Khasiat Kayu Putih dan Covid-19, Giliran Asap Cairnya Diteliti untuk Anticorona
Reporter
Moh Khory Alfarizi
Editor
Zacharias Wuragil
Kamis, 29 April 2021 09:51 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia—melalui Pusat Penelitian Kimia dan Balai Penelitian Teknologi Bahan Alam—meneliti asap cair kayu putih dan sekam padi untuk penanganan pandemi Covid-19. LIPI menggandeng Fakultas Farmasi Universitas Indonesia menelisik kemampuan asap cair dari kayu putih, dan juga sekam padi, sebagai antivirus, antibakteri, dan antioksidan.
Khusus kayu putih, tanaman ini berasal dari keluarga yang sama dengan Eucalyptus yang pernah heboh dengan produk kalung anticorona-nya. Produk yang mengundang kontroversi itu diedarkan di dalam negeri di antaranya oleh Kementerian Pertanian.
Untuk penelitian yang terkini, Dieni Mansur dari Pusat Penelitian Kimia LIPI menjelaskan terinspirasi dari berita manfaat asap cair dari batok kelapa yang diberikan kepada pasien Covid-19 dan dinyatakan sembuh. Prosesnya, kata dia, sudah melewati kondensasi dan penyulingan yang disebut sebagai grade 1 sehingga menjadi berwarna bening.
“Oleh karena itu ada dugaan sementara dari kami bahwa asap cair berkhasiat sebagai antivirus corona,” ujar dia dalam acara virtual, Rabu 28 April 2021. Dia menambahkan, penelitian itu diusulkan sekitar Juni 2020.
Dieni menerangkan, penggalian antioksidan dan antibakteri penting karena fungsinya mencegah atau menghambat pembentukan radikal bebas di jaringan sel oleh aktivitas virus. Radikal bebas itu dapat menyebabkan kerusakan sel.
Selain itu, kata Dieni, antioksidan juga dapat meningkatkan sistem imun. Sementara untuk uji antibakteri perlu dilakukan karena biasanya ada senyawa bioaktif yang bisa berfungsi sebagai antibakteri, juga bisa berfungsi sebagai antivirus.
Sasaran yang ingin dicapai dari penelitian itu adalah fraksi asap cair dapat digunakan sebagai bahan obat semisal obat kumur. "Sehingga memungkinkan untuk diaplikasikan dalam penanganan Covid-19,” tutur Dieni.
Metodologi yang Dieni dan tim lakukan adalah persiapan bahan baku berupa ranting kayu putih dan sekam padi. Ranting kayu putih yang digunakan adalah ranting kayu putih yang sudah diekstrak minyaknya. “Jadi sudah tidak mengandung minyak lagi.”
Ranting kayu putih dan sekam padi kemudian menjalani proses pirolisis dengan alat stainless steel untuk menghasilkan asap cair coklat kemerahan. Asap cair yang dihasilkan kemudian dipisahkan menjadi 3 fraksi yang berwarna bening.
Proses selanjutnya adalah analisa ke-3 fraksi asap cair yang dihasilkan. Proses ini meliputi: kandungan senyawa kimia, pH (derajat keasaman), uji antioksidan dengan metoda DPPH, uji antibakteri pathogen, dan uji Antivirus (belum bisa dilakukan).
Komposisi senyawa kimia yang terkandung pada fraksi asap cair dari sekam padi dan kayu putih yang dominan adalah asam asetat, phenol, guaiacol, dan cresol. Sedang pengukuran pH (derajat keasaman) berada di rentang pH 2,1 – 2,9.
“Berdasarkan hasil uji antioksidan diketahui bahwa fraksi asap cair dari kayu putih dan sekam padi memiliki aktivitas antioksidan yang aktif,” kata Dieni sambil menambahkan bahwa dari beberapa publikasi diketahui bahwa aktivitas antioksidan asap cair tergantung pada banyaknya kandungan senyawa phenol.
Untuk uji antibakteri patogen, Dieni menerangkan, baru dilakukan screening dengan pengukuran diameter hambat terhadap 6 jenis bakteri. Mereka terdiri dari 3 bakteri gram positif yaitu Listeria monocytogenes, Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis. Lalu, ada 3 bakteri gram negatif yaitu Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, dan Salmonella typhimurium.
"Bakteri-bakteri ini merupakan bakteri umum yang biasanya bersifat mencemari makanan," katanya. Asap cair kayu putih dan sekam padi, berdasarkan hasil uji terhadap keenamnya, diklaim mempunyai aktivitas antibakteri yang kuat.
Baca juga:
Produk Kalung Antivirus Corona, antara Eucalyptus dan Shut Out