Di Balik Ledakan Covid-19 India, Peran Dua Varian Virus Ini Diperdebatkan
Reporter
Moh Khory Alfarizi
Editor
Zacharias Wuragil
Selasa, 27 April 2021 12:50 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Virus corona Covid-19 menyebar cepat di India dan mengejutkan para ilmuwan. Jumlah kasus harian telah meledak sejak awal Maret, bahkan pemerintah melaporkan 352.991 kasus infeksi baru secara nasional pada 25 April, yang menjadi rekor kasus harian di dunia.
Beberapa peneliti menjelaskan bahwa kecepatan dan skala wabah yang terjadi disebabkan oleh varian virus yang muncul. Secara anekdot, peneliti pengobatan paru di PD Hinduja Hospital & Medical Research Center di Mumbai, Zarir Udwadia, mengatakan bahwa seluruh anggota rumah tangga di India sekarang terinfeksi virus itu.
"Tidak seperti gelombang pertama, hanya satu orang yang dinyatakan positif dalam keluarga," katanya seperti dikutip Nature, 21 April 2021.
Zarir menduga varian virus corona penyebab Covid-19 yang lebih menular berada di balik tsunami kasus baru tersebut. “Jadi jika satu orang dalam keluarga memilikinya, saya dapat menjamin bahwa setiap orang dalam keluarga memilikinya (infeksi virus).”
Data sekuensing genom menunjukkan bahwa varian B.1.1.7, yang pertama kali diidentifikasi di Inggris, telah dominan di negara bagian Punjab, India. Sedang varian lain, yang baru dikenal di negara itu sebagai B.1.617, disebut menyebar di negara bagian Maharashtra--negara bagian terpukul paling parah.
Shahid Jameel, virolog di Ashoka University, Sonipat, menerangkan, varian B.1.617 menarik perhatian karena memiliki dua mutasi yang berelasi dengan meningkatnya kemampuan infeksi si virus dan meliuk menghindari respons kekebalan tubuh. Dari maharashtra, varian ini telah terdeteksi hingga di 20 negara lain.
“Laboratorium di India mencoba membiakkannya untuk menguji seberapa cepat ia bereplikasi, dan apakah darah dari individu yang divaksinasi dapat memblokir infeksi,” kata Jameel.
Menurut Jameel, situasi di India kini mirip dengan di Brasil akhir tahun lalu. Di Brasil, kebangkitan Covid-19 di Kota Manaus bertepatan dengan penyebaran varian sangat mudah menular yang dikenal sebagai P.1. Virus ini mampu menghindari efek kekebalan tubuh yang diberikan oleh infeksi virus corona sebelumnya.
Baca juga:
310 Ribu, Rekor Kasus Harian Covid-19 di India Sudah Lampaui Amerika
<!--more-->
David Robertson, virolog di University of Glasgow, Inggris, memilih berhati-hati sebelum menuding yang sama ke dua varian virus. Alasannya, data sekuensing atau pemilahan genom yang ada tidak cukup untuk membuat klaim semacam itu. “Karena jumlah urutan gen yang tersedia rendah, relatif terhadap jumlah kasus di India, kami perlu berhati-hati,” katanya.
Beberapa ilmuwan lainnya mengatakan sebaliknya, bahwa varian baru yang muncul hanya menyumbang sebagian kecil dari lonjakan infeksi di India. Di kelompok ini adalah Direktur CSIR Institute of Genomics and Integrative Biology di New Delhi, Anurag Agrawal. "Di banyak wilayah yang mengalami wabah, varian itu (B.1.167) bukan mayoritas genom yang diurutkan," katanya.
Srinath Reddy, seorang ahli epidemiologi dan Kepala Yayasan Kesehatan Masyarakat India di New Delhi menegaskan bahwa lengahnya masyarakat yang mendorong lonjakan besar kasus baru Covid-19. “Pandemi muncul kembali dalam masyarakat yang sepenuhnya terbuka, di mana orang-orang berbaur dan bergerak serta bepergian,” katanya.
Hal senada juga disampaikan Ramanan Laxminarayan, epidemiolog di Princeton University, New Jersey, Amerika Serikat, yang berbasis di New Delhi. Dia menerangkan bahwa penurunan jumlah kasus per September 2020 lalu melahirkan narasi publik yang muncul bahwa India telah menaklukkan Covid-19. “Dalam beberapa bulan terakhir, banyak orang berkumpul di dalam dan di luar ruangan untuk demonstrasi politik, perayaan keagamaan, dan pernikahan,” tutur Laxminarayan.
Ditambah lagi, Laxminarayan berujar, adanya kampanye vaksinasi nasional, yang dimulai pada Januari, yang mungkin berkontribusi pada peningkatan kasus. “Kehadiran vaksin membuat suasana hati semua orang menjadi rileks,” kata Laxminarayan.
Lebih dari 120 juta dosis telah diberikan, kebanyakan dari vaksin AstraZeneca versi India yang disebut Covishield. Tapi itu kurang dari 10 persen dari populasi India, jadi jalan vaksinasi menuju terciptanya herd immunity dipastikan masih panjang. “Secara khusus, India perlu meningkatkan vaksinasi di wilayah yang paling terpukul,” ujar Gagandeep Kang, virolog di Christian Medical College di Vellore, India.
Dia mengatakan, beberapa orang di India mungkin terinfeksi Covid-19 saat mendapatkan vaksin, karena kerumunan, sering berbagi ruang tunggu klinik dengan orang sakit yang menunggu untuk diperiksa.
NATURE | REUTERS
Baca juga:
Ledakan Jumlah Kasus: Pasien Covid-19 di India Krisis Oksigen