Facebook Gundah di International Women's Day, Simak Hasil Surveinya
Reporter
Tempo.co
Editor
Zacharias Wuragil
Selasa, 9 Maret 2021 15:57 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Facebook menyatakan sadar sepenuhnya hasil program #SheMeansBusiness yang diinisiasi lima tahun lalu dapat dengan mudah hilang oleh pandemi Covid-19. Itu sebabnya tema Hari Perempuan Sedunia (International Women's Day) tahun ini, Choose To Challenge, dinilai sangat relevan.
"Tema ini mengajak kita untuk menantang dan melawan bias gender dan ketidakadilan karena Covid-19 pada perempuan di seluruh dunia," kata Dessy Sukendar, Manajer Program Kebijakan untuk Facebook di Indonesia, dalam keterangan tertulis yang dibagikan Senin 8 Maret 2021.
Dessy menjelaskan, Facebok bermitra dengan beberapa lembaga untuk mempelajari kesetaraan gender di rumah dan di tempat kerja selama Covid-19. Dalam studi atau surveinya itu, mereka juga mendapat masukan dari World Bank Group, UN Women, Ladysmith Collective, dan EqualMeasures2030.
Survei melibatkan lebih dari 460 ribu orang di Facebook di lebih dari 200 negara. Yang diteliti adalah akses yang dimiliki perempuan dan laki-laki terhadap sumber daya, waktu yang mereka habiskan untuk pekerjaan tanpa upah, dan sikap mereka tentang kesetaraan. "Jawaban-jawaban mereka memberi kami harapan dan juga kekhawatiran," kata Dessy.
Dia mendetailkan ada beberapa alasan untuk khawatir. Di antaranya adalah perempuan seringkali mendapat gaji lebih sedikit dibandingkan laki-laki dan bergantung ke orang lain secara finansial. Seperempat perempuan juga khawatir tentang masa depan pekerjaan mereka, dan mengatakan menghabiskan lebih banyak waktu untuk pekerjaan tanpa upah dan pekerjaan rumah tangga sebagai akibat dari Covid-19.
Berbagai kekhawatiran itu dikonfirmasi oleh studi Future of Business yang dilakukan Facebook dengan Bank Dunia dan OECD, Mei-Oktober 2020. Studi ini menunjukkan bahwa usaha kecil menengah (UKM) yang dimiliki perempuan lebih cenderung melaporkan bahwa bisnis mereka tutup karena Covid-19, bahkan dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti skala bisnis, sektor bisnis yang digeluti, dan letak geografis.
Studi tersebut menegaskan bahwa perempuan memikul beban tanggung jawab rumah tangga yang lebih besar. Di Asia Timur dan Pasifik, 20 persen dari perempuan wirausaha mengatakan bahwa mereka menghabiskan enam jam atau lebih setiap harinya untuk memikul tanggung jawab rumah tangga, dibandingkan dengan laki-laki (12 persen).
Ada juga masalah akses ke internet. Saat ini, studi menunjukkan, hampir 52 persen perempuan di seluruh dunia masih belum menggunakan internet. Secara rata-rata, perempuan juga lebih kecil kemungkinannya untuk memiliki ponsel dibandingkan pria (14 persen), dan 43 persen lebih kecil kemungkinannya untuk berinteraksi secara online.
Baca juga:
Ini Kata Facebook Setelah Blokir Semua Konten Berita di Australia
"Hal ini sangat disayangkan mengingat perempuan memanfaatkan pendidikan digital dengan efek yang lebih besar daripada pria," kata manajer perempuan di Facebook ini.
<!--more-->
Dia merujuk kepada sebuah studi lain yang menunjukkan bahwa ketika pria dan wanita memiliki tingkat kefasihan digital yang sama, wanita berhasil mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Dalam penelitian Facebook pun didapati bahwa perempuan wirausaha menunjukkan tingkat fleksibilitas yang lebih tinggi terhadap model bisnis mereka dalam merespons situasi Covid-19.
"Faktanya, perempuan wirausaha cenderung mendapatkan 50 persen hasil penjualan mereka melalui saluran digital," katanya.
Kefasihan dan konektivitas digital dinilai juga dapat mengurangi halangan yang menghentikan perempuan untuk kembali mengejar karir atau memulai bisnis. Kesempatan untuk bekerja dari rumah dan mengatur jam kerja mereka sendiri berarti akan lebih banyak perempuan yang dapat bergabung dengan dunia kerja.
Hasil lain dari survei The Future of Business juga menyebut 91% bisnis kecil dan menengah yang dimiliki oleh perempuan yang berada di Facebook melaporkan bahwa mereka terlibat dalam aktivitas yang mampu menghasilkan pemasukan. Bandingkan dengan 89% bisnis kecil dan menengah yang dimiliki oleh pria.
"Jelas bahwa pemberdayaan ekonomi inklusif yang berinvestasi dalam program literasi digital dan meningkatkan konektivitas bagi perempuan dapat membuka potensi mereka untuk generasi mendatang," kata Dessy.
Dia menunjuk hasil pengamatannya bahwa semakin banyak orang yang menggunakan Facebook, Instagram dan WhatsApp, untuk terhubung dengan hal-hal yang penting dan bermakna. Saat orang-orang terkoneksi dan menjalin kebersamaan, Facebook meyakini mereka dapat mencapai dan menciptakan hal-hal yang luar biasa.
Dalam keterangannya yang memanfaatkan momen International Women's Day itu, Dessy juga melampirkan tiga kisah bisnis oleh perempuan Indonesia. Mereka adalah Meybi Agnesya Lomanledo dari Nusa Tenggara Timur lewat produk pangan berbahan dasar kelor bernama Timor Moringa; Dian Jimmy yang mendirikan Kupang Shirt Kiosk di Kupang, juga di Nusa Tenggara Timur; dan Briskawati Hudji BClux yang mengembangkan desain tas modern dari sulaman karawo sebagai warisan budaya Gorontalo.
Baca juga:
WhatsApp: Panggilan Suara dan Video Sudah Tersedia di Desktop
Ketiganya disebut memiliki kesamaan pilar bisnis berupa pemasaran digital yang saat ini digunakan yaitu melalui Instagram dan Facebook.