ITB Kembangkan Metode Pengujian Masker Cegah Covid-19

Rabu, 7 April 2021 18:33 WIB

Pengujian masker di Laboratorium Kualitas Udara di Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung (ITB). (Dok.ITB)

TEMPO.CO, Bandung - Laboratorium Kualitas Udara di Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung (ITB) mengembangkan metode pengujian masker cegah Covid-19. Kepala Laboratorium Adyati Pradini Yudison mengatakan, pengujian masker itu sudah berlangsung sejak Agustus 2020. Idenya berasal dari alumni.

Baca:
Pesantren di Klaten Jadi Klaster Baru Penyebaran Covid-19

Dari siaran pers ITB, Rabu, 7 April 2021, Manajer Teknis Laboratorium Haryo Satriyo Tomo kemudian mewujudkan gagasan itu dengan merakit alat uji dan memanfaatkan fasilitas yang tersedia. “Kami sudah mengajukan akreditasi untuk parameter uji masker ini, dan kami sedang menunggu hasilnya" ujar Adyati.

Tim menggunakan tiga parameter untuk menguji masker. Pertama uji efektivitas filtrasi bakteri (BFE), tujuannya untuk mengetahui kemampuan masker menyaring bakteri dan mikroorganisme lainnya. Kemudian ada pengujian efektivitas filtrasi partikel (PFE), gunanya untuk mengetahui daya saring partikel.

Selanjutnya pengujian daya tekan, untuk mengetahui sejauh mana masker nyaman digunakan dan tidak membuat penggunanya sulit bernapas. “Hampir setiap hari ada perusahaan yang mengajukan permintaan pengujian dari dalam negeri,” katanya.

Menurut Adyati, hasil pengujian untuk mengetahui kualitas masker yang diproduksi. Beberapa perusahaan yang hasil maskernya di bawah standar berusaha meningkatkan kualitas dan melakukan uji ulang. “Alat pengujian masker ini berkontribusi untuk pencegahan penyebaran Covid-19," ujarnya.

Advertising
Advertising

Pada praktiknya, pengujian masker melibatkan multidisiplin ilmu. Pada pengujian masker antimikroorganisme misalnya, Laboratorium Kualitas Udara berkolaborasi dengan Laboratorium Mikrobiologi dan Teknologi Bioproses di Fakultas Teknologi Industri.

Pengujiannya memakai bakteri staphylococcus aureus hasil pengembangbiakan. Mereka tidak menggunakan virus, sebab akan lebih rumit karena butuh sel inang agar virus dapat hidup dengan media sel yang juga hidup.

Dosen Fakultas Teknologi Industri Made Tri Ari Penia Kresnowati mengatakan, hasil pengujian BFE dapat diketahui dari jumlah bakteri yang terdapat di cawan petri. Wadah itu digunakan untuk menyelidiki dan menghitung koloni bakteri. ”Semakin banyak bakteri yang menempel, berarti nilai BFE kurang baik,” katanya.

Masker berkualitas baik pada pengujian itu adalah jenis N95 untuk tenaga medis. Menurutnya, pengujian untuk mengetahui ketahanan masker terhadap aerosol dan bakterinya.

ANWAR SISWADI

Berita terkait

Kenaikan UKT di ITB dan Temuan Senyawa Penghambat Kanker Mengisi Top 3 Tekno Hari Ini

5 jam lalu

Kenaikan UKT di ITB dan Temuan Senyawa Penghambat Kanker Mengisi Top 3 Tekno Hari Ini

Kenaikan UKT bagi mahasiswa angkatan 2024 di ITB memuncaki Top 3 Tekno Tempo hari ini, Sabtu, 4 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

16 jam lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

ITB Naikkan UKT Mahasiswa 2024, Segini Perkiraan Besarannya

21 jam lalu

ITB Naikkan UKT Mahasiswa 2024, Segini Perkiraan Besarannya

ITB menaikkan UKT untuk para mahasiswa angkatan 2024. Kenaikannya berkisar 15 persen dibanding angkatan sebelumnya.

Baca Selengkapnya

Cerita Dosen Muda ITB, Raih Gelar Doktor di Usia 27 dan Bimbing Tesis Mahasiswa Lebih Tua

21 jam lalu

Cerita Dosen Muda ITB, Raih Gelar Doktor di Usia 27 dan Bimbing Tesis Mahasiswa Lebih Tua

Nila Armelia Windasari, dosen muda ITB menceritakan pengalamannya meraih gelar doktor di usia 27 tahun.

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

22 jam lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

1 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

1 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

1 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

KM ITB Desak Pemerintah Cabut UU Cipta Kerja dan Cegah Eksploitasi Kelas Pekerja

2 hari lalu

KM ITB Desak Pemerintah Cabut UU Cipta Kerja dan Cegah Eksploitasi Kelas Pekerja

Keberadaan UU Cipta Kerja tidak memberi jaminan dan semakin membuat buruh rentan.

Baca Selengkapnya

Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

3 hari lalu

Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

Penyakit Minamata ditemukan di Jepang pertama kali yang mengancam kesehatan tubuh akibat merkuri. Lantas, bagaimana merkuri dapat masuk ke dalam tubuh?

Baca Selengkapnya