat UGM.

Baca Selengkapnya

Guru Besar UGM Anjurkan Daun Pegagan untuk Terapi Daya Ingat, Begini Cara Kerjanya

7 hari lalu

Guru Besar UGM Anjurkan Daun Pegagan untuk Terapi Daya Ingat, Begini Cara Kerjanya

Tanaman liar pegagan dianggap bisa membantu terapi daya ingat. Senyawa aktifnya memulihkan fungsi hipokampus, bagian krusial pada otak.

Baca Selengkapnya

Usai Putusan Sengketa Pilpres, Zainal Arifin Mochtar Sebut MK Punya Banyak PR

8 hari lalu

Usai Putusan Sengketa Pilpres, Zainal Arifin Mochtar Sebut MK Punya Banyak PR

Pakar hukum tata negara UGM, Zainal Arifin Mochtar, menilai MK punya banyak pekerjaan rumah alias PR pasca-putusan sengketa pilpres.

Baca Selengkapnya

UGM Buka Pendaftaran Seleksi Mandiri, Simak Syarat dan Panduan Pendaftaran

8 hari lalu

UGM Buka Pendaftaran Seleksi Mandiri, Simak Syarat dan Panduan Pendaftaran

Universitas Gajah Mada buka pendaftaran online seleksi mandiri UGM sejak 17 April hingga 7 Mei 2024. Lokasi ujian mandirinya?

Baca Selengkapnya

Pakar Hukum UGM Sebut Ada 3 Genre Hakim dalam Putusan MK

8 hari lalu

Pakar Hukum UGM Sebut Ada 3 Genre Hakim dalam Putusan MK

Pakar hukum di UGM sebut ada 3 genre hakim dalam memutus perkara. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Pakar Hukum UGM Nilai Ada 3 Kejanggalan Putusan MK soal Sengketa Pilpres

8 hari lalu

Pakar Hukum UGM Nilai Ada 3 Kejanggalan Putusan MK soal Sengketa Pilpres

MK sebelumnya telah menolak gugatan sengketa pilpres 2024 yang diajukan kubu Anies dan Ganjar.

Baca Selengkapnya