Guguran lava dari puncak Gunung Merapi terlihat dari Turi, Sleman, D.I Yogyakarta, Rabu, 20 Januari 2021. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat pada periode pengamatan 20 Januari pada pukul 00.00-06.00 WIB telah terjadi tiga kali awan panas guguran Gunung Merapi dengan jarak luncur maksimal 1.200 meter dan teramati 47 kali guguran lava pijar. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
TEMPO.CO, Yogyakarta - Guguran lava pijar Gunung Merapi pada Selasa pagi, 9 Februari 2021, meluncur hingga sejauh 700 meter ke arah Kali Krasak dan Boyong. "Tercatat ada enam kali guguran lava pijar itu dari pukul 00.00 WIB sampai 06.00 WIB," kata Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Hanik Humaida.
Menurut pengamatannya, selama periode pengamatan itu Gunung Merapi juga mengalami puluhan gempa. Rinciannya, 25 kali gempa guguran dengan amplitudo 3-20 mm selama 10-90 detik, 11 kali gempa fase banyak dengan amplitudo 3-8 mm selama 4-8 detik, dan satu kali gempa vulkanik dangkal dengan amplitudo 70 mm selama 19 detik.
Selama periode pengamatan itu pula, kawah Merapi mengeluarkan asap putih dengan intensitas sedang hingga tebal setinggi 50 meter dari atas puncak kawah. Seluruhnya terangkai dari pengamatan Senin pukul 18.00 sampai 24.00 WIB. Dalam periode itu, Gunung Merapi tercatat 12 kali meluncurkan guguran lava pijar dengan jarak luncur maksimum 1.500 meter ke arah barat daya.
BPPTKG masih mempertahankan status Gunung Merapi pada Level III atau Siaga. Guguran lava dan awan panas diperkirakan berdampak masih ke wilayah sektor selatan-barat daya, yang meliputi Sungai Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih.
Korban gempa di Kabupaten Garut, Jawa Barat, belum mendapatkan bantuan, baik bantuan sosial pangan ataupun yang lainnya. Pemerintah daerah beralasan masih melakukan pendataan. Bantuan akan diberikan setelah verifikasi dan validasi data.